Pada Minggu di Abu Dhabi, Verstappen mewujudkan mimpinya dengan kemenangan yang dramatis.
Kini berusia 24 tahun, pebalap Belanda itu, yang didukung ribuan fan beratribut oranye, menyalip juara dunia tujuh kali dari tim Mercedes Lewis Hamilton di lap terakhir balapan penutup musim di Yas Marina.
"Max Verstappen, kamu adalah juara dunia. Sang juara dunia," teriak bos tim Red Bull Christian Horner lewat radio saat Verstappen berurai air mata kebahagiaan setelah melintasi garis finis.
"Kamu telah membalap layaknya seorang juara di sepanjang tahun ini. Kamu layak mendapatkan itu. Kamu mewujudkannya dan kami sangat mencintai kamu."
Kemenangan itu seakan membuka era baru di F1, meskipun Hamilton yang kini berusia 36 tahun tak diragukan lagi bakal merebut kembali gelar yang hilang tahun depan, di saat kedua pebalap rival itu dengan sportif berpelukan sebelum naik ke podium.
"Ini gila, saya sangat senang," kata Verstappen dikutip Reuters.
"Tujuan saya ketika saya masih kecil adalah menjadi pebalap F1 dan berharap untuk menang, berharap berada di podium, ketika mereka memainkan lagu kebangsaan Anda, berharap mereka mengumandangkan lagu kebangsaan Anda.
"Dan ketika mereka berdiri di sana dan mereka mengatakan bahwa Anda juara dunia, itu sesuatu yang luar biasa. Semua hal terlintas di benak, semua tahun-tahun bepergian untuk tujuan itu."
Menjadi pebalap Belanda yang pertama kali menjadi juara dunia, meskipun ia lahir di Belgia, Verstappen sangat bertekad merebut titel itu musim ini dan telah memberi perlawanan berarti bagi Hamilton untuk pertama kalinya yang berasal dari luar timnya.
Verstappen terlahir sebagai pebalap, telah berada di olahraga tersebut sejak bayi, ketika sang ayah Jos membalap di F1, dan segera berada di balik kemudi setelah ia bisa berjalan.
Jos dua kali naik podium untuk Benetton pada 1994 sebagai rekan satu tim Michael Schumacher kala itu, dan keluarga mereka sering berlibur bersama, namun ia pensiun tanpa mendekati kesuksesan.
Ibu dari Max, Sophie Kumpen, adalah seorang pebalap karting yang handal, yang menjadi lawan calon juara dunia F1 waktu itu Jenson Button.
Verstappen mencetak rekor di F1 sebagai pebalap termuda yang mencetak poin dan memenangi balapan (pada usia 18 tahun) dan menjadi pebalap di luar tim Mercedes yang merebut gelar juara dunia sejak Sebastian Vettel berjaya dengan Red Bull pada 2013.
Hamilton pun melihat ancaman itu jauh-jauh hari.
"Selalu ada orang yang menunggu untuk mengambil posisi saya. Saya mendapati Max berada di sana menunggu untuk merebutnya," kata Hamilton pada 2017 saat mengamankan titel keempatnya.
Di saat kedua rival itu terlibat persaingan tersengit dalam beberapa tahun terakhir, salah satu dari mereka telah menjadi pebalap terbaik sepanjang masa, mereka memiliki banyak perbedaan.
Hamilton terlibat di fashion, musik dan menggunakan platformnya sebagai juara dan satu-satunya pebalap berkulit hitam di paddock untuk mempromosikan kesetaraan ras dan keberagaman.
Verstappen sementara itu memiliki kesibukan yang lebih sedikit.
"Hobi favorit? itu pertanyaan yang sulit. Di samping F1, saya sering melakukan balap virtual. Saya rasa itu hobi," kata Verstappen di GP Arab Saudi.
"Tapi saya juga tidak terlalu menekuninya."
Verstappen juga merupakan pebalap yang tak jarang kelewat batas.
Hamilton mengatakan di Jeddah bahwa Verstappen membalap seakan aturan tidak berlaku kepadanya, tapi Horner mengatakan itu bukan masalahnya.
"Max membalap seperti Tyson Fury bertarung. Dia semacam itu," kata bos tim Red Bull itu.
"Anda tahu dia akan mengerahkan segalanya dan jika Anda memukul dia jatuh, dia akan bangun. Dia memiliki semangat yang membara itu, komitmen untuk habis-habisan."