Semarang (ANTARA) - “Selasa, 30 Januari 2018 pukul 12.00 WIB, ibu menjemputku pulang sekolah pakai sepeda motor. Saat berhenti di lampu lalu lintas tiba-tiba terdengar suara bergemuruh dan benturan yang sangat keras di belakang kami. Belum sempat menengok ke belakang, kami berdua terhempas. Truk dengan ukuran lebih besar dari rumahku melindas kedua kakiku dan kaki ibuku,” cerita Oky Yudi Satriyo.

Siswa kelas 7A SMP Negeri 23 Semarang itu menceritakan kejadian awal mula kedua kakinya diamputasi dan mengharuskan dirinya kemana-mana menggunakan kursi roda akibat truk pengangkut petikemas yang tidak terkendali melaju dan menabrak semua kendaraan di depannya. 

Setelah hampir dua jam, Oky dan ibunya yang berada di bawah truk, berhasil dievakuasi dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun karena alasan biaya, akhirnya dirujuk ke RSUP Kariadi dan sampai di ruang UGD pukul 20.00 WIB.

Dokter mengatakan jika lebih dari enam jam tidak dilakukan operasi maka jaringan pada kaki akan mati dan harus diamputasi. Sementara antrean pasien masih banyak.

“Saya melihat ayah menangis kemudian memelukku, tetapi saya belum tahu apa yang ditangisi ayahku,” kata Oky.

Pukul 03.00 WIB Oky baru dibawa ke ruang operasi dan naasnya kedua kakinya harus diamputasi. Begitu juga ibunya, satu kakinya diamputasi sementara kaki yang lain mengalami patah tulang, sehingga harus dirawat intensif.

“Setelah aku terbangun dan ingin menggerakkan kakiku, ternyata aku lihat kedua kakiku telah hilang. Aku menangis, karena tidak bisa membayangkan bagaimana nasibku selanjutnya. Duniaku berubah menjadi sangat berbeda dengan sebelumnya,” cerita Oky.

Selama tiga bulan Oky berada di ruang perawatan dan menjalaninya dengan sedih, apalagi setiap kali dirinya mendengar perawat mendorong kereta berisi alat-alat perawatan luka untuknya.

"Aku menangis, karena aku akan kembali merasakan sakit ketika perawat itu membersihkan dan mengganti perban di lukaku," kata Oky.

Baca juga: Mencetak hero peduli lingkungan

Sepulang dari rumah sakit
Tepat 28 Maret 2018, Oky diperbolehkan pulang dari rumah sakit, namun ibunya masih harus melanjutkan perawatan. Saat kejadian kecelakaan itu, Oky kelas 2 SD Purwosari 01 Semarang.

"Saya lega bisa pulang ke rumah. Tetapi mimpi buruk jadi kenyataan. Semua berubah, temanku tidak lagi mengajak ku berlari berkejar-kejaran. Aku hanya bisa menyaksikan mereka bermain sepak bola. Apalagi saat suatu hari bola temanku tak sengaja menggelinding di depan kursi rodaku. Aku berusaha menendangnya, tapi yang ku gerakkan hanya bayangan. Rasanya masih memiliki kedua kaki,” kata Oky.

Oky Yudi Satriyo kini telah kelas 7A SMP Negeri 23 Semarang. Anak pertama dua bersaudara dari ibu penjual makanan kecil dan ayah yang bekerja sebagai penggali sumur ini, dikenal ceria, murah senyum, memiliki semangat tinggi, pandai bercerita, dan memiliki hobi menggambar.

Ia mengaku semangatnya tersebut ia tiru dari ayahnya yang kuat menghadapi cobaan. Ayahnya juga selalu memberikan semangat dengan kata-kata "kamu anak ayah yang hebat dan kuat. Kamu harus menjadi anak yang berhasil". Dari ayahnya, Oky juga belajar bagaimana memaafkan orang lain termasuk kepada pengemudi truk yang saat kejadian melarikan diri.

"Setahun lebih setelah kejadian, pengemudi truk yang menabrak kami tertangkap. Kami dipertemukan di kantor polisi. Pelajaran berharga yang aku dapat, walaupun ayah dan ibuku sedikit mengungkapkan kemarahannya, tetapi tetap memberikan maaf. Aku bangga ayah dan ibuku, karena beliau benar-benar mempunyai sifat pemaaf," kata Oky.

Selain dari ayahnya, Oky mengaku dikelilingi orang-orang yang menyayanginya seperti para guru SD-nya saat itu yang selalu menyampaikan "Oki jangan pantang menyerah, kamu pasti bisa".

"Teman-teman SD-ku akhirnya mengajakku bermain yang bisa aku lakukan. Begitu juga saat ini, teman-teman SMP 23 Semarang juga selalu mendukungku," katanya.

Tidak hanya guru, kepala sekolah, dan warga sekolah mendukung kebutuhan belajar Oky. Beberapa instruktur Program PINTAR Tanoto Foundation pun ikut memberi perhatian dan dukungan kebutuhan belajar Oky.

Baca juga: Beragam program tuk perkuat karakter pelajar Pancasila

Pendidikan inklusif di SMP Negeri 23 Semarang
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. 

Pendidikan inklusif memiliki dasar hukum dan pelaksanaan yaitu Permendiknas 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa; serta berpedoman pada UU No. 20 tahun 2003, bahwa