Semarang (ANTARA) - SD Negeri Rancabentang 3 di Kota Cimahi menunjukkan keberhasilan dalam menghadapi tantangan pendidikan inklusif dengan pendekatan inovatif, terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti disleksia, disgrafia, dan diskalkulia.

Sekolah ini menjadi contoh bagaimana hambatan belajar tidak menjadi akhir perjalanan akademis siswa, tetapi peluang untuk mengembangkan potensi mereka dengan cara yang berbeda.

Menurut Rizki Kurniawan, S.Pd, guru sekaligus Koordinator Program Inklusi di sekolah tersebut, pendekatan dimulai dengan identifikasi mendalam terhadap hambatan belajar siswa.

"Setiap anak punya potensi, meskipun cara belajarnya berbeda," kata Rizki yang juga guru Bahasa Inggris ini.

Guru mengamati perilaku di kelas, kata Rizki, melakukan tes sederhana, dan berdiskusi dengan orang tua untuk mendapatkan gambaran lengkap. Setelah itu, langkah-langkah intervensi disusun secara individual, menyesuaikan dengan kebutuhan unik setiap siswa.

"Kadang orang tua tidak menyadari bahwa anak mereka punya kesulitan khusus. Setelah diberi informasi, mereka menjadi lebih terbuka untuk bekerja sama," kata Rizki.

Metode pembelajaran yang digunakan beragam. Untuk siswa dengan disleksia, diterapkan metode multisensori seperti kartu interaktif berbasis teknologi augmented reality (AR) yang memadukan huruf dan suara, sehingga siswa lebih mudah memahami huruf dan membuat belajar lebih menarik.

Sementara itu, siswa dengan disgrafia dilatih menggunakan aplikasi letter tracing dan teknologi voice-to-text, yang membantu mereka mengekspresikan ide tanpa tekanan menulis. Siswa diperkenalkan teknologi voice-to-text, yang membantu mereka mengekspresikan ide tanpa tekanan menulis.

Adapun siswa dengan diskalkulia diperkenalkan pada alat manipulatif seperti balok angka dan permainan edukasi matematika untuk memahami konsep angka secara menyenangkan.

Dampak positif dari program ini dirasakan langsung oleh siswa. Alif, siswa kelas 5 yang sebelumnya kesulitan memahami pelajaran, mengaku lebih percaya diri karena bimbingan sabar dari guru.

"Aku kadang susah mengerti kalau dijelaskan cepat-cepat, tapi Pak Rizki selalu sabar mengajari aku pelan-pelan," kata Alif.

Raffa, siswa kelas 4 yang mengalami disleksia, kini merasa lebih nyaman belajar membaca berkat metode interaktif yang diterapkan.

"Dulu aku sering salah baca dan malu. Sekarang, aku bisa belajar pakai kartu huruf yang ada gambarnya, jadi lebih gampang," kata Raffa.

Keberhasilan program ini juga tidak lepas dari peran aktif orang tua. Mereka diberikan panduan sederhana untuk melanjutkan pembelajaran di rumah, serta diperkenalkan pada aplikasi pembelajaran berbasis teknologi.

Rizki menegaskan pendidikan inklusif adalah tentang memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak untuk berkembang, tanpa terkecuali.

SD Negeri Rancabentang 3 membuktikan pendidikan inklusif dapat diwujudkan dengan komitmen, inovasi, dan kerja sama. Pendekatan ini tidak hanya membantu siswa dengan kesulitan belajar, tetapi juga menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih menerima dan mendukung keberagaman.

 

*Peningkatan Kualitas Pendidikan Kerja Sama Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan Tanoto Foundation


Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024