Kepulauan Yapen, Papua Antara Jateng - WWF Indonesia menggelar Ekspedisi Saireri untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, lingkungan darat, hingga laut kawasan Teluk Cenderawasih, Papua, dengan kapal Motor (KM) Gurano Bintang selama 21 hari, sejak 1 Juni 2016.
Communication Coordinator WWF Indonesia Program Papua Andhiani M Kumalasari kepada Antara di atas KM Gurano Bintang, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Jumat, mengatakan ekspedisi yang dilaksanakan di kawasan Teluk Cenderawasih ini tujuan utamanya mencari data, mendokumentasikan, mengidentifikasi isu-isu lingkungan.
Termasuk mengajarkan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD) yang di dalamnya mencangkup pendidikan lingkungan hidup (PLH) kepada anak-anak di perkampungan yang dilalui.
Ekspedisi yang menurutnya, sudah dimulai dari Wasior ini melalui sedikitnya 10 kampung di sejumlah distrik di Teluk Cenderawasih yang berada di Kabupaten Nabire, Kepulauan Yapen, Biak, Suupuori, Waropen.
Dengan menggunakan indikator Sustainable Development Goal (SDGs), ia mengatakan hasil dari ekspedisi ini diharapkan dapat menunjukkan profil dan basis data kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat terkini di kampung-kampung yang berada di kawasan tersebut secara lengkap.
Selain itu, lanjutnya, identifikasi kondisi lingkungan yang melibatkan komite sekolah, guru, tua-tua adat sejak awal hingga pengenalan metode PLH kepada anak-anak diharapkan memberikan hasil yang baik untuk tetap mampu menjaga keberlanjutan kawasan Teluk Cenderawasih.
Staf Monitoring Program Teluk Cenderawasih WWF Program Papua Evi Nurul Ihsan yang ikut dalam ekspedisi ini mengatakan kegiatan ini juga bertujuan untuk menambah data untuk pengembangan program kerja WWF di Papua nantinya.
"Rencananya di akhir ekspedisi kita juga akan buka kantor baru di Biak untuk program community forest," ujar dia.
Ekspedisi Saireri dengan KM Gurano yang dinahkodai kapten Bardin Tandiono juga diikuti sejumlah Satuan Kerja Pemerintah Daerah/SKPD) Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen.
Karena itu, menurut staf ahli data dan informasi Bidang Destinasi Pariwisata Kabupaten Kepulauan Yapen Willy Brians Worabay, kegiatan ini sekaligus menjadi kesempatan mengungkap lebih jauh potensi wisata di kabupaten tersebut.
"Potensinya banyak tetapi belum bisa kita ungkap semua karena akses yang sulit dan kurangnya anggaran. Dari kegiatan ini, kami sudah datangi beberapa desa dan banyak sekali yang bisa kami gali untuk menjadi potensi wisata kabupaten," ujar dia.
Menurut dia, ikan Hiu Paus dan burung Cenderawasih menjadi andalan kekayaan hayati di Teluk Cenderwasih ini. Namun potensi budaya dari sedikitnya 31 suku di kawasan adat Saireri ini juga dapat menjadi kekuatan wisata bersaing dengan daerah lain di Papua dan Papua Barat, bahkan provinsi lain di Indonesia.
Berita Terkait
PLN sukses kawal kelistrikan nirkedip WWF Ke-10 di Bali hingga usai
Minggu, 26 Mei 2024 9:03 Wib
Pemprov Jateng tingkatkan kapasitas pegawai dalam kelola air
Jumat, 24 Mei 2024 7:49 Wib
Akademisi: WWF 2024 penting untuk jaga keberlangsungan sumber daya air
Selasa, 21 Mei 2024 13:37 Wib
Dirut PLN tinjau posko utama kelistrikan KTT WWF
Minggu, 19 Mei 2024 19:20 Wib
PLN gelar apel siaga kelistrikan pastikan keandalan pelayanan KTT WWF 2024 di Bali
Sabtu, 18 Mei 2024 16:50 Wib
Earth Hour 2023, WWF Indonesia pusatkan di Solo
Kamis, 16 Maret 2023 20:06 Wib
WWF said Sumatran tiger relocation to not solve human-wildlife conflict
Jumat, 1 November 2019 16:56 Wib
WWF: Anda mungkin menelan plastik setara satu kartu kredit per pekan
Rabu, 12 Juni 2019 13:47 Wib