Demak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Demak, Jawa Tengah berupaya mengurangi timbulan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) dengan memberikan pelatihan kepada pengurus pondok pesantren bersama para santrinya cara mengelola sampah dengan pemilahan.

"Dari hasil pemilahan sampah tersebut, tentunya ada yang bisa dimanfaatkan sebagai alternatif bahan baku ataupun didaur ulang menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis," kata Bupati Demak Eisti'anah saat menghadiri pelatihan pengelolaan sampah berbasis masyarakat/komunitas di Ponpes Aulia Center Desa Balerejo, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Selasa.

Upaya tersebut, kata dia, juga menjadi bagian upaya agar kasus darurat sampah akibat TPA Kalikondang dan Candisari tidak mampu menampung sampah dari masyarakat, karena kekurangan kapasitas tampung.

Baca juga: Gerindra : Pendamping Ahmad Luthfi di Pilkada Jateng dari santri

Ia berharap melalui pelatihan tata cara pengelolaan sampah yang ideal bisa mengurangi timbulan sampah, sehingga TPA terdekat juga bisa berumur panjang, karena sampah yang terbuang semakin berkurang. Sebab, diselesaikan dari sumbernya, salah satunya pondok pesantren dengan melakukan pemilihan sampah.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Demak Sudarwanto menambahkan bahwa pelatihan pengelolaan sampah dengan menyasar ponpes ini merupakan yang keenam kalinya.

Pondok pesantren lain yang lebih dahulu didampingi dalam pengelolaan sampah, yakni pondok pesantren yang ada di Kecamatan Mijen, Gajah, Wedung, Bonang, dan Mranggen. Sedangkan hari ini digelar di Ponpes Aulia Center di Kecamatan Dempet yang memiliki 300 santri.

Biasanya, kata dia, pelatihan pengelolaan sampah menyasar masyarakat di desa-desa dengan struktural pemerintahan. Kemudian, diubah dengan sasaran ponpes.

Baca juga: Mengajak santri Kudus gunakan hak pilih

"Santri di Kabupaten Demak saat ini jumlahnya cukup banyak, harapannya pengelolaan sampahnya bisa lebih maksimal, sehingga produksi sampah di Demak yang setiap harinya mencapai 450 ton bisa berkurang," ujarnya.

Menurut dia, ponpes berpotensi menghasilkan sampah organik maupun un-organik dalam jumlah banyak. Sampah organik bisa dijadikan eko enzim atau pupuk organik, sedangkan sampah un-organik bisa untuk aneka produk yang bisa menambah nilai ekonomi dan pemasukan tambahan bagi santri.

"Kami tetap akan memberikan pendampingan, karena nantinya juga ada aplikasi jari satu untuk memantau sampah yang dilaporkan. Kalau ada kekurangan baru kami melakukan intervensi untuk penyediaan alat pemilah sampah atau tempat pemilahan dan lainnya," ajarnya.

Baca juga: Ratusan santri di Kudus doakan Muhaimin Iskandar jadi Ketua Umum PKB

Pengasuh Ponpes Aulia Center Kiai Agus Taufiqurrahman berterima kasih atas kehadiran Bupati Demak dan Dinas LH yang memberikan sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah.

Selama ini, kata dia, pemilahan sampah sudah dilakukan para santrinya, namun belum sampai dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Sedangkan tempat untuk bank sampah maupun tempat pemilahan juga tersedia.

"Adanya pelatihan dan pendampingan, harapannya bisa turut berkontribusi mengurangi timbulan sampah di TPA. Perilaku yang bersih akan membuat lingkungan pondok juga bersih, nyaman dan kesehatan santri juga terjaga dengan baik. Karena akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat," ujarnya.

Baca juga: Tangan santri dicelup air panas, JPPA Kudus gandeng tiga perguruan tinggi dampingi korban

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024