Banyumas (ANTARA) - Tim Maggot Preneur menggandeng Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Purwokerto dan Rumah Tahanan (Rutan) Banyumas dalam kegiatan implementasi pengolahan produk turunan maggot di Griya Abhipraya Banyumas, Selasa (30/9).

Kegiatan yang melibatkan warga binaan dan klien pemasyarakatan tersebut merupakan tindak lanjut program pengabdian masyarakat yang sebelumnya difokuskan pada budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi pengurangan sampah organik.

Pada tahap ini, pelatihan diarahkan pada pemanfaatan produk turunan maggot, antara lain pakan ternak berbasis protein tinggi seperti pelet ikan, tepung maggot, dan kasgot (bekas maggot) yang bernilai ekonomi.

“Program ini kami kembangkan agar tidak berhenti di budidaya saja, tetapi juga mampu meningkatkan nilai tambah melalui produk turunannya. Dengan begitu, peserta memiliki peluang lebih luas untuk menciptakan usaha berkelanjutan,” kata salah satu anggota Tim Maggot Preneur.

Dalam kegiatan implementasi tersebut, peserta mendapatkan pelatihan mulai dari teknik pemanenan maggot, pengolahan menjadi pakan alternatif, hingga pemanfaatan residu maggot sebagai pupuk organik. Selain menerima materi, peserta juga terlibat aktif dalam praktik langsung agar memiliki keterampilan yang dapat dikembangkan secara mandiri.

Baca juga: Pakar Unsoed: Pemerintahan Prabowo tunjukkan progres signifikan

Kepala Bapas Kelas II Purwokerto Bluri Wijaksono menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan ini karena sejalan dengan upaya pemberdayaan warga binaan dan klien pemasyarakatan sebagai bagian dari proses reintegrasi sosial.

Selain lembaga pemasyarakatan, kegiatan ini juga melibatkan mitra strategis seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas yang menyediakan bibit maggot, serta Rumah Sakit Siaga Medika Banyumas yang memasok sampah organik sebagai bahan pakan utama.

Tim Maggot Preneur terdiri dari lima mahasiswa lintas jurusan, yakni Nindi Juniar dan Atika Dewi R. dari Ekonomi Pembangunan, Elvika Mukti Restiani dari Biologi, Muhammad Ardhan Alfaris dari Peternakan, dan Alif Ardandi dari Agroteknologi.

Sinergi berbagai disiplin ilmu tersebut menjadikan program ini kuat dari sisi teknis, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Melalui kegiatan ini, diharapkan warga binaan dan klien pemasyarakatan memperoleh keterampilan baru sekaligus semangat untuk mengembangkan usaha produktif yang ramah lingkungan.

Program Maggot Preneur menjadi bukti bahwa isu lingkungan dapat menjadi pintu masuk bagi lahirnya solusi sosial-ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca juga: Halal Center Unsoed edukasi pelajar tentang pentingnya konsumsi makanan halal
Baca juga: Guru besar Unsoed dukung rencana penggabungan Bulog dan Bapanas
Baca juga: Mahasiswa Unsoed dampingi petani Serang olah kohe jadi pupuk ramah lingkungan


Pewarta : KSM
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2025