Grobogan (ANTARA) - Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Kabupaten Grobogan menyelenggarakan halalbihalal pengasuh pondok pesantren serta silaturahim ulama dan umara di daerah setempat.
Kegiatan silaturahim ini dipusatkan di Gedung Muslimat Grobogan dan dihadiri anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Denny Septiviant, Ketua PC RMI Grobogan KH Syaiful Amri, danSekretaris RMI Grobogan Irfan Khoerulloh.
Dalam sambutannya Denny Septiviant menyatakan bahwa tradisi halalbihalal ini sebenarnya mulai dari gagasan politik dimana pada tahun 1948 Indonesia dalam kondisi tidak baik-baik karena ada gejala disintegrasi bangsa serta elit politik saling jegal enggan duduk berdampingan.
“Mbah Wahab Chasbullah didatangkan ke Istana untuk dimintai saran dan pendapat untuk mengatasi situasi politik di Indonesia saat itu. Solusi yang ditawarkan oleh Mbah Wahab kepada Presiden Soekarno yakni untuk menyelenggarakan silaturahim mengingat momen yang tepat mendekati Idul Fitri,” katanya.
Namun gagasan itu sempat menuai kritik dari Presiden Soekarno karena istilah silaturahim itu sudah umum dan Presiden menginginkan istilah yang lain.
Mbah Wahab kemudian menjelaskan kepada Presiden Soekarno mengenai logika ilmu mantiq dengan sederhana kepada Presiden.
“Jika para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa, maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan sehingga oleh Mbah Wahab silaturahim digunakan istilah halalbihalal,” ujarnya.
Ia menyebut saat ini NU sudah mempunyai PKB, kendaraan politik yang dilahirkan oleh dan untuk PBNU.
Artinya, PKB adalah pelindung aspirasi politik warga NU dan fakta sejarah sudah membuktikan bahwa ketika aspirasi politik kaum nahdliyin tidak menyatu pada satu kekuatan politik maka bisa dipastikan aspirasi dan peran politik nahdliyin sulit untuk diukur keterwakilan dan penyerapannya oleh kekuasaan yang sedang dan akan berjalan.
Alhasil, suara 90 jutaan kaum nahdliyin hanya akan menjadi rebutan banyak partai untuk menjadi bahan bakar kemenangannya dan setelah itu tak terlihat bekas kontribusinya.
Denny juga mengungkapkan bahwa agama dan kekuasaan itu saudara kembar, maka PKB dan NU adalah juga saudara kembar.
“Agama itu fondasi kita berpolitik karena politik tanpa agama itu kesia-siaan sehingga bagi kader-kader, ber- PKB adalah ibadah yang akan menghasilkan keberkahan fi dunya hatta al akhirah,” katanya.
Dirinya juga mengajak kepada seluruh hadirin untuk cerdas dan cermat dalam menentukan gerbang dan pilihan politik.
“Bila dalam sejarahnya NU pernah membuat keputusan politik untuk melahirkan partai politik yang bernama PKB untuk menyatukan aspirasi dan kekuatan politik nahdliyin maka ber-NU juga perlu ber-PKB,” ujarnya.
Sementara itu, KH Syaiful Amri dalam sambutannya mengatakan RMI saat ini sedang berupaya mendorong adanya Perda Pesantren di kabupaten dan provinsi.
RMI sangat berharap PKB secara serius mengawal perda tersebut karena substansinya sangat berguna bagi pendidikan pesantren, TPQ dan madrasah diniyah.