Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, meminta jajaran kelurahan dan kecamatan untuk memetakan lahan tidur di wilayahnya untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai area pertanian perkotaan atau "urban farming".
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Hernowo Budi Luhur di Semarang, Senin, mengatakan bahwa lahan bengkok dan pribadi sudah banyak yang dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan.
"Beberapa contoh di antaranya adalah pemanfaatan lahan-lahan bengkok maupun lahan-lahan pribadi milik masyarakat untuk program Perdu Semerbak (Pertanian Terpadu Seribu Polibag, Ayam, dan Kelinci) yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tani," katanya.
Kata dia, ada lahan pribadi di wilayah Bulusan yang digunakan sebagai "edupark", yaitu wahana untuk edukasi pertanian perkotaan
"Ada Laguna Greenhouse Farming yang menggunakan lahan pribadi sekitar 1 hektare untuk budi daya melon secara hidroponik, dan masih banyak lagi," katanya.
Namun, kata dia, masih banyak lahan tidur yang belum produktif, misalnya lahan di bawah atau kolong jalan tol, taman-taman yang belum produktif, atap gedung atau perkantoran, maupun lahan-lahan milik swasta.
Karena itu, ia tengah berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan selaku pemangku wilayah untuk melakukan pendataan dan pemetaan lahan tidur di wilayah masing-masing.
"Tentu saja inginnya program ini diimplementasikan di seluruh wilayah Kota Semarang, terutama di daerah-daerah urban yang sudah semakin berkurang, atau bahkan sudah tidak ada lahan pertaniannya," katanya.
Meski demikian, diakuinya, implementasi program pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian perkotaan bukan tanpa tantangan.
Hernowo mengungkapkan bahwa belum semua pemilik lahan tidur bersedia memberikan akses lahan mereka untuk kegiatan pertanian perkotaan.
Bahkan, kata dia, beberapa kelompok pertanian perkotaan juga terpaksa harus mencari lokasi baru atau tidak bisa melanjutkan aktivitasnya karena lahan yang telah digunakan sebelumnya diminta kembali oleh pemiliknya.
Ia berharap pemetaan lahan tidur di seluruh wilayah Kota Semarang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut.
"Kami harap masyarakat, termasuk sekolah, perguruan tinggi, maupun perusahaan-perusahaan baik milik swasta maupun milik pemerintah agar ikut bergerak bersama dalam menyediakan lahan serta berusaha mengimplementasikan 'urban farming', termasuk memanfaatkan atap-atap gedungnya," katanya.
Bisa melakukan budi daya 'urban farming' sendiri atau memberikan peluang bagi masyarakat untuk bekerja sama. Hal ini sebagai salah satu bentuk peran serta mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan di Kota Semarang,.demikian Hernowo.
Baca juga: Pemkot Semarang: Manfaatkan lahan tidur untuk pertanian perkotaan
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Hernowo Budi Luhur di Semarang, Senin, mengatakan bahwa lahan bengkok dan pribadi sudah banyak yang dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan.
"Beberapa contoh di antaranya adalah pemanfaatan lahan-lahan bengkok maupun lahan-lahan pribadi milik masyarakat untuk program Perdu Semerbak (Pertanian Terpadu Seribu Polibag, Ayam, dan Kelinci) yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tani," katanya.
Kata dia, ada lahan pribadi di wilayah Bulusan yang digunakan sebagai "edupark", yaitu wahana untuk edukasi pertanian perkotaan
"Ada Laguna Greenhouse Farming yang menggunakan lahan pribadi sekitar 1 hektare untuk budi daya melon secara hidroponik, dan masih banyak lagi," katanya.
Namun, kata dia, masih banyak lahan tidur yang belum produktif, misalnya lahan di bawah atau kolong jalan tol, taman-taman yang belum produktif, atap gedung atau perkantoran, maupun lahan-lahan milik swasta.
Karena itu, ia tengah berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan selaku pemangku wilayah untuk melakukan pendataan dan pemetaan lahan tidur di wilayah masing-masing.
"Tentu saja inginnya program ini diimplementasikan di seluruh wilayah Kota Semarang, terutama di daerah-daerah urban yang sudah semakin berkurang, atau bahkan sudah tidak ada lahan pertaniannya," katanya.
Meski demikian, diakuinya, implementasi program pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian perkotaan bukan tanpa tantangan.
Hernowo mengungkapkan bahwa belum semua pemilik lahan tidur bersedia memberikan akses lahan mereka untuk kegiatan pertanian perkotaan.
Bahkan, kata dia, beberapa kelompok pertanian perkotaan juga terpaksa harus mencari lokasi baru atau tidak bisa melanjutkan aktivitasnya karena lahan yang telah digunakan sebelumnya diminta kembali oleh pemiliknya.
Ia berharap pemetaan lahan tidur di seluruh wilayah Kota Semarang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut.
"Kami harap masyarakat, termasuk sekolah, perguruan tinggi, maupun perusahaan-perusahaan baik milik swasta maupun milik pemerintah agar ikut bergerak bersama dalam menyediakan lahan serta berusaha mengimplementasikan 'urban farming', termasuk memanfaatkan atap-atap gedungnya," katanya.
Bisa melakukan budi daya 'urban farming' sendiri atau memberikan peluang bagi masyarakat untuk bekerja sama. Hal ini sebagai salah satu bentuk peran serta mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan di Kota Semarang,.demikian Hernowo.
Baca juga: Pemkot Semarang: Manfaatkan lahan tidur untuk pertanian perkotaan