Musim hujan, masyarakat diimbau mewaspadai penyakit leptospirosis
Semarang (Antaranews Jateng) - Masyarakat Provinsi Jawa Tengah diimbau mewaspadai penyakit leptospirosis, terutama saat musim hujan di wilayah-wilayah yang tergenang banjir.
"Masyarakat yang daerahnya dilanda banjir dan pascabanjir harus mewaspadai penyakit berbahaya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis.
Ia menjelaskan penyakit leptospirosis rentan menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine tikus pembawa bakteri leptospira terutama di daerah terdampak banjir.
Selain itu, penyakit leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
Terkait dengan hal tersebut, Dinkes Jateng memberikan perhatian kepada masyarakat yang tinggal di daerah banjir ataupun menjadi korban banjir.
"Mencegah leptospirosis bisa dengan cara memakai alat pelindung diri yaitu memakai sepatu karet atau kaos tangan dengan karet itu kalau masuk dalam air atau tempat-tempat becek. Ini yang saya minta perhatian masyarakat hati-hati selain demam berdarah tapi juga leptospirosis perlu menjadi perhatian kita," ujarnya.
Ia menyebutkan jumlah kasus penyakit leptospirosis di Jateng pada 2017 mencapai 409 kasus, sedangkan pada 2018 menurun menjadi 296 kasus.
"Kendati menurun, kami tetap mengimbau masyarakat mewaspadai leptospirosis dan penyakit-penyakit lain seperti diare serta gatal-gatal," katanya.
Yang lebih penting, kata Yulianto, masyarakat termasuk korban banjir harus selalu menerapkan perilaku hidup sehat dimanapun berada.
"Kalau banjir itu hubungannya ada beberapa penyakit, terutama diare, leptopirosis dan penyakit kulit karena banjir itu merusak sanitasi, entah itu ketersediaan air bersih atau masalah buang air besar (BAB). Kalau banjir itukan jamban tidak bisa digunakan, dan akhirnya BAB sembarangan sehingga virus dan bakteri itu bisa berkembang," ujarnya.
"Masyarakat yang daerahnya dilanda banjir dan pascabanjir harus mewaspadai penyakit berbahaya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis.
Ia menjelaskan penyakit leptospirosis rentan menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine tikus pembawa bakteri leptospira terutama di daerah terdampak banjir.
Selain itu, penyakit leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
Terkait dengan hal tersebut, Dinkes Jateng memberikan perhatian kepada masyarakat yang tinggal di daerah banjir ataupun menjadi korban banjir.
"Mencegah leptospirosis bisa dengan cara memakai alat pelindung diri yaitu memakai sepatu karet atau kaos tangan dengan karet itu kalau masuk dalam air atau tempat-tempat becek. Ini yang saya minta perhatian masyarakat hati-hati selain demam berdarah tapi juga leptospirosis perlu menjadi perhatian kita," ujarnya.
Ia menyebutkan jumlah kasus penyakit leptospirosis di Jateng pada 2017 mencapai 409 kasus, sedangkan pada 2018 menurun menjadi 296 kasus.
"Kendati menurun, kami tetap mengimbau masyarakat mewaspadai leptospirosis dan penyakit-penyakit lain seperti diare serta gatal-gatal," katanya.
Yang lebih penting, kata Yulianto, masyarakat termasuk korban banjir harus selalu menerapkan perilaku hidup sehat dimanapun berada.
"Kalau banjir itu hubungannya ada beberapa penyakit, terutama diare, leptopirosis dan penyakit kulit karena banjir itu merusak sanitasi, entah itu ketersediaan air bersih atau masalah buang air besar (BAB). Kalau banjir itukan jamban tidak bisa digunakan, dan akhirnya BAB sembarangan sehingga virus dan bakteri itu bisa berkembang," ujarnya.