Ini pemicu kematian ribuan ikan di Kedung Ombo
Boyolali (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali menyebutkan kematian ribuan ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Kedung Ombo (WKO) Desa Wonoharjo Kecamatan Kemusu, di Provinsi Jawa Tengah, karena cuaca terjadi fenomena "Up-Welling" dan drop oksigen.
Kepala Bidang Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Nurul Nugroho di Boyolali, Senin, mengatakan ribuan ikan mati milik kelompok petani KJA di WKO karena keracunan amoniak dari fenomena up-welling dan drop oksigen (DO).
"Penyebabnya cuaca dalam satu minggu tanpa sinar matahari sehingga kondisi air permukaan waduk dingin, kemudian terjadi fenomena up-welling dan drop oksigen," kata Nurul Nugroho.
Menurut Nurul upaya yang sudah dilakukan dengan pemindahan keramba ke titik yang aman dari up-welling, dan dipompa pakai diesel air untuk menaikkan DO (Oksigen).
Pihaknya merekomendasi ke kelompok petani KJA segera melakukan panen ikan yang sudah masuk ukuran jual, pemantauan kualitas air secara berkala, efisiensi pemberian pakan ikan di KJA WKO, rasionalisasi jumlah KJA di WKO, re zonasi KJA di WKO, aplikasi sistem SMART KJA untuk budidaya ikan yang ramah lingkungan di WKO.
Dia mengatakan langkah-langkah yang sudah dilakukan Disnakkan antara lain melakukan pendataan dan verifikasi jumlah ikan yang mati serta jumlah pembudidayaan terdampak, Koordinasi dengan pimpinan dan stakeholder terkait untuk penanganan lebih lanjut dan membentuk tim untuk pemantauan kualitas air dan pendataan di WKO.
Kematian massal ikan karena fenomena Up-welling sendiri merupakan siklus tahunan dan sering terjadi hampir semua waduk dengan budidaya ikan KJA. Sangat perlu pendampingan dan penyadaran kepada kelompok KJA akan pentingnya monitoring kualitas air, pengendalian budidaya KJA dan penerapan teknologi ramah lingkungan dalam budidaya KJA.
Dia menyampaikan kejadian kematian massal ikan di KJA Waduk Kedung Ombo karena fenomena Up Welling di Desa Wonoharjo Kemusu Boyolali, pada Sabtu (31/12), sekitar pukul 07.00 WIB. Jumlah yang mati jenis ikan emas dan nila hingga, Senin (2/1), hingga pukul 13.30 WIB, total sebanyak 175 ton.
Jumlah ikan yang mati tersebut dari kelompok petani KJA sebanyak 32 orang anggota dan kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp4,725 miliar.
Sementara itu, Marno (38) salah satu petani KJA Desa Wonoharjo Kemusu Boyolali mengatakan ikan jenis emas dan nila yang dibudidayakan di Waduk Kedung Ombo mengalami mati massal, sejak Sabtu (31/12).
Menurut dia, total ikan miliknya yang mengalami mati mencapai 2 ton dari total seluruhnya sekitar 20 ton. Cuaca buruk menjadi penyebab matinya ikan-ikan. Cuacanya dingin tidak ada panas, oksigen berkurang dan up welling keluar dari bawah, seperti racun menyebabkan ikan mati.
Marno mengaku akibat kejadian tersebut dirinya mengalami kerugian mencapai miliaran rupiah. Harga ikan saat ini, pada kisaran Rp25.000 hingga Rp26.000 per kilogram.
Kepala Bidang Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Nurul Nugroho di Boyolali, Senin, mengatakan ribuan ikan mati milik kelompok petani KJA di WKO karena keracunan amoniak dari fenomena up-welling dan drop oksigen (DO).
"Penyebabnya cuaca dalam satu minggu tanpa sinar matahari sehingga kondisi air permukaan waduk dingin, kemudian terjadi fenomena up-welling dan drop oksigen," kata Nurul Nugroho.
Menurut Nurul upaya yang sudah dilakukan dengan pemindahan keramba ke titik yang aman dari up-welling, dan dipompa pakai diesel air untuk menaikkan DO (Oksigen).
Pihaknya merekomendasi ke kelompok petani KJA segera melakukan panen ikan yang sudah masuk ukuran jual, pemantauan kualitas air secara berkala, efisiensi pemberian pakan ikan di KJA WKO, rasionalisasi jumlah KJA di WKO, re zonasi KJA di WKO, aplikasi sistem SMART KJA untuk budidaya ikan yang ramah lingkungan di WKO.
Dia mengatakan langkah-langkah yang sudah dilakukan Disnakkan antara lain melakukan pendataan dan verifikasi jumlah ikan yang mati serta jumlah pembudidayaan terdampak, Koordinasi dengan pimpinan dan stakeholder terkait untuk penanganan lebih lanjut dan membentuk tim untuk pemantauan kualitas air dan pendataan di WKO.
Kematian massal ikan karena fenomena Up-welling sendiri merupakan siklus tahunan dan sering terjadi hampir semua waduk dengan budidaya ikan KJA. Sangat perlu pendampingan dan penyadaran kepada kelompok KJA akan pentingnya monitoring kualitas air, pengendalian budidaya KJA dan penerapan teknologi ramah lingkungan dalam budidaya KJA.
Dia menyampaikan kejadian kematian massal ikan di KJA Waduk Kedung Ombo karena fenomena Up Welling di Desa Wonoharjo Kemusu Boyolali, pada Sabtu (31/12), sekitar pukul 07.00 WIB. Jumlah yang mati jenis ikan emas dan nila hingga, Senin (2/1), hingga pukul 13.30 WIB, total sebanyak 175 ton.
Jumlah ikan yang mati tersebut dari kelompok petani KJA sebanyak 32 orang anggota dan kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp4,725 miliar.
Sementara itu, Marno (38) salah satu petani KJA Desa Wonoharjo Kemusu Boyolali mengatakan ikan jenis emas dan nila yang dibudidayakan di Waduk Kedung Ombo mengalami mati massal, sejak Sabtu (31/12).
Menurut dia, total ikan miliknya yang mengalami mati mencapai 2 ton dari total seluruhnya sekitar 20 ton. Cuaca buruk menjadi penyebab matinya ikan-ikan. Cuacanya dingin tidak ada panas, oksigen berkurang dan up welling keluar dari bawah, seperti racun menyebabkan ikan mati.
Marno mengaku akibat kejadian tersebut dirinya mengalami kerugian mencapai miliaran rupiah. Harga ikan saat ini, pada kisaran Rp25.000 hingga Rp26.000 per kilogram.