Tradisi ampyang maulid Kudus perlu terus dilestarikan
Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengajak masyarakat untuk turut melestarikan tradisi ampyang maulid sebagai tradisi menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Tradisi 'ampyang' maulid merupakan tradisi turun temurun yang memiliki nilai sejarah sehingga harus dilestarikan. Tentunya ini juga menjadi momentum untuk mengingat dan introspeksi diri serta berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW," kata Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Sabtu.
Selain itu, kata dia, tradisi ampyang maulid merupakan momentum untuk berbagi kepada sesama, mengingat dalam acara tersebut terdapat ratusan nasi kepel yang dibagikan kepada masyarakat.
Tradisi "ampyang" yang dikenal sebagai tradisi memperingati hari kelahiran nabi dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan "ampyang" atau krupuk yang diarak keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat hari ini (8/10) dimeriahkan dengan kirab 30 gunungan serta Loram Kulon Expo tahun 2022.
Ia juga mengapresiasi masyarakat yang tetap bersemangat menyemarakkan tradisi ampyang maulid, meskipun diguyur hujan.
Kehadiran pameran UMKM, kata Hartopo, bisa menunjang perputaran perekonomian pelaku UMKM sekitar sehingga semakin berdaya karena menjadi tulang punggung bangkitnya ekonomi, khususnya bagi Desa Loram Kulon.
Kepala Desa Loram Kulon Taslim menjelaskan bahwa tradisi ampyang maulid merupakan bentuk pelestarian budaya warga Loram Kulon. Nasi kepel sebagai ikon perayaan ini memiliki sejarah panjang sejak masa penjajahan.
"Masyarakat meyakini dengan sedekah nasi kepel setiap ada hajat, diharapkan bisa mendapat berkah dan kelancaran dari Tuhan Yang Maha Kuasa," ujarnya. ***3***
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Masyarakat di Kudus diajak lestarikan tradisi ampyang maulid
"Tradisi 'ampyang' maulid merupakan tradisi turun temurun yang memiliki nilai sejarah sehingga harus dilestarikan. Tentunya ini juga menjadi momentum untuk mengingat dan introspeksi diri serta berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW," kata Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Sabtu.
Selain itu, kata dia, tradisi ampyang maulid merupakan momentum untuk berbagi kepada sesama, mengingat dalam acara tersebut terdapat ratusan nasi kepel yang dibagikan kepada masyarakat.
Tradisi "ampyang" yang dikenal sebagai tradisi memperingati hari kelahiran nabi dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan "ampyang" atau krupuk yang diarak keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat hari ini (8/10) dimeriahkan dengan kirab 30 gunungan serta Loram Kulon Expo tahun 2022.
Ia juga mengapresiasi masyarakat yang tetap bersemangat menyemarakkan tradisi ampyang maulid, meskipun diguyur hujan.
Kehadiran pameran UMKM, kata Hartopo, bisa menunjang perputaran perekonomian pelaku UMKM sekitar sehingga semakin berdaya karena menjadi tulang punggung bangkitnya ekonomi, khususnya bagi Desa Loram Kulon.
Kepala Desa Loram Kulon Taslim menjelaskan bahwa tradisi ampyang maulid merupakan bentuk pelestarian budaya warga Loram Kulon. Nasi kepel sebagai ikon perayaan ini memiliki sejarah panjang sejak masa penjajahan.
"Masyarakat meyakini dengan sedekah nasi kepel setiap ada hajat, diharapkan bisa mendapat berkah dan kelancaran dari Tuhan Yang Maha Kuasa," ujarnya. ***3***
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Masyarakat di Kudus diajak lestarikan tradisi ampyang maulid