Semarang (ANTARA) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat bahwa capaian inflasi enam kota gabungan di provinsi ini pada April 2023 mencapai 0,28 persen (month to month) atau terendah sepanjang historis periode Idul Fitri.

"Inflasi periode Lebaran tahun ini merupakan yang terendah dibandingkan rata-rata periode Lebaran beberapa tahun terakhir sebesar 0,48 persen (mtm)," kata Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra, di Semarang, Rabu.

Menurut dia, penurunan inflasi dipengaruhi oleh kelompok transportasi, yakni deflasi tarif angkutan udara seiring dengan frekuensi penerbangan dan masa berlaku penerapan biaya tambahan (fuel surcharge) kepada maskapai penerbangan yang sudah berakhir.

Penurunan harga avtur, kata dia, diperkirakan juga menjadi penyebab penurunan tarif angkutan udara.

Pada sisi lain, ia mengatakan bahwa penurunan inflasi tertahan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami peningkatan inflasi sebesar 0,66 persen.

Peningkatan inflasi tersebut, katanya pula, terutama didorong oleh komoditas daging ayam ras dan beras yang harganya naik karena didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat seiring momentum Lebaran.

Pada kesempatan itu, Rahmat menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Jateng pada triwulan pertama tahun ini tumbuh 5,04 persen atau lebih tinggi dibandingkan perekonomian Jawa dan nasional.

Pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa pada periode yang sama tercatat sebesar 4,96 persen (yoy), sedangkan nasional sebesar 5,03 (yoy).

Dari sisi pengeluaran, kata dia, pertumbuhan ekonomi Jateng yang tetap kuat disokong dari konsumsi rumah tangga yang memiliki andil terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 3,11 persen dan tumbuh sebesar 5,31 persen (yoy).

Pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencerminkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi masih berada pada level optimis di atas 100, yakni sebesar 124,7 atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2022 (122).

Sementara dari sisi lapangan usaha, kata Rahmat, sumber pertumbuhan berasal dari sektor lapangan usaha utama industri pengolahan yang tumbuh sebesar 4,12 persen (yoy).

Peningkatan sektor itu, terutama disebabkan oleh perbaikan konsumsi domestik seiring dengan inflasi yang mulai menurun pada awal tahun, serta persiapan momentum Ramadhan dan Lebaran di triwulan selanjutnya.
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024