Cilacap (ANTARA) - Nelayan di kawasan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang tergabung dalam Kelompok Pelestari Mangrove "Sida Asih" Kelurahan Kutawaru membudidayakan lebah madu klanceng sebagai bagian dari diversifikasi usaha agar tidak hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan.
Ditemui di Konservasi Mangrove Jagapati (Si-Manja), kawasan Segara Anakan, Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap, Selasa, Sekretaris Kelompok Pelestari Mangrove "Sida Asih" Sutiyono mengatakan budi daya lebah madu klanceng tersebut dilakukan sejak tahun 2019.
"Selain karena harganya lebih tinggi dibandingkan harga madu lebah hutan, daerah ini juga potensial untuk budi daya lebah klanceng karena di sini banyak tanaman buah dan sayuran," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui kondisi cuaca di kawasan Segara Anakan yang sering terasa panas dapat membubarkan koloni lebah madu klanceng, sehingga berdampak terhadap produktivitas.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya membangun pendingin rumah lebah yang merupakan bantuan dari PT Pertamina Patra Niaga Fuel Integrated Terminal Cilacap dan Politeknik Negeri Cilacap.
"Pendingin ini dibangun agar koloni lebah madu klanceng tidak bubar karena panas, juga untuk meningkatkan produktivitas madunya," kata dia menegaskan.
Menurut dia, pendingin rumah lebah tersebut menggunakan air yang dijadikan kabut dengan alat semprot bertenaga surya dan penyemprotannya diatur setiap satu jam sekali selama beberapa menit agar tidak terlalu basah dan terjaga kelembapannya.
Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini pihaknya membudidayakan lebah madu klanceng sebanyak 30 koloni yang dipanen setiap tiga bulan.
"Setiap 16 koloni bisa menghasilkan madu sekitar 600 mililiter, sehingga kalau 30 koloni bisa menghasilkan sekitar 1 liter. Harga jualnya setiap 300 mililiter sebesar Rp200 ribu, padahal kalau madu biasa harganya Rp195 ribu per 500 mililiter," katanya.
Selain harganya lebih tinggi dari harga madu biasa, kata dia, madu klanceng juga memiliki rasa yang khas karena agak berasa asam.
Saat ini, kata dia, pihaknya sedang mencoba agar lebah madu klanceng mau menghisap bunga dari tanaman mangrove yang banyak terdapat di kawasan Segara Anakan.
"Selain membudidayakan lebah madu klanceng, kami di Si-Manja juga melaksanakan kegiatan eduwisata serta budi daya kerapu, kakap merah, nila salin, dan kepiting bakau. Juga ada pembibitan mangrove dan untuk ibu-ibunya ada kegiatan olahan makanan berbahan dasar buah mangrove," kata Sutiyono.
Sementara itu, Manager Fuel Integrated Terminal Cilacap Ahmad Delfhin Ananta mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Politeknik Negeri Cilacap membuat pendingin rumah lebah untuk Kelompok Pelestari Mangrove "Sida Asih".
Menurut dia, pendingin rumah lebah itu menggunakan panel surya untuk mengubah energi surya menjadi energi listrik yang digunakan untuk menghidupkan alat semprot dan mengisi baterai.
"Jadi kalau malam, alat pendingin itu memanfaatkan energi listrik yang tersimpan di baterai. Keesokan harinya menggunakan energi surya lagi untuk listriknya," kata dia menjelaskan.
Dosen Pengendalian Pencemaran Lingkungan PNC Oto Prasadi mengatakan pendingin rumah lebah tersebut dibuat sedemikian rupa agar rumah-rumah lebah yang ada di dalamnya tidak diserang semut.
Selain itu, kata dia, rumah-rumah lebah yang ada di dalamnya diberi jarak untuk menghindari terjadinya tawuran antarlebah jika jaraknya terlalu dekat.
"Untuk sementara pengaturan penyemprotan air menggunakan waktu, misalnya setiap setengah jam akan menyala. Namun ke depan tidak menutup kemungkinan akan menggunakan sensor suhu, sehingga ketika suhu udaranya naik, misalnya 35 derajat Celcius, secara otomatis pendinginnya akan menyala," katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Sutirno menyambut baik dengan adanya budi daya lebah madu klanceng yang dilakukan oleh nelayan di Kutawaru.
"Itu perlu dikembangkan lebih baik lagi untuk masyarakat pesisir sebagai diversifikasi usaha, sehingga tidak hanya mengandalkan hasil sebagai nelayan," katanya.
