Purwokerto (ANTARA) - Lima mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang terdiri atas terdiri atas Windy, Steven, Harso, Sandrina, dan Dhian melakukan penelitian terhadap lumbung paceklik Komunitas Adat Bonokeling di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Salah seorang mahasiswa, Windy mengatakan ketahanan pangan menjadi fokus perhatian pembangunan di negara-negara dunia, termasuk Indonesia.
Menurut dia, konsep ketahanan pangan secara substansial sudah dipraktikkan sejak ratusan tahun yang lalu oleh Komunitas Adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, yang merupakan salah satu komunitas hasil akulturasi antara Islam dan budaya lokal di Jawa Tengah bagian selatan.
Dalam hal ini, salah satu tradisi Komunitas Adat Bonokeling sejak ratusan tahun yang lalu dan masih lestari hingga saat ini adalah lumbung paceklik, atau yang pada umumnya dikenal dengan lumbung pangan.
Ia mengatakan tradisi tersebut merupakan bentuk kearifan lokal sebagai upaya mitigasi guna menghadapi krisis pangan.
Baca juga: Unsoed jalin kerja sama MBKM dengan TWP Purbasari Pancuran Mas Purbalingga
"Oleh karena itu, kami tertarik untuk mengetahui apa yang menjadi alasan lumbung paceklik Komunitas Adat Bonokeling tetap berjalan dan berkelanjutan," jelasnya.
Juru bicara Komunitas Adat Bonokeling, Sumitro mengatakan hingga saat ini masyarakat Bonokeling masih memandang penting adanya lumbung paceklik karena terkait dengan gotong royong.
"Dalam Komunitas Bonokeling, kita dapat melihat semangat gotong royong yang tumbuh dan berkembang, secara bersama-sama memastikan ketersediaan pangan dan kehidupan yang lebih baik untuk seluruh anggota komunitas," ungkapnya.
Dosen pembimbing, Dr. Alizar Isna, S.Sos., M.Si. mengatakan saat ini, penelitian mengenai Lumbung Paceklik Komunitas Adat Bonokeling (Studi Tentang Kearifan Lokal Mitigasi Kerawanan Pangan di Desa Pekuncen, Jatilawang Kabupaten Banyumas) merupakan salah satu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 yang lolos didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
"Kami berharap agar hal ini dapat mengasah pemikiran kritis dan memotivasi mahasiswa untuk melestarikan kearifan lokal yang ada di masyarakat," tegasnya.
Baca juga: Akademikus Unsoed : Keanggotaan Timor Leste di ASEAN perlu dikawal
Baca juga: Pius Lustrilanang ingatkan pemda mengukur tingkat resiliensi
Salah seorang mahasiswa, Windy mengatakan ketahanan pangan menjadi fokus perhatian pembangunan di negara-negara dunia, termasuk Indonesia.
Menurut dia, konsep ketahanan pangan secara substansial sudah dipraktikkan sejak ratusan tahun yang lalu oleh Komunitas Adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, yang merupakan salah satu komunitas hasil akulturasi antara Islam dan budaya lokal di Jawa Tengah bagian selatan.
Dalam hal ini, salah satu tradisi Komunitas Adat Bonokeling sejak ratusan tahun yang lalu dan masih lestari hingga saat ini adalah lumbung paceklik, atau yang pada umumnya dikenal dengan lumbung pangan.
Ia mengatakan tradisi tersebut merupakan bentuk kearifan lokal sebagai upaya mitigasi guna menghadapi krisis pangan.
Baca juga: Unsoed jalin kerja sama MBKM dengan TWP Purbasari Pancuran Mas Purbalingga
"Oleh karena itu, kami tertarik untuk mengetahui apa yang menjadi alasan lumbung paceklik Komunitas Adat Bonokeling tetap berjalan dan berkelanjutan," jelasnya.
Juru bicara Komunitas Adat Bonokeling, Sumitro mengatakan hingga saat ini masyarakat Bonokeling masih memandang penting adanya lumbung paceklik karena terkait dengan gotong royong.
"Dalam Komunitas Bonokeling, kita dapat melihat semangat gotong royong yang tumbuh dan berkembang, secara bersama-sama memastikan ketersediaan pangan dan kehidupan yang lebih baik untuk seluruh anggota komunitas," ungkapnya.
Dosen pembimbing, Dr. Alizar Isna, S.Sos., M.Si. mengatakan saat ini, penelitian mengenai Lumbung Paceklik Komunitas Adat Bonokeling (Studi Tentang Kearifan Lokal Mitigasi Kerawanan Pangan di Desa Pekuncen, Jatilawang Kabupaten Banyumas) merupakan salah satu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 yang lolos didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
"Kami berharap agar hal ini dapat mengasah pemikiran kritis dan memotivasi mahasiswa untuk melestarikan kearifan lokal yang ada di masyarakat," tegasnya.
Baca juga: Akademikus Unsoed : Keanggotaan Timor Leste di ASEAN perlu dikawal
Baca juga: Pius Lustrilanang ingatkan pemda mengukur tingkat resiliensi