Semarang (ANTARA) - Kepolisian masih mendalami motif di balik berdirinya Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
"Kami ingin mengetahui motif apa di balik deklarasi kraton tersebut," kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol.Rycko Amelza Dahniel di Semarang, Selasa.
Menurut dia, jajaran intelijen dan reserse kriminal umum telah diterjunkan untuk mengumpulkan data-data berkaitan dengan keraton pimpinan Totok Santosa Hadiningrat tersebut.
Baca juga: Muncul Keraton Agung Sejagat di Purworejo, polisi segera minta klarifikasi
Pengumpulan data tersebut, lanjut dia, berkaitan dengan profil sekaligus aspek legalitasnya.
"Negara kita adalah negara hukum. Pertama-tama kita akan mempelajari aspek legalitas," katanya.
Kemudian, kata dia, aspek sosial kultural, termasuk kesejarahan.
Sebelumnya diberitakan, Keraton Agung Sejagat ini mulai dikenal publik, setelah mereka mengadakan acara Wilujengan dan Kirab Budaya, yang dilaksanakan dari Jumat (10/1) hingga Minggu (12/1).
Keraton Agung Sejagat, dipimpin oleh seseorang yang dipanggil Sinuwun yang bernama asli Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu yang memiliki nama Dyah Gitarja.
Berdasarkan informasi, pengikut dari Keraton Agung Sejagat ini mencapai sekitar 450 orang.
Penasihat Keraton Agung Sejagat, Resi Joyodiningrat menegaskan bahwa Keraton Agung Sejagat bukan aliran sesat seperti yang dikhawatirkan masyarakat.
Ia mengatakan Keraton Agung Sejagat merupakan kerajaan atau kekaisaran dunia yang muncul karena telah berakhir perjanjian 500 tahun yang lalu, terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai dengan 2018.
Perjanjian 500 tahun tersebut dilakukan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang Barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka tahun 1518
Joyodiningrat menyampaikan dengan berakhirnya perjanjian tersebut, maka berakhir pula dominasi kekuasaan Barat mengontrol dunia yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II dan kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.
Baca juga: Kerabat Keraton Surakarta gelar Wilujengan Nagari Maheso Lawung
Baca juga: Penataan kawasan Keraton Mangkunegaran rampung
Berita Terkait
Wapres tinjau aktivasi Alun-alun Keraton Surakarta
Senin, 4 November 2024 8:44 Wib
Keraton Surakarta apresiasi dukungan eksternal pada kegiatan budaya
Kamis, 31 Oktober 2024 19:28 Wib
Hari Sumpah Pemuda, Keraton Surakarta bentangkan bendera sepanjang seribu meter
Senin, 28 Oktober 2024 12:47 Wib
Pemkot Surakarta libatkan keraton bahas tata kelola alun-alun
Kamis, 26 September 2024 8:21 Wib
LDA Keraton Surakarta pastikan ricuh tabuh gamelan tak ganggu Sekaten
Kamis, 12 September 2024 8:27 Wib
Gamelan Sekaten Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dibawa ke Bangsal Pradangga Masjid Agung
Senin, 9 September 2024 13:26 Wib
Tradisi wilujengan buka Sekaten 2024 Keraton Surakarta
Senin, 26 Agustus 2024 8:29 Wib
Pemkot Surakarta salurkan Rp14 miliar untuk revitalisasi Keraton Solo
Senin, 12 Agustus 2024 17:07 Wib