Semarang (ANTARA) - BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan Pemprov Jateng terus melakukan intervensi penanganan stunting di Demak dan hasilnya terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2022, Dinas Kesehatan Kabupaten Demak menyebutkan prevalensi angka stunting di Kabupaten Demak turun hingga 11 persen.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, prevalensi angka Stunting Kabupaten Demak sebesar 25.5 persen. Hal tersebut dilaporkan Bupati Demak Eisti'anah pada saat peninjauan penanganan kasus stunting pada lokus daerah stunting di Desa Prampelan Kabupaten Demak oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Senin (23/1).
Bupati Demak juga melaporkan Desa Prampelan yang terletak di Kecamatan Sayung merupakan salah satu daerah yang terdampak banjir pada tanggal 31 Desember 2022. Kejadian tersebut mengakibatkan beberapa rumah warga terendam 900 KK rumahnya terendam air setinggi 60-80 cm, jumlah terdampak 3.037 jiwa di antaranya ada beberapa balita.
Oleh karena itu BKKBN bersama Gubernur Jawa Tengah beserta jajarannya, turun langsung ke lokasi untuk meninjau sekaligus menyerahkan beberapa bantuan di antaranya, kursi roda dan makanan tambahan untuk balita.
Selain meninjau dampak akibat banjir, Gubernur Jawa Tengah menegaskan komitmennya terhadap percepatan penurunan angka stunting melalui program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Program tersebut diluncurkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengatasi masalah stunting termasuk masalah kematian ibu dan anak.
Ganjar Pranowo mengatakan akan terus bersinergi dengan BKKBN untuk mengatasi masalah stunting di Jawa Tengah termasuk bekerja sama dengan semua lintas sektoral dan semua Kepala Daerah yang ada di Jawa Tengah.
"Pertama harus tahu data, berapa data ibu hamil, berapa data stunting, berapa yang kandungannya bermasalah, sehingga bisa mencegah secara dini AKI dan AKB," kata Ganjar pada saat tanya jawab dengan Kepala Desa Prampelan, kader, dan bidan.
Angka ibu hamil di Desa Prampelan sendiri berjumlah 38 orang dan 21 orang di antaranya terindikasi bermasalah. Ada yang KEK (lingkar lengan kecil), anemia, dan tinggi badan orang tua yang kurang.
Muhammad Thoif Kepala Desa Prampelan menjelaskan untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan pemberian makanan yang bergizi yang bertujuan untuk mengatasi stunting selama 120 hari (4 bulan) secara terus menerus.
Menurut Ganjar pentingnya mengedukasi kepada masyarakat untuk betul-betul merencanakan keluarga dengan baik, salah satunya melalui KB (alat kontrasepsi), sedangkan untuk menangani kasus stunting sendiri sudah cukup kreatif di antaranya, melalui pemberian makanan bergizi melalui makanan lokal seperti lele.
Sebanyak 21 orang yang terindikasi stunting di Desa Prampelan harus menjadi prioritas utama penanganan stunting yang dilakukan bersama-sama, baik masyarakat sekitar atau dinas terkait lainnya.
“Kita inline dengan programnya BKKBN untuk mencegah pernikahan dini, mencegah stunting salah satunya melalui Genre yang sudah terbentuk di masing-masing Kabupaten di Jawa Tengah, untuk mengedukasi anak-anak muda mengenai pentingnya merencanakan sebuah keluarga,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Widwiono mengatakan sudah terintregasi dengan baik penanganan percepatan penurunan stunting, kampung KB dan pemberdayaan masyarakat, oleh dinas lintas sektoral dalam menangani kasus-kasus tersebut khususnya di Desa Prampelan yang juga terdampak banjir.
“Saya optimistis target penurunan stunting 17 persen di Jawa Tengah pada tahun 2023 bisa terwujud," kata Widwiono.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Jawa tengah Retno Sudewi menambahkan kegiatan tersebut adalah salah satu contoh wujud kolaborasi antara BPBD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan melalui pemberian tablet darah, dan posyandunya BKKBN dengan Dapur Dahsat, serta DP3AP2KB melalui trauma healingnya untuk bersama-sama mengatasi penurunan angka stunting khususnya di daerah yang juga terkena bencana, sehingga target prevalensi angka stunting turun menjadi 14 persen dapat diwujudkan.
