Semarang (ANTARA) - Pada 24 Juli 2018, KPU Provinsi Jateng menetapkan secara resmi Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen sebagai pasangan calon Gubernur Jateng terpilih periode 2018-2023 setelah mengalahkan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah pada pilgub setempat.
Perolehan suara pasangan Ganjar-Yasin yang pada Pilgub Jateng 2018 diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Golkar, tercatat sebanyak 10.362.694 suara.
Hingga pada 5 September 2018, pasangan Ganjar-Yasin yang mengusung slogan "Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi" dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah periode 2018-2023 oleh Presiden Joko Widodo.
Awal bulan ini, tepat satu tahun berjalannya pemerintahan Ganjar-Yasin, Provinsi Jawa Tengah sedikitnya telah meraih 40 penghargaan berskala nasional seperti juara umum Top 99 Pelayanan Publik 2019, Pelapor Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) terbaik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), raihan Opini Wajar Tanpa Pengecualian sebanyak delapan kali berturut-turut dari Badan Pemeriksa Keuangan.
Kemudian, daerah pengendali inflasi terbaik nasional se-Jawa-Bali, provinsi terbanyak hasilkan inovasi, perencana pembangunan daerah terbaik, Government Award 2019 sebagai Indonesian Innovative Leader, dan satu-satunya provinsi berpredikat sangat baik pada Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) 2018.
Selain seabrek penghargaan itu, penurunan angka kemiskinan di Jawa Tengah tiap tahun menunjukkan hal positif, bahkan jumlah warga miskin di provinsi setempat berkurang sebanyak 124,2 ribu orang selama periode September 2018 hingga Maret 2019.
Berdasarkan data dari laman resmi Badan Pusat Statistik, sumbangan Provinsi Jateng terhadap penurunan kemiskinan di Indonesia tercatat sebesar 0,39 poin.
Dari penurunan angka kemiskinan nasional pada September 2018 hingga Maret 2019 sebesar 531.000 orang, Jateng menyumbangkan angka penurunan kemiskinan sebesar 124,2 ribu orang.
Dengan pengurangan itu, maka penduduk miskin di Provinsi Jateng kini menjadi 3,74 juta orang atau 10,80 persen, berkurang dari kondisi September 2018 yang mencapai 3,87 juta orang atau 11,19 persen.
Alih-alih bangga atau jumawa, Gubernur Ganjar justru mengaku tidak terlalu puas dengan diterimanya puluhan penghargaan dan prestasi.
"Penghargaan tidak berarti apa-apa jika rakyat masih mengeluh," katanya singkat.
Orang nomor satu di Jateng itu lebih suka menyebutkan program-program Ganjar-Yasin yang langsung menyasar rakyat sebagai pencapaiannya seperti pemberian insentif untuk guru mengaji, ustaz, dan pengurus pondok pesantren se-Jateng dengan jumlah penerima manfaat program sebanyak 171.131 orang dan alokasi anggaran mencapai Rp205,35 miliar.
Kemudian, pengumpulan zakat aparatur sipil negara yang mencapai Rp4,7 miliar per bulan dan menjadi pencapaian tertinggi se-Indonesia yang dimanfaatkan untuk pembangunan rumah ibadah, rumah tidak layak huni (RTLH), serta santunan anak yatim piatu.
Pada 2019 ini Ganjar juga mampu membuat seluruh gedung kantor Pemprov Jateng ramah difabel minimal untuk naik di tangganya ada jalur khusus kursi roda.
Selain yang sudah disebutkan Ganjar, juga ada beberapa pencapaian yang sempat menjadi perhatian publik antara lain, keberhasilan Pemprov Jateng merebut kembali lahan PRPP Semarang seluas 273 hektare melalui upaya hukum peninjauan kembali di Mahkamah Agung sehingga menjadi aset negara.
Reformasi birokrasi yang dicanangkan sejak 2014 juga melahirkan beberapa terobosan penting dan salah satu yang disoroti publik adalah keberanian Ganjar mengangkat seorang camat menjadi kepala biro serta kepala sekolah SMK di kabupaten menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jateng.
Gubernur Ganjar juga diapresiasi karena sistem akuntabilitas keuangan Pemprov Jateng berhasil menghemat anggaran Rp1,2 triliun sehingga jika pembangunan rumah tidak layak huni hanya butuh Rp10 juta per unit, maka hasil penghematan bisa digunakan untuk membangun 120.000 rumah warga miskin.