Baca juga: KAI Purwokerto hadirkan "water station" di sejumlah stasiun
Ditemui di Konservasi Mangrove Jagapati (Si-Manja), kawasan Segara Anakan, Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap, Selasa, Sekretaris Kelompok Pelestari Mangrove "Sida Asih" Sutiyono mengatakan budi daya lebah madu klanceng tersebut dilakukan sejak tahun 2019.
"Selain karena harganya lebih tinggi dibandingkan harga madu lebah hutan, daerah ini juga potensial untuk budi daya lebah klanceng karena di sini banyak tanaman buah dan sayuran," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui kondisi cuaca di kawasan Segara Anakan yang sering terasa panas dapat membubarkan koloni lebah madu klanceng, sehingga berdampak terhadap produktivitas.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya membangun pendingin rumah lebah yang merupakan bantuan dari PT Pertamina Patra Niaga Fuel Integrated Terminal Cilacap dan Politeknik Negeri Cilacap.
"Pendingin ini dibangun agar koloni lebah madu klanceng tidak bubar karena panas, juga untuk meningkatkan produktivitas madunya," kata dia menegaskan.
Menurut dia, pendingin rumah lebah tersebut menggunakan air yang dijadikan kabut dengan alat semprot bertenaga surya dan penyemprotannya diatur setiap satu jam sekali selama beberapa menit agar tidak terlalu basah dan terjaga kelembapannya.
Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini pihaknya membudidayakan lebah madu klanceng sebanyak 30 koloni yang dipanen setiap tiga bulan.
"Setiap 16 koloni bisa menghasilkan madu sekitar 600 mililiter, sehingga kalau 30 koloni bisa menghasilkan sekitar 1 liter. Harga jualnya setiap 300 mililiter sebesar Rp200 ribu, padahal kalau madu biasa harganya Rp195 ribu per 500 mililiter," katanya.
Selain harganya lebih tinggi dari harga madu biasa, kata dia, madu klanceng juga memiliki rasa yang khas karena agak berasa asam.
Saat ini, kata dia, pihaknya sedang mencoba agar lebah madu klanceng mau menghisap bunga dari tanaman mangrove yang banyak terdapat di kawasan Segara Anakan.
"Selain membudidayakan lebah madu klanceng, kami di Si-Manja juga melaksanakan kegiatan eduwisata serta budi daya kerapu, kakap merah, nila salin, dan kepiting bakau. Juga ada pembibitan mangrove dan untuk ibu-ibunya ada kegiatan olahan makanan berbahan dasar buah mangrove," kata Sutiyono.
Sementara itu, Manager Fuel Integrated Terminal Cilacap Ahmad Delfhin Ananta mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Politeknik Negeri Cilacap membuat pendingin rumah lebah untuk Kelompok Pelestari Mangrove "Sida Asih".
Menurut dia, pendingin rumah lebah itu menggunakan panel surya untuk mengubah energi surya menjadi energi listrik yang digunakan untuk menghidupkan alat semprot dan mengisi baterai.
"Jadi kalau malam, alat pendingin itu memanfaatkan energi listrik yang tersimpan di baterai. Keesokan harinya menggunakan energi surya lagi untuk listriknya," kata dia menjelaskan.
Dosen Pengendalian Pencemaran Lingkungan PNC Oto Prasadi mengatakan pendingin rumah lebah tersebut dibuat sedemikian rupa agar rumah-rumah lebah yang ada di dalamnya tidak diserang semut.
Selain itu, kata dia, rumah-rumah lebah yang ada di dalamnya diberi jarak untuk menghindari terjadinya tawuran antarlebah jika jaraknya terlalu dekat.
"Untuk sementara pengaturan penyemprotan air menggunakan waktu, misalnya setiap setengah jam akan menyala. Namun ke depan tidak menutup kemungkinan akan menggunakan sensor suhu, sehingga ketika suhu udaranya naik, misalnya 35 derajat Celcius, secara otomatis pendinginnya akan menyala," katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Sutirno menyambut baik dengan adanya budi daya lebah madu klanceng yang dilakukan oleh nelayan di Kutawaru.
"Itu perlu dikembangkan lebih baik lagi untuk masyarakat pesisir sebagai diversifikasi usaha, sehingga tidak hanya mengandalkan hasil sebagai nelayan," katanya.
Baca juga: KAI Purwokerto hadirkan "water station" di sejumlah stasiun