Untuk menurunkan angka stunting merupakan persoalan yang harus dipikirkan secara bersama-sama, sebab status kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh lingkungan baik itu geografis, biologis, ekonomi, dan budaya, disusul kemudian perilaku hidup sehat dari masyarakat.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, prevalensi angka Stunting Kabupaten Demak sebesar 25.5 persen. Hal tersebut dilaporkan Bupati Demak Eisti'anah pada saat peninjauan penanganan kasus stunting pada lokus daerah stunting di Desa Prampelan Kabupaten Demak oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Senin (23/1).
Bupati Demak juga melaporkan Desa Prampelan yang terletak di Kecamatan Sayung merupakan salah satu daerah yang terdampak banjir pada tanggal 31 Desember 2022. Kejadian tersebut mengakibatkan beberapa rumah warga terendam 900 KK rumahnya terendam air setinggi 60-80 cm, jumlah terdampak 3.037 jiwa di antaranya ada beberapa balita.
Oleh karena itu BKKBN bersama Gubernur Jawa Tengah beserta jajarannya, turun langsung ke lokasi untuk meninjau sekaligus menyerahkan beberapa bantuan di antaranya, kursi roda dan makanan tambahan untuk balita.
Selain meninjau dampak akibat banjir, Gubernur Jawa Tengah menegaskan komitmennya terhadap percepatan penurunan angka stunting melalui program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Program tersebut diluncurkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengatasi masalah stunting termasuk masalah kematian ibu dan anak.
Ganjar Pranowo mengatakan akan terus bersinergi dengan BKKBN untuk mengatasi masalah stunting di Jawa Tengah termasuk bekerja sama dengan semua lintas sektoral dan semua Kepala Daerah yang ada di Jawa Tengah.
"Pertama harus tahu data, berapa data ibu hamil, berapa data stunting, berapa yang kandungannya bermasalah, sehingga bisa mencegah secara dini AKI dan AKB," kata Ganjar pada saat tanya jawab dengan Kepala Desa Prampelan, kader, dan bidan.
Angka ibu hamil di Desa Prampelan sendiri berjumlah 38 orang dan 21 orang di antaranya terindikasi bermasalah. Ada yang KEK (lingkar lengan kecil), anemia, dan tinggi badan orang tua yang kurang.
Muhammad Thoif Kepala Desa Prampelan menjelaskan untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan pemberian makanan yang bergizi yang bertujuan untuk mengatasi stunting selama 120 hari (4 bulan) secara terus menerus.
Menurut Ganjar pentingnya mengedukasi kepada masyarakat untuk betul-betul merencanakan keluarga dengan baik, salah satunya melalui KB (alat kontrasepsi), sedangkan untuk menangani kasus stunting sendiri sudah cukup kreatif di antaranya, melalui pemberian makanan bergizi melalui makanan lokal seperti lele.
Sebanyak 21 orang yang terindikasi stunting di Desa Prampelan harus menjadi prioritas utama penanganan stunting yang dilakukan bersama-sama, baik masyarakat sekitar atau dinas terkait lainnya.
“Kita inline dengan programnya BKKBN untuk mencegah pernikahan dini, mencegah stunting salah satunya melalui Genre yang sudah terbentuk di masing-masing Kabupaten di Jawa Tengah, untuk mengedukasi anak-anak muda mengenai pentingnya merencanakan sebuah keluarga,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Widwiono mengatakan sudah terintregasi dengan baik penanganan percepatan penurunan stunting, kampung KB dan pemberdayaan masyarakat, oleh dinas lintas sektoral dalam menangani kasus-kasus tersebut khususnya di Desa Prampelan yang juga terdampak banjir.
“Saya optimistis target penurunan stunting 17 persen di Jawa Tengah pada tahun 2023 bisa terwujud," kata Widwiono.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Jawa tengah Retno Sudewi menambahkan kegiatan tersebut adalah salah satu contoh wujud kolaborasi antara BPBD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan melalui pemberian tablet darah, dan posyandunya BKKBN dengan Dapur Dahsat, serta DP3AP2KB melalui trauma healingnya untuk bersama-sama mengatasi penurunan angka stunting khususnya di daerah yang juga terkena bencana, sehingga target prevalensi angka stunting turun menjadi 14 persen dapat diwujudkan.
Untuk menurunkan angka stunting merupakan persoalan yang harus dipikirkan secara bersama-sama, sebab status kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh lingkungan baik itu geografis, biologis, ekonomi, dan budaya, disusul kemudian perilaku hidup sehat dari masyarakat.