Kerjasama ini memungkinkan peneliti dari Jerman dan Indonesia untuk meneliti berbagai tema riset terkait dengan pesisir dan kelautan di Indonesia, kata Sekretaris Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, Dr. Aryo Hanggoro, DEA.

"Kami memilih riset di Indonesia karena Indonesia adalah salah satu 'hot spot' penelitian tentang ekosistem pesisir, perubahan iklim, dan kelautan, dan Pemerintah Jerman sangat tertarik dalam hal riset tentang itu," kata Karl Wollin, Kepala Divisi Riset Sistem Bumi, Kementerian Riset dan Pendidikan Jerman.

SPICE fase III adalah lanjutan dari SPICE fase I yang sukses dilaksanakan pada tahun 2003-2007 dan SPICE II tahun 2007-2010.

Untuk fase III para peneliti melakukan riset di enam topik: keanekaragaman maritim, ketahanan dan kelestarian pangan, perubahan iklim dan laut, terumbu karang, ekologi bakau, geologi laut, dan pengembangan energi terbarukan dari laut.

"Kerjasama penelitian kita dengan Jerman sudah berlangsung selama 30 tahun terakhir. Kita sudah banyak menjalin kerjasama riset dan ini lebih spesifik dengan klaster-klaster riset kelautan dan pesisir," kata Nada DS. Marsudi, Asisten Deputi Urusan Jaringan Iptek Internasional, Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia (Kemristek).

Lebih lanjut Nada menjelaskan bahwa program kerjasama riset ini memanfaatkan dana yang dikumpulkan dari masing-masing negara, dan lokasi riset pun ditentukan secara bersama-sama pula.

Terkait dengan manfaaat dari kerjasama ini, baik RI maupun Jerman mengupayakan pencapaian pertukaran ilmu pengetahuan dan penguatan kapasitas bagi para peneliti bidang pesisir dan kelautan.

Untuk tiap topik, peneliti yang terlibat kira-kira 7-10 orang, kata Nada, sehingga total peneliti yang tergabung dalam SPICE adalah 60-70 orang dari Indonesia dan sekitar 50-60 dari Jerman.

"Telah banyak peneliti tingkat Diploma, Sarjana, Master, dan Doktor yang terlibat dalam program ini. Program ini juga melibatkan tidak hanya Jerman dan Indonesia, para peneliti dari negara-negara berkembang lain juga bisa melaksanakan riset kelautan dan pesisir sehingga jangkauannya cukup global," kata Dr. Sebastian Ferse yang menjadi koordinator salah satu tema riset SPICE.

Instansi Jerman yang tergabung dalam SPICE antara lain Leibniz Center for Tropical Marine Ecology (ZMT Bremen), Institute of Soil Science, University of Hanover (LUH), dan Leibniz Institute for Natural Product Research and Infection Biology (HKI Jena). Adapun instansi Indonesia yang terlibat dapam program ini antara lain Balitbang KP, BPPT, LIPI, dan beberapa perguruan tinggi seperti IPB, ITB, UGM, UNHAS, Unsoed, dan Unri.

Khusus tentang anggaran, koordinator SPICE di Jerman, Claudia Schultz menyebut angka sekitar 6 juta euro atau sekitar Rp72 miliar untuk periode penelitian 2012-2014.

Selain melakukan riset secara bersama, peneliti Jerman dan Indonesia bekerjasama untuk mempublikasikan hasil riset di jurnal internasional. Bila ada produk hasil riset yang menjadi paten, maka paten ini pun akan dibagi secara rata 50:50 antara Indonesia dan Jerman.

Pewarta : -
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024