Pasangan Kompak
Pengamat politik Teguh Yuwono menilai pasangan Ganjar-Yasin tampak kompak pada satu tahun kepemimpinan mereka, apalagi Gus Yasin (sapaan akrab Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen, red) tahu menempatkan diri sebagai wakil gubernur.
Meskipun demikian, ia mengungkapkan bahwa yang menjadi persoalan adalah Gus Yasin kalah pengalaman dengan Ganjar Pranowo yang masih nampak dominan dalam pemerintahan.
"Tapi itu risiko ya, di mana-mana yang namanya wakil itu akan efektif kalau yang diwakili itu berhalangan. Gus Yasin karena menjawab wagub maka hanya bersifat complementer atau melengkapi," ujarnya yang juga berharap pasangan ini kompak hingga akhir jabatan.
Teguh menyebut Ganjar perlu memberi kewenangan tambahan yang lebih luas kepada Gus Yasin, tidak hanya yang berhubungan dengan pengawasan sesuai yang diamanatkan undang-undang terkait dengan pembagian tugas gubernur dan wakil gubernur.
Pengamat dari Universitas Diponegoro ini juga menilai belum ada lompatan kebijakan yang sifatnya drastis pada tahun pertama Ganjar-Yasin memimpin Jateng, sehingga disebutnya lebih bersifat incremental bagi telah memasuki periode kedua bagi Gubernur Ganjar dalam memimpin Jateng setelah sebelumnya berpasangan dengan Heru Sudjatmoko sebagai wakilnya.
Incremental yang dimaksud adalah lompatan-lompatan secara bertahap dan tidak bersifat drastis sebab berbagai program unggulan sudah dilakukan Ganjar pada periode pertama menjabat Gubernur Jateng.
"Periode kedua bersama Gus Yasin ini lebih banyak menjaga suasana supaya tidak menurun. Oleh karena itu dalam perspektif prestasi dan kebijakan, maka periode kedua ini gesernya ke atas cuma sedikit," katanya.
Secara terbuka, Teguh mengakui prestasi Ganjar dalam memimpin Jateng seperti reformasi birokrasi dan pemanfaatan media sosial untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat, meskipun masih ada sektor yang masih lemah menyangkut ekonomi serta disparitas antarwilayah, khususnya terkait dengan kemiskinan dan pengangguran.
Senada, dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro Triyono Lukmantoro menyebut pasangan Ganjar-Yasin sudah sangat baik dalam memanfaatkan media sosial untuk menunjang kinerja, terutama menyangkut pengaduan masyarakat.
Menurut dia, hal itu bagus karena menjadi ada komunikasi dari dua yang lebih baik dibandingkan pejabat-pejabat sebelumnya.
"Masyarakat sekarang bisa kontak langsung, (terutama) dengan Pak Ganjar, melalui kanal-kanal aduan yang dibuka di media sosial dan itu menjadi salah satu keunggulan Ganjar-Yasin," ujarnya.
Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen yang akrab disapa Gus Yasin mengaku mengikuti pembagian tugas sebagai wakil gubernur sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketika menjalankan tugas sehari-hari sebagai Jateng-2.
"Saya dan Mas Ganjar mengalir saja, kami berdua juga sering kontak-kontakan, berkomunikasi lewat apa saja, telepon atau WA (Whats App). Kalau misalnya Mas Ganjar menghadiri acara apa terus saya ada ide, ya saya sampaikan, demikian juga sebaliknya," kata putra ulama karismatik almarhum Kiai Haji Maimoen Zubair ini.
Sementara itu, politikus senior PDI Perjuangan Heru Sudjatmoko yang mendampingi Ganjar pada periode pertama mengaku telah membantu orang nomor satu di Jateng agar terus sukses.
"Saya membantu beliau supaya sukses, dengan satu harapan sukses bukan untuk perorangan atau pribadi, melainkan untuk Jateng," tutur calon anggota terpilih DPR RI periode 2019-2024 itu.
Menurut dia, dikatakan sukses jika sudah berhasil mengatasi permasalahan yang selama ini terjadi di Jateng, yakni kemiskinan yang diibaratkan seperti pohon dengan cabang ranting yang banyak, dan kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah, serta ketimpangan antardaerah dan antarstrata sosial di masyarakat.