Purwokerto (ANTARA) - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) merencanakan pembangunan laboratorium scientec medis berbasis nuklir di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Rencana tersebut akan diajukan terlebih dahulu ke Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Jika disetujui, pembangunan akan dimulai pada tahun 2026/2027.
Dekan FMIPA Unsoed Prof. Drs. Budi Pratikno, M.Stat. mengatakan laboratorium scientec medis akan menjadi unit layanan utama di bidang fisika medis dan akan menyediakan berbagai layanan, termasuk penggunaan alat-alat medis seperti rontgen dan MRI untuk rumah sakit.
"Ini adalah upaya untuk mendukung Risiprof Unsoed (RGU) dan meningkatkan layanan kepada masyarakat serta persiapan menuju Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum (PTN-BH)," ungkapnya.
Baca juga: 2.370 calon mahasiswa baru jalur SNBP Unsoed jalani registrasi fisik
Pratikno juga menjelaskan bahwa peralatan mahal di laboratorium ini merupakan salah satu syarat bagi FMIPA Unsoed untuk dapat bergabung dengan aliansi perguruan tinggi yang memiliki jurusan fisika medis.
"Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, termasuk kerja sama dengan rumah sakit dan keberadaan dosen-dosen berbasis fisika medis," tambahnya.
Menurut dia, pembangunan laboratorium ini diinisiasi oleh FMIPA dengan dukungan dari konsorsium Jepang. "Konsorsium Jepang telah mengajukan permintaan agar laboratorium tidak hanya untuk FMIPA, tetapi juga untuk Fakultas Ilmu Kesehatan (FICUS), agar bisa digunakan untuk melayani masyarakat, khususnya di Jawa Tengah bagian Selatan," jelas Prof. Budi.
Fokus pelayanan laboratorium ini salah satunya adalah penyembuhan kanker berbasis nuklir. Hingga saat ini, RS Kanker Dharmais Jakarta merupakan satu-satunya rumah sakit terkenal di Indonesia yang menggunakan teknologi tersebut.
Untuk menutupi biaya operasional laboratorium, Unsoed akan menjalin kerja sama dengan rumah sakit serta memperluas cakupan layanan, baik untuk umum maupun untuk keperluan pendidikan.
Pada bulan Juni 2024, para ahli dari Jepang dijadwalkan akan datang untuk membahas kesiapan Unsoed terkait rencana pembangunan laboratorium ini. Mereka akan memberikan informasi tentang teknis pembangunan, manfaatnya, dan kesiapan Unsoed dalam mengimplementasikannya.
Baca juga: Mayoritas calon mahasiswa jalur SNBT Unsoed dapatkan UKT level rendah
Baca juga: FMIPA Unsoed makin maju dengan gedung baru
Baca juga: Unsoed bangun Rumah Sakit Akademik untuk tingkatkan pendidikan kedokteran
Rencana tersebut akan diajukan terlebih dahulu ke Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Jika disetujui, pembangunan akan dimulai pada tahun 2026/2027.
Dekan FMIPA Unsoed Prof. Drs. Budi Pratikno, M.Stat. mengatakan laboratorium scientec medis akan menjadi unit layanan utama di bidang fisika medis dan akan menyediakan berbagai layanan, termasuk penggunaan alat-alat medis seperti rontgen dan MRI untuk rumah sakit.
"Ini adalah upaya untuk mendukung Risiprof Unsoed (RGU) dan meningkatkan layanan kepada masyarakat serta persiapan menuju Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum (PTN-BH)," ungkapnya.
Baca juga: 2.370 calon mahasiswa baru jalur SNBP Unsoed jalani registrasi fisik
Pratikno juga menjelaskan bahwa peralatan mahal di laboratorium ini merupakan salah satu syarat bagi FMIPA Unsoed untuk dapat bergabung dengan aliansi perguruan tinggi yang memiliki jurusan fisika medis.
"Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, termasuk kerja sama dengan rumah sakit dan keberadaan dosen-dosen berbasis fisika medis," tambahnya.
Menurut dia, pembangunan laboratorium ini diinisiasi oleh FMIPA dengan dukungan dari konsorsium Jepang. "Konsorsium Jepang telah mengajukan permintaan agar laboratorium tidak hanya untuk FMIPA, tetapi juga untuk Fakultas Ilmu Kesehatan (FICUS), agar bisa digunakan untuk melayani masyarakat, khususnya di Jawa Tengah bagian Selatan," jelas Prof. Budi.
Fokus pelayanan laboratorium ini salah satunya adalah penyembuhan kanker berbasis nuklir. Hingga saat ini, RS Kanker Dharmais Jakarta merupakan satu-satunya rumah sakit terkenal di Indonesia yang menggunakan teknologi tersebut.
Untuk menutupi biaya operasional laboratorium, Unsoed akan menjalin kerja sama dengan rumah sakit serta memperluas cakupan layanan, baik untuk umum maupun untuk keperluan pendidikan.
Pada bulan Juni 2024, para ahli dari Jepang dijadwalkan akan datang untuk membahas kesiapan Unsoed terkait rencana pembangunan laboratorium ini. Mereka akan memberikan informasi tentang teknis pembangunan, manfaatnya, dan kesiapan Unsoed dalam mengimplementasikannya.
Baca juga: Mayoritas calon mahasiswa jalur SNBT Unsoed dapatkan UKT level rendah
Baca juga: FMIPA Unsoed makin maju dengan gedung baru
Baca juga: Unsoed bangun Rumah Sakit Akademik untuk tingkatkan pendidikan kedokteran