Peluncuran tersebut dilakukan oleh Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BPPTU) Sapi Perah Baturraden, Kabupaten Banyumas, Sabtu.
Saat memberi sambutan, Wamentan mengharapkan, empat pejantan unggul yang diluncurkan tersebut dapat mendukung percepatan peningkatan produktivitas sapi perah dan peningkatan mutu genetik sapi perah Indonesia.
"Saat ini kebutuhan susu tidak bisa semua dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Produksi susu dalam negeri hanya memenuhi 25 persen dari total kebutuhan, sehingga sisanya yang 75 persen diimpor," katanya.
Menurut dia, 25 persen pasokan susu dalam negeri tersebut hanya dihasilkan oleh kekuatan populasi sapi perah yang jumlahnya sekitar 600 ribu ekor.
Akan tetapi dari 600 ribu ekor ini, kata dia, masih memunculkan pertanyaan apakan seluruhnya dalam masa produktif.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan populasi sapi perah minimal 1 juta ekor dengan harapan pasokan susu dalam negeri meningkat sehingga dapat mengurangi impor.
"Ada tiga permasalahan dalam pasokan susu, yakni populasi sapi perahnya kurang, produktivitasnya kurang, dan masalah penanganan," kata Rusman.
Terkait hal itu, dia mengatakan, upaya menghasilkan pejantan unggul sangat dibutuhkan agar Indonesia tidak lagi tergantung pada impor.
Dalam hal ini, dia mencontohkan 451 ekor pejantan unggul sapi perah asal Australia yang akan diberikan untuk Jawa Tengah guna memperkuat populasi sapi perah di provinsi ini.
"Andaikan sejak dulu bisa menghasilkan pejantan unggul, kita tidak perlu impor lagi," katanya.
Menurut dia, Kementan pada 2011 silam juga telah meluncurkan empat pejantan unggul sapi perah, yakni Formery, Farrel, Filmore, dan Bullionary.
Saat ditemui usai kegiatan, Wamentan mengatakan, saat ini perlu pembenahan untuk bisa mencapai swasembada susu.
"Kita selalu melakukan hal itu (pembenahan, red.) terukur, dengan 'planning' yang bertahap tapi terukur. Contoh, tahun ini kita sudah mendeklarasikan tidak ada lagi impor semen (air mani ternak, red.) beku, mani beku untuk pembuahan atau perkawinan," katanya.
Bahkan, kata dia, saat ini Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang, Jawa Timur, telah ekspor semen beku.
Selain itu, lanjutnya, mulai 2013 tidak ada lagi impor pejantan unggul sapi potong.
"Semua pejantan unggulnya kita produksi sendiri di dalam negeri terutama yang Ongole karena kita yakin program inseminasi buatan berhasil. Jadi itu turunan dari swasembada semen beku, nanti turunannya adalah swasembada dalam bidang pejantan unggul," katanya.
Jika semuanya berhasil, kata dia, Indonesia akan swasembada daging pada 2014 karena semen beku dan pejantan unggulnya telah swasembada.
Terkait empat pejantan unggul sapi perah yang diluncurkan di BBPTU Sapi Perah Baturraden, Rusman mengatakan, tiga di antaranya berada di BBIB Lembang, Bandung, Jawa Barat, dan satu jenis di BBIB Singosari.
Menurut dia, keberadaan empat pejantan unggul sapi perah tersebut sengaja dititipkan di BBIB Lembang dan BBIB Singosari agar bisa berkontribusi menghasilkan semen beku.
Disinggung mengenai target populasi sapi perah sebanyak 1 juta ekor, Wamentan mengatakan, hal itu sebenarnya dapat dipenuhi pada 2013 melalui impor.
Akan tetapi, kata dia, hal itu dihindari meskipun hingga 2014 kemungkinan masih ada impor namun telah dikombinasikan dengan produksi sapi perah unggul dari dalam negeri.
"Jadi 1 juta ekor ini, mudah-mudahan 2014 tercapai, tetapi masih jauh kalau kita bicara swasembada susunya karena 1 juta ekor belum menjamin. Bayangkan, 25 persen produksi dalam negeri, 75 persennya harus kita impor untuk memenuhi kebutuhan susu nasional," kata dia menambahkan.
Oleh karena itu, dia mengharapkan swasembada susu bisa tercapai pada 2020.
Menurut dia, saat ini produksi susu dalam negeri sebesar 1 juta ton sehingga jumlah yang diimpor sebanyak 3 juta ton.
Data dari BBPTU Sapi Perah Baturraden, uji zuriat sapi perah nasional merupakan kegiatan pengujian dalam rangka menghasilkan bibit pejantan unggul yang cocok dengan kondisi agroklimat Indonesia sebagai upaya memperbaiki mutu genetik sapi perah yang ada di Indonesia.
Kegiatan uji zuriat ini telah dilaksanakan sejak 2004 dengan melibatkan unsur perguruan tinggi, penelitian dan pengembangan (litbang), dinas, unit pelaksana teknis pembibitan, serta pelaku usaha pembibitan baik swasta, koperasi, dan masyarakat peternak dengan ternak yang dilibatkan mencapai 7.000 ekor.
Kegiatan uji zuriat akan terus berkelanjutan meskipun telah menghasilkan delapan pejantan unggul.