Kudus (ANTARA) - Puluhan buruh rokok di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mendapatkan pelatihan membuat aneka kerajinan tangan sebagai bekal keahlian ketika mereka tidak lagi bekerja di sektor rokok.
"Kerajinan tangan yang diikuti para buruh rokok, diantaranya kerajinan dari kain flanel serta buket bunga," kata Sekretaris Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM-SPSI) Kudus Agus Purnomo di Kudus, Kamis.
Dari kedua jenis pelatihan tersebut, kata dia, jumlah peserta ada 32 orang yang merupakan buruh rokok dari sejumlah pabrik rokok di Kudus.
Pelatihan, lanjutnya, berlangsung selama 17 hari, sedangkan saat ini sudah memasuki hari keempat.
Ia mengungkapkan pelatihan membuat buket bunga dan aneka kerajinan tangan merupakan paket pelatihan terakhir, setelah sebelumnya juga digelar aneka pelatihan mulai dari pengolahan ikan, jahit, potong rambut, dan beberapa jenis pelatihan lainnya.
Pelatihan tersebut, kata dia, merupakan hasil kerja sama Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja Perindustrian, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kudus. Sedangkan sektor RTMM Kudus mendapatkan 16 paket pelatihan yang bisa diikuti para buruh rokok.
"Tentunya pelatihan ini bisa menambah pemasukan bagi para buruh rokok karena ada beberapa kerajinan yang bisa dikerjakan ketika memiliki waktu senggang. Saat tidak lagi bekerja di sektor rokok, tentunya mereka tidak perlu bingung mencari pekerjaan karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri," ujarnya.
Ulhadi, salah satu peserta pelatihan kerajinan tangan dari bahan kain flanel mengakui sengaja ikut pelatihan membuat kerajinan tangan dari bahan kain flanel untuk menambah pemasukan keluarga.
"Apalagi untuk memulai usaha tersebut tidak membutuhkan modal yang besar dan bisa dikerjakan saat senggang," ujar Ulhadi yang bekerja di salah satu pabrik rokok terkenal di Kudus.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus menyediakan 143 paket pelatihan kerja untuk membekali masyarakat, terutama para pekerja di lingkungan industri rokok agar memiliki keahlian kerja sehingga ketika tidak bekerja di sektor rokok bisa memulai usaha sendiri.
Sementara peserta pelatihan yang dibutuhkan sebanyak 2.300 orang. Sedangkan anggaran yang disiapkan sebesar Rp6 miliar untuk program pelatihan kerja selama 2023.
Partini, pelatih kerajinan tangan menegaskan bahwa untuk bisa membuat kerajinan tangan tidak harus pandai secara akademik, melainkan harus berani praktik langsung.
Cukup mudah dipelajari dan untuk memulai usaha juga tidak membutuhkan modal yang terlalu besar bisa membuat aneka kerajinan tangan mulai kotak tisu, gantungan kunci, sandal hias, toples hias hingga kerajinan lainnya.
Baca juga: Mahasiswa dorong pengembangan kerajinan bambu warga dengan medsos