Semarang (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) masih menunggu kajian penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), sehingga belum bisa mengoperasikan Jembatan Kaca Hutan Tinjomoyo.
"'Safety' adalah nomor satu, sehingga sampai saat ini belum kami operasionalkan karena masih dalam proses pemenuhan standarisasi K3," kata Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso, di Semarang, Selasa.
Jembatan Kaca Tinjomoyo yang dibangun Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang sebenarnya sudah selesai untuk tahap pertama dan secara fisik siap, tetapi sampai sekarang belum dibuka.
Apalagi, baru saja terjadi insiden jembatan kaca pecah di The Geong, Kompleks Hutan Pinus Limpakuwus, Kabupaten Banyumas, Jateng, beberapa waktu lalu yang menewaskan seorang pengunjung.
Sebelum ada kejadian tersebut, kata dia, aspek keamanan dan keselamatan pengunjung memang dikedepankan sesuai arahan Wali Kota setempat, sehingga Jembatan Kaca Tinjomoyo belum dibuka hingga saat ini.
"Belum ada kejadian itu, memang sudah ada arahan Bu Wali Kota untuk mengedepankan keamanan dan keselamatan. Dari awal kami sudah membuat kajian memang tidak bisa segera dioperasionalkan sebelum memenuhi standarisasi K3," katanya lagi.
Rencananya, Wing menjelaskan operasional Jembatan Kaca Tinjomoyo baru bisa dilakukan setelah penyelesaian kegiatan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2023 maupun APBD 2024.
"Insya Allah, kami sudah berkoordinasi dan berkomunikasi dengan DPU yang dulu men-'develope' jembatan kaca itu. Memang ada rencana segera diselesaikan penambahan ruas sebelah timur. Karena itu masih separuh," katanya pula.
Dari Disbudpar, kata dia lagi, juga akan menyiapkan beberapa sarana prasarana pendukung untuk kelengkapan operasional jembatan kaca tersebut, seperti jaring pengaman, peninggian 'safety railing', dan pemberian penyekat.
Selain itu, ia mengatakan bahwa operasionalisasi jembatan kaca tersebut wajib menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki sertifikasi K3, khususnya dalam pengelolaan kondisi di ketinggian.
"Jadi, enggak asal K3 biasa saja. Harus memiliki keahlian dan kemampuan dalam mengelola di ketinggian. Biasanya temen-temen dari 'climbing', panjat tebing yang memiliki sertifikasi seperti itu. Ini sedang proses tahapan," katanya lagi.
Untuk keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengunjung, Wing mengatakan arus pengunjung juga akan diterapkan secara satu arah dengan rute yang sedang dalam pengkajian agar lebih memudahkan pengunjung.
Baca juga: Dinporabudpar Banyumas cek wahana berisiko tinggi di destinasi wisata
Baca juga: Pengelola wahana jembatan kaca diminta cek ulang kelayakan