Cilacap (ANTARA) - “Bu Guru, lihat, robotku sudah jadi” kata Yusuf dengan senyum antusias sambil menujukkan robot pecahan hasil karyanya.
Tak seperti biasanya, hari ini Yusuf mengikuti pelajaran Matematika dengan penuh semangat. Padahal, sebelumnya pelajaran Matematika bagi Yusuf merupakan pelajaran yang menakutkan.
Tak hanya bagi Yusuf, sebagian besar siswa sering kali menganggap Matematika itu menyeramkan karena mereka harus berkutat dengan angka-angka, simbol, serta garis yang belum tentu mereka pahami.
Mengetahui keresahan siswanya terhadap pelajaran Matematika, Bu Eti, guru kelas tiga SD Negeri Sarwadadi 03 Cilacap, mengemas pembelajaran Matematika secara menarik dan menyenangkan dengan media robot pecahan.
Sebuah lembar kerja peserta didik untuk mengenal nilai pecahan berupa gabungan beberapa bangun datar sehingga membentuk sebuah robot yang keren.
Belajar yang menyenangkan dan bermakna
David Ausubel, ahli psikologi kognitif, menyatakan bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajarinya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Bu Eti menyajikan pembelajaran Matematika pada materi nilai pecahan dengan kegiatan yang menyenangkan dan juga bermakna.
Siswa dilibatkan dalam kegiatan langsung yang mengaitkan pengalaman, fakta, dan konsep baru ke dalam konsep yang telah dimiliki siswa. Untuk itu, Bu Eti menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dengan unsur-unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi)
Mengalami
Proses melakukan kegiatan (doing) dan/atau mengamati (observing) terkait dengan materi pembelajaran. Guru mengajak siswa praktik membelah buah apel menjadi beberapa bagian yang sama. Diawali dengan memberi pertanyaan pemantik “Jika Ibumu hanya mempunyai satu buah apel lalu akan memberikan apel itu untuk kamu dan adikmu, apa yang harus Ibu lakukan?”
Siswa menjawab “Dibagi dua, Bu Guru”. Apel kemudian dibelah menjadi 2 bagian dan diberikan kepada dua orang siswa sehingga masing-masing mendapat ½ bagian. Guru lalu membimbing siswa praktik membelah buah menjadi 3 bagian, 4 bagian, 8 bagian, dan seterusnya.
Selanjutnya guru menggunakan peraga blok pecahan model lingkaran dan persegi Panjang. Guru memperkenalkan pecahan 1/2, 1/4, 1/8 dengan menunjukkan terlebih dahulu kepada siswa 1 bagian yang utuh.
Interaksi
Proses pertukaran gagasan/pemikiran antara dua orang atau lebih. Guru membagi siswa secara berpasangan kemudian memberikan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang berupa robot pecahan. Bersama pasangannya siswa berdiskusi untuk menentukan nilai pecahan pada setiap bangun ruang yang membentuk robot pecahan. Agar tampilannya lebih menarik, siswa kemudian mewarnai robot pecahan tersebut.
Komunikasi
Proses penyampaian gagasan/pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan LKPD. Secara bergantian siswa bersama pasangannya mempresentasikan hasil diskusi, kemudian teman-temannya menanggapi dan memberikan apresiasi. Guru membimbing jalannya presentasi sambil meluruskan jika ada miskonsepsi saat siswa melakukan presentasi.
Refleksi
Proses memikirkan makna dari belajar yang dialami, baik yang terkait materi yang dipelajari maupun pengalaman belajarnya. Guru memberi beberapa pertanyaan tentang apa hal baru yang dipelajari, apa manfaat dari apa dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana perasaan siswa belajar hari ini, dan seterusnya. Berpandu pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa menyimpulkan sendiri hasil belajarnya tentang nilai pecahan.
Dengan siswa membangun sendiri pengetahuannya, diharapkan pengetahuan tersebut akan lebih lama melekat dalam ingatan. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa juga akan memudahkan proses belajar pada materi berikutnya. Untuk itu, penting bagi untuk menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan lagi bermakna.
