Semarang (ANTARA) - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah sedang menjajaki pendirian Rumah Sakit (RS) Guru sebagai bagian dari proses pengembangan aset dan usaha yang menyokong keberlangsungan organisasi.
"Selama beberapa tahun terakhir usaha dan aset PGRI Jateng terus mengalami pengembangan. Bila sebelumnya kita punya Bank Guru yang segera buka cabang di Kota Salatiga, sekarang kami juga sedang menjajaki untuk mendirikan RS Guru," kata Ketua PGRI Jateng Muhdi di Semarang, Sabtu.
Dia mengatakan hal tersebut di sela Sidang Pleno Konferensi Provinsi PGRI Jateng Masa Bhakti XXIII Tahun 2024 yang berlangsung di Balairung Universitas PGRI Semarang (Upgris)
Menurut dia, RS Guru menjadi salah satu target pengembangan organisasi dengan menimbang pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat, termasuk bagi guru.
Selain bisa menjadi layanan kesehatan untuk anggota dan masyarakat, kata dia, RS Guru bisa menjadi bentuk baru pengembangan usaha PGRI sebagai sebuah organisasi.
"Bila ada guru yang sakit, berobatnya ke RS Guru. Tentu bukan hal yang mustahil. Semoga pengurus baru yang terpilih nanti bisa segera merealisasikannya," kata mantan Rektor Upgris tersebut.
Selain penjajakan RS Guru, Muhdi juga menyampaikan wacana untuk merevitalisasi Gedung PGRI Jateng yang saat ini sudah terlalu tua dan kurang representatif untuk menopang perluasan lembaga-lembaga bagian organisasi.
"Gedungnya sudah kalah jauh dengan gedung PGRI di kabupaten/kota. Untuk pengembangan lembaga organisasi juga sudah tidak memungkinkan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan pentingnya guru bersiap untuk menghadapi perubahan yang cepat dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, termasuk dalam sistem pendidikan.
"Menyongsong Indonesia Emas akan ada perubahan yang menurut saya sangat cepat, bahkan radikal. Ini terjadi juga di pendidikan," katanya.
Diakuinya, para guru sudah banyak belajar menghadapi perubahan, terutama saat era pandemi COVID-19 yang membuat perubahan model belajar dari biasanya sistem tatap muka menjadi dalam jaringan (daring) menggunakan koneksi internet.
Namun, Muhdi mengingatkan bahwa perubahan yang akan terjadi ke depan bisa saja menyentuh aspek substansial sehingga guru harus bersiap diri menjadi guru yang adaptif terhadap perubahan.
"Selama beberapa tahun terakhir usaha dan aset PGRI Jateng terus mengalami pengembangan. Bila sebelumnya kita punya Bank Guru yang segera buka cabang di Kota Salatiga, sekarang kami juga sedang menjajaki untuk mendirikan RS Guru," kata Ketua PGRI Jateng Muhdi di Semarang, Sabtu.
Dia mengatakan hal tersebut di sela Sidang Pleno Konferensi Provinsi PGRI Jateng Masa Bhakti XXIII Tahun 2024 yang berlangsung di Balairung Universitas PGRI Semarang (Upgris)
Menurut dia, RS Guru menjadi salah satu target pengembangan organisasi dengan menimbang pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat, termasuk bagi guru.
Selain bisa menjadi layanan kesehatan untuk anggota dan masyarakat, kata dia, RS Guru bisa menjadi bentuk baru pengembangan usaha PGRI sebagai sebuah organisasi.
"Bila ada guru yang sakit, berobatnya ke RS Guru. Tentu bukan hal yang mustahil. Semoga pengurus baru yang terpilih nanti bisa segera merealisasikannya," kata mantan Rektor Upgris tersebut.
Selain penjajakan RS Guru, Muhdi juga menyampaikan wacana untuk merevitalisasi Gedung PGRI Jateng yang saat ini sudah terlalu tua dan kurang representatif untuk menopang perluasan lembaga-lembaga bagian organisasi.
"Gedungnya sudah kalah jauh dengan gedung PGRI di kabupaten/kota. Untuk pengembangan lembaga organisasi juga sudah tidak memungkinkan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan pentingnya guru bersiap untuk menghadapi perubahan yang cepat dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, termasuk dalam sistem pendidikan.
"Menyongsong Indonesia Emas akan ada perubahan yang menurut saya sangat cepat, bahkan radikal. Ini terjadi juga di pendidikan," katanya.
Diakuinya, para guru sudah banyak belajar menghadapi perubahan, terutama saat era pandemi COVID-19 yang membuat perubahan model belajar dari biasanya sistem tatap muka menjadi dalam jaringan (daring) menggunakan koneksi internet.
Namun, Muhdi mengingatkan bahwa perubahan yang akan terjadi ke depan bisa saja menyentuh aspek substansial sehingga guru harus bersiap diri menjadi guru yang adaptif terhadap perubahan.