Frankfurt, ANTARA JATENG- Grup otomotif raksasa Prancis, PSA, yang baru
mengakuisisi merek Opel tengah menyiapkan "rencana radikal" yang akan
disusun dalam 100 hari ke depan guna membangkitkan kembali Opel di pasar
otomotif setelah mereka mengalami kerugian.
PSA yang menaungi Peugeot dan Citroen, langsung memberikan tugas kepada
kepala eksekutif Opel, Michael Lohscheller, untuk merampungkan strategi
dalam 100 hari untuk membawa Opel kembali menghasilkan keuntungan.
PSA merupakan produsen mobil terbesar kedua di Eropa setelah Volkswagen.
Mereka membeli Opel dan merek dagang Inggris, Vauxhall, dari raksasa AS
General Motors seharga 1,3 miliar euro (Rp20,3 triliun) pada Agustus
lalu.
Lohscheller bersama pimpinan PSA, Carlos Tavares, secara bersama-sama
akan mempresentasikan "rencana masa depan" di kantor Opel di
Ruesselsheim. Para karyawan Opel sangat menanti hasil pertemuan kedua
petinggi, karena akan menentukan nasib mereka di pabrik mobil itu.
(Baca: Akusisi Opel dan Vauxhall, PSA jadi grup otomotif terbesar kedua)
Merugi sejak 1999, Opel-Vauxhall berharap bisa mencapai titik impas pada
tahun 2019 dan mencatat keuntungan pada tahun 2020, menurut surat kabar
Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ) dilansir AFP, Kamis.
Opel-Vauxhall mempekerjakan sekitar 38.000 orang di Eropa, sekitar setengah dari jumlah itu berada di Jerman.
Pekerja memang telah diberi tahu bahwa status karyawan mereka aman
sampai tahun 2018 guna menghormati kesepakatan yang ada, namun PSA tidak
menjanjikan lebih dari tanggal tersebut.
Pakar industri dan direktur pusat penelitian CAR Jerman, Ferdinand
Dudenhoeffer, memperkirakan reorganisasi Opel-Vauxhall akan merumahkan
sekitar 6.000 pekerja guna menyesuaikan dengan produktivitas PSA.
Surat kabar FAZ, yang tidak mengutip sumbernya, mengatakan rencana
restrukturisasi tersebut menunjukkan bahwa PSA ingin menarik Opel dengan
memotong biaya tenaga kerja dan membatasi tumpang tindih pekerjaan
dalam grup PSA, sambil berfokus pada teknologi baru dan mobil ramah
lingkungan, demikian AFP.