Jakarta (ANTARA) - Aplikasi Pintu memiliki cara dalam melindungi keamanan data pelanggan, mengingat data berperan penting dalam era digital termasuk industri kripto seperti Pintu.
“Dalam komitmen kami untuk melindungi data pengguna, Pintu memiliki tim keamanan siber yang berdedikasi tinggi dan bertindak sangat cepat," ujar Kepala Analis Data Pintu Natasha Ashley Wijaya dalam keterangan oerditerima di Jakarta, Jumat.
Salah satu upaya untuk mencegah kebocoran data, dikatakan Natasha, adalah dengan menerapkan sistem keamanan bertingkat mencakup autentikasi multi-faktor (MFA) termasuk di dalamnya One Time Password (OTP), autentikasi biometrik, dan opsi authenticator. Pintus juga memastikan sudah mengantongi sertifikasi
ISO/IEC 27001: 2013 dan ISO/IEC 27017: 2015 terkait keamanan siber.
Dari segi keamanan siber di Indonesia, berdasarkan data dari National Cyber Security Index (NCSI) per April 2023, Indonesia menempati urutan 47 dari 175 negara soal indeks keamanan siber.
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri kripto dan seluruh aktivitasnya berhubungan dengan data, Natasha menilai data bersifat penting karena memiliki manfaat yang sangat luas menyangkut ke semua divisi mulai dari pemasaran, produk, strategi, keuangan hingga keamanan.
Oleh sebab itu Pintu, dikatakan Natasha, juga menggunakan enkripsi yang kuat dan menerapkan kebijakan akses yang khusus untuk melakukan transfer dan menyimpan data dalam sistem guna mencegah adanya kebocoran informasi.
"Selain itu, kami melakukan tinjauan keamanan secara reguler untuk memastikan bahwa sistem selalu diperbarui dan terlindungi dari ancaman apapun. Kami bekerja maksimal untuk menjaga privasi dan keamanan data pengguna. Meski dunia kripto masih terbilang baru, namun, dari segi data point collected growth-nya tumbuh sangat pesat yang dihasilkan dari transaksi jutaan pengguna,” jelas Natasha.
Berdasarkan riset yang dilakukan TripleA, perusahaan blockchain yang berbasis di Singapura, diperkirakan jumlah pengguna kripto di seluruh dunia pada tahun 2023 dapat mencapai lebih dari 420 juta pengguna dengan benua Asia sebagai negara dengan kepemilikan kripto terbanyak karena mendapatkan keuntungan dari jumlah populasi yang sangat besar.
“Tidak heran kalau pertumbuhan kripto meningkat pesat di Indonesia karena memiliki keuntungan dari jumlah populasinya yang sangat besar. Semakin banyak orang yang beraktivitas secara digital seperti berinvestasi pada kripto, data point-nya juga semakin besar dan keunggulan ini harus bisa dimaksimalkan penggunaannya untuk membantu memajukan negara lebih pesat lagi," kata Natasha.
Terkait dengan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), Natasha mengatakan mereka menggunakan manfaat AI untuk mendorong produktivitas.
Tim sains data Pintu menggunakan machine learning untuk analisis produk dan memantau bila ada pengguna yang menyalahgunakan platform. Natasha menilai teknologi AI dapat sangat membantu kinerja tim data dan juga lainnya, seperti memberikan rekomendasi yang strategis dan juga automasi hal repetitif.
"Tapi perlu dicatat bahwa penggunaan AI masih harus ada intervensi manusia, namun, memang bisa bantu untuk mendukung produktivitas sehingga bisa fokus ke hal yang lebih berdampak,” kata Natasha.
Baca juga: Belajar data dengan limbah rumah tangga