*Kepala SD Negeri Sarwadadi 03
Fasilitator Daerah Program PINTAR Kabupaten Cilacap
Editor: Edhy/AZM
Tak seperti biasanya, hari ini Yusuf mengikuti pelajaran Matematika dengan penuh semangat. Padahal, sebelumnya pelajaran Matematika bagi Yusuf merupakan pelajaran yang menakutkan.
Tak hanya bagi Yusuf, sebagian besar siswa sering kali menganggap Matematika itu menyeramkan karena mereka harus berkutat dengan angka-angka, simbol, serta garis yang belum tentu mereka pahami.
Mengetahui keresahan siswanya terhadap pelajaran Matematika, Bu Eti, guru kelas tiga SD Negeri Sarwadadi 03 Cilacap, mengemas pembelajaran Matematika secara menarik dan menyenangkan dengan media robot pecahan.
Sebuah lembar kerja peserta didik untuk mengenal nilai pecahan berupa gabungan beberapa bangun datar sehingga membentuk sebuah robot yang keren.
Belajar yang menyenangkan dan bermakna
David Ausubel, ahli psikologi kognitif, menyatakan bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajarinya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Bu Eti menyajikan pembelajaran Matematika pada materi nilai pecahan dengan kegiatan yang menyenangkan dan juga bermakna.
Siswa dilibatkan dalam kegiatan langsung yang mengaitkan pengalaman, fakta, dan konsep baru ke dalam konsep yang telah dimiliki siswa. Untuk itu, Bu Eti menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dengan unsur-unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi)
Mengalami
Proses melakukan kegiatan (doing) dan/atau mengamati (observing) terkait dengan materi pembelajaran. Guru mengajak siswa praktik membelah buah apel menjadi beberapa bagian yang sama. Diawali dengan memberi pertanyaan pemantik “Jika Ibumu hanya mempunyai satu buah apel lalu akan memberikan apel itu untuk kamu dan adikmu, apa yang harus Ibu lakukan?”
Siswa menjawab “Dibagi dua, Bu Guru”. Apel kemudian dibelah menjadi 2 bagian dan diberikan kepada dua orang siswa sehingga masing-masing mendapat ½ bagian. Guru lalu membimbing siswa praktik membelah buah menjadi 3 bagian, 4 bagian, 8 bagian, dan seterusnya.
Selanjutnya guru menggunakan peraga blok pecahan model lingkaran dan persegi Panjang. Guru memperkenalkan pecahan 1/2, 1/4, 1/8 dengan menunjukkan terlebih dahulu kepada siswa 1 bagian yang utuh.
Interaksi
Proses pertukaran gagasan/pemikiran antara dua orang atau lebih. Guru membagi siswa secara berpasangan kemudian memberikan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang berupa robot pecahan. Bersama pasangannya siswa berdiskusi untuk menentukan nilai pecahan pada setiap bangun ruang yang membentuk robot pecahan. Agar tampilannya lebih menarik, siswa kemudian mewarnai robot pecahan tersebut.
Komunikasi
Proses penyampaian gagasan/pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan LKPD. Secara bergantian siswa bersama pasangannya mempresentasikan hasil diskusi, kemudian teman-temannya menanggapi dan memberikan apresiasi. Guru membimbing jalannya presentasi sambil meluruskan jika ada miskonsepsi saat siswa melakukan presentasi.
Refleksi
Proses memikirkan makna dari belajar yang dialami, baik yang terkait materi yang dipelajari maupun pengalaman belajarnya. Guru memberi beberapa pertanyaan tentang apa hal baru yang dipelajari, apa manfaat dari apa dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana perasaan siswa belajar hari ini, dan seterusnya. Berpandu pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa menyimpulkan sendiri hasil belajarnya tentang nilai pecahan.
Dengan siswa membangun sendiri pengetahuannya, diharapkan pengetahuan tersebut akan lebih lama melekat dalam ingatan. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa juga akan memudahkan proses belajar pada materi berikutnya. Untuk itu, penting bagi untuk menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan lagi bermakna.
*Kepala SD Negeri Sarwadadi 03
Fasilitator Daerah Program PINTAR Kabupaten Cilacap
Editor: Edhy/AZM