Sragen, ANTARA JATENG - Para pengusaha jasa selep padi keliling di Desa Pengkok Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen pada musim paceklik saat ini, permintaan masyarakat untuk menyelepkan gabahnya menurun hingga dua kali lipat.
Seorang pengusaha selep padi keliling Mulyono (45) warga Desa Pengkok Kecamatan Kedawung Masaran Sragen, Senin, mengatakan, usaha selep padi keliling pada musim paceklik sekarang ini, menurun dratis, karena petani yang panen hanya satu dua orang sehingga penghasilannya menurun dua kali lipat.
Selain itu, kata Mulyono, persaingan ketat usaha selep padi keliling sangat memengaruhi pendapatan. Dirinya sebelumnya dengan selep padinya ini, rata-rata mampu mendapat penghasilan bersih sekitar Rp400.000 per hari, tetapi kini untuk mencari Rp200.000 per hari cukup sulit.
Bahkan, usaha selep padi keliling di Kecamatan Kedawung Sragen yang sebelumnya persaingan masih sedikit untuk mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp600.000 per hari masih gampang.
"Petani sekarang yang menjadi usaha selep padi keliling jumlahnya sudah mencapai 200 orang, persaingan semakin ketat," kata Mulyono yng juga sebagai petani di Kedawung.
Mulyono yang mengaku melakukan usaha sebagai jasa selep padi keliling selama 17 tahun ini dengan modal memesan mesin diesel selep seharga Rp40 juta per unit.
Menurut dia, kemampuan produksi dengan mesin selep padinya rata-rata mencapai 40 sak gabah kering giling per hari atau sekitar 1 ton. Setiap sat gabah itu, bisa menghasilkan beras antara Rp40 kg hinggan Rp45 kg beras.
"Saya menyelep setiap satu sak gabah untuk menjadi beras mendapatkan uang jasa Rp15.000. Penghasilan bersih sekarang rata-rata Rp1.000.000 per bulan," katanya.
Para pelanggannya yang meminta jasanya untuk menyelep gabahnya, kata dia, mereka biasanya melalui telepon genggamnya, sehingga mesin selepnya langsung di bawa ke rumah pelanggannya.
"Kami rata-rata hanya menghabiskan pembelian untuk minyak solar Rp50.000 per hari. Hasilnya lumpayan bisa untuk menyekolahkan anak dan kebutuhan sehari-hari," katanya.

