Sukoharjo (ANTARA) - Rumah Sakit Indriati Solobaru di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah menerima puluhan kasus infertilitas atau ketidaksuburan setiap bulan.
"Dalam satu bulannya ada sekitar 20 orang yang datang ke kami dengan keluhan ini," kata Ketua Tim Fertilitas RS Indriati Solobaru dr Tedjo Danudjo Oepomo pada pembukaan Klinik Fertilitas RS Indriati Solobaru di Kabupaten Sukoharjo, Kamis (8/4).
Secara nasional, pihaknya mencatat infertilitas terjadi lebih dari 20 persen populasi di Indonesia. Dari kasus tersebut, 40 persen terjadi pada perempuan, 40 persen pada pria, dan 20 persen pada keduanya. Kondisi tersebut menyebabkan pasangan suami istri tidak memperoleh keturunan.
Ia mengatakan beberapa penyebab infertilitas, di antaranya kelainan bawaan, penyakit infeksi dan endokrin atau hormonal, faktor imunologi, gaya hidup, konsumsi alkohol, merokok, berat badan, konsumsi obat-obatan kimiawi, dan herbal tertentu.
Selama ini penanganan infertilitas di antaranya dengan mengobati infeksi yang terjadi pada organ reproduksi, mengobati penyebab infertilitas pada perempuan, menghindari bahan-bahan yang menyebabkan penurunan kualitas jumlah dari sperma dan sel telur seperti rokok dan alkohol.
"Selain itu, berperilaku hidup sehat mengikuti program kehamilan. Oleh karena itu, untuk membantu mewujudkan impian pasangan suami istri yang mendambakan kehadiran buah hati dalam keluarga, kami bekerja sama dengan Morula IVF Indonesia mengakomodasi layanan teknologi reproduksi berbantu," katanya.
Ia mengatakan di klinik ini dilayani langsung oleh dokter dan tenaga medis yang tergabung ke dalam Tim Fertilitas yang terdiri atas Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dokter Spesialis Patoiogi Klinik, Dokter Spesialis Radiologi, dan Dokter Spesialis Urologi.
"Pembukaan klinik kesuburan ini merupakan perwujudan komitmen RS Indriati Solobaru dalam memberikan layanan kepada masyarakat khususnya pasangan yang telah lama mendambakan kehadiran buah hati dalam keluarga. Selain itu, adanya peningkatan animo masyarakat Soloraya terhadap kebutuhan program kehamilan yang turut mendukung pembukaan klinik ini," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director Morula IVF Indonesia Ade Gustian Yuwono mengatakan selama ini keterbukaan masyarakat Kota Solo terkait infertilitas lebih baik dibandingkan beberapa daerah lain.
"Bahkan keterbukaan masyarakat di Solo lebih tinggi dibandingkan Semarang. Mereka ingin mencoba cara yang lebih modern. Apalagi selama pandemi ini banyak pasien Solo yang tidak bisa keluar negeri (untuk melakukan pengobatan infertilitas), peluang ini yang ingin kami tangkap," katanya.