"Masalah intoleransi masuk pada sisi agama dan sosial. Dari dialog ini diharapkan muncul tindakan nyata sebagai jalan keluar permasalahan tersebut," kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Abdurrahman M.Fachir saat pembukaan 6th Regional Interfaith Dialogue di Semarang, Senin.
Menurut dia, meski Indonesia merupakan penggagas pembentukan dialog kerukunan umat beragama ini, negara ini tetap masih harus belajar tentang upaya penyelesakan masalah intoleransi beragama.
Ia menjelaskan, Indonesia masih harus belajar dari negara lain yang kemungkinan juga pernah menghadapi permasalahan yang sama.
"Indonesia tetap masih harus belajar. Kita akan belajar dari pengalaman yang ada," katanya.
Dalam pertemuan yang diikuti oleh 15 negara ini, lanjut dia, juga akan disampaikan berbagai contoh kasus tentang permasalahan intoleransi beragama yang dihadapi masing-masing negara.
Ia menuturkan, melalui dialog ini diharapkan akan tercipta harmonisasi dan toleransi antarumat beragama, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
(ilustrasi: RNW)