Ratusan Sumur Resapan Dibangun di Lereng Sumbing
Magelang, Antara Jateng - Sebanyak 800 sumur resapan dibangun di sejumlah desa di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk mempertahankan keberlangsungan lingkungan, khususnya dalam menjaga ketersediaan air tanah.
"Coca-Cola Foundation Indonesia bekerja sama dengan Serikat Paguyuban Qaryah Thayyibah (SPQT), hari ini (8/12) menyerahkan 800 lumbung air kepada warga Kabupaten Magelang," kata Ketua Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia, Titie Sadarini di Magelang, Kamis.
Ia mengatakan hal tersebut dalam peresmian program gerakan konservasi mata air untuk penghidupan perdesaan melalui sumur resapan di Desa Selomoyo, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Dalam program tersebut Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dan SPQT sebagai mitra pelaksana membangun 800 sumur resapan di Kabupaten Magelang, yakni di Desa Ngendrokilo, Maduretno, Giriwarno, Tejosari, Genikan, Girirejo, Selomoyo, Banjarejo, Ngargosuko, dan di kantor Kecamatan Kaliangkrik.
"Melalui sumur resapan itu, paling tidak 3.000 rumah tangga di wilayah tersebut akan menerima manfaat terkait dengan perbaikan ketersediaan air tanah dan juga pengendalian banjir," kata Titie.
Ia mengatakan program yang konsisten dilakukan CCFI sejak 2012 bernama "Lumbung Air" ini berupaya mengembalikan 392 juta liter air ke tanah setiap tahunnya melalui 800 lumbung air.
Ia menyebutkan CCFI telah menginvestariskan sekitar Rp3,1 miliar untuk program pembangunan lumbung air di Kabupaten Magelang.
Menurut dia tahun ini CCFI telah berhasil mengembalikan sekitar 1 miliar liter air bersih kembali ke alam dan digunakan sebagai tabungan sumber air oleh sekitar 15.000 keluarga Indonesia serta mengembalikan 164 persen air yang terpakai dalam proses produksi.
"Sejak 2012 hingga 2016 kami telah membangun sekitar 4.000 lumbung air di berbagai wilayah dan hal ini memberikan dampak pada kehidupan masyarakat. Bukan saja memperoleh sumber air, namun juga berdampak pada peningkatan pasokan air, melindungi dari kekurangan air, perekonomian hingga kesehatan," katanya.
Ketua SPQT, Abdul Rochim mengatakan persoalan akses air merupakan masalah yang dihadapi khususnya bagi kebutuhan pertanian yang semakin menurun memperoleh sumber air. Bahkan di beberapa wilayah sumber air telah hilang.
"Dalam satu tahun terakhir, kami bermitra dengan CCFI untuk melakukan upaya perbaikan sumber daya air. Fokus kegiatannya melakukan konservasi air dengan membangun lumbung air," katanya.
"Coca-Cola Foundation Indonesia bekerja sama dengan Serikat Paguyuban Qaryah Thayyibah (SPQT), hari ini (8/12) menyerahkan 800 lumbung air kepada warga Kabupaten Magelang," kata Ketua Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia, Titie Sadarini di Magelang, Kamis.
Ia mengatakan hal tersebut dalam peresmian program gerakan konservasi mata air untuk penghidupan perdesaan melalui sumur resapan di Desa Selomoyo, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Dalam program tersebut Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dan SPQT sebagai mitra pelaksana membangun 800 sumur resapan di Kabupaten Magelang, yakni di Desa Ngendrokilo, Maduretno, Giriwarno, Tejosari, Genikan, Girirejo, Selomoyo, Banjarejo, Ngargosuko, dan di kantor Kecamatan Kaliangkrik.
"Melalui sumur resapan itu, paling tidak 3.000 rumah tangga di wilayah tersebut akan menerima manfaat terkait dengan perbaikan ketersediaan air tanah dan juga pengendalian banjir," kata Titie.
Ia mengatakan program yang konsisten dilakukan CCFI sejak 2012 bernama "Lumbung Air" ini berupaya mengembalikan 392 juta liter air ke tanah setiap tahunnya melalui 800 lumbung air.
Ia menyebutkan CCFI telah menginvestariskan sekitar Rp3,1 miliar untuk program pembangunan lumbung air di Kabupaten Magelang.
Menurut dia tahun ini CCFI telah berhasil mengembalikan sekitar 1 miliar liter air bersih kembali ke alam dan digunakan sebagai tabungan sumber air oleh sekitar 15.000 keluarga Indonesia serta mengembalikan 164 persen air yang terpakai dalam proses produksi.
"Sejak 2012 hingga 2016 kami telah membangun sekitar 4.000 lumbung air di berbagai wilayah dan hal ini memberikan dampak pada kehidupan masyarakat. Bukan saja memperoleh sumber air, namun juga berdampak pada peningkatan pasokan air, melindungi dari kekurangan air, perekonomian hingga kesehatan," katanya.
Ketua SPQT, Abdul Rochim mengatakan persoalan akses air merupakan masalah yang dihadapi khususnya bagi kebutuhan pertanian yang semakin menurun memperoleh sumber air. Bahkan di beberapa wilayah sumber air telah hilang.
"Dalam satu tahun terakhir, kami bermitra dengan CCFI untuk melakukan upaya perbaikan sumber daya air. Fokus kegiatannya melakukan konservasi air dengan membangun lumbung air," katanya.