Solo (ANTARA) - Batik Semar, salah satu produsen batik terbesar di Kota Solo, Jawa Tengah, berupaya mencetak pembatik baru yang berpegang pada pakem untuk melestarikan warisan budaya tersebut.
"Biasanya pembatik kan kawakan (berusia lanjut) semua. Oleh karena itu, kami ingin mencari generasi muda pembatik di Indonesia," kata pemilik Batik Semar Ardianto Soewono di Solo, Jumat.
Meski demikian, dikatakannya, dari sisi penggunaan saat ini makin banyak orang yang tertarik menggunakan batik sehingga secara korelasi antara batik dengan sejarah dan budaya di Indonesia mulai terlihat makin kuat.
"Terkait batik ini ada dua hal yang difokuskan, yaitu proses dan makna. Bahkan, sebelum membatik harus tahu apa yang mau dibatik, apalagi kalau motif pakem. Harus sesuai dengan aturan pakem dan aturan sejarah Indonesia," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya agar ke depan generasi muda bisa memahami bagaimana cara membatik dan bisa mengerti apa itu pakem batik.
Untuk memberikan pemahaman batik, pihaknya juga memanfaatkan libur sekolah di mana anak-anak banyak belajar di rumah.
"Dalam hal ini kami memberikan edukasi batik. Bagaimana melatih mereka membatik sekaligus dalam bentuk fun. Ini memberikan efek positif ke anak-anak, membantu anak jadi lebih fokus dan konsentrasi," katanya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan boks belajar batik yang di antaranya berisi kain putih, lem, dan pewarna. Ia mengatakan lem bermanfaat sebagai pengganti malam yang biasanya digunakan oleh perajin.
"Kalau malam kan harus pakai kompor, tentu berbahaya bagi anak-anak. Beda jika diganti lem kan tidak berisiko. Saat ini boks tersebut sudah kami perjualbelikan," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi "membatik untuk negeri" di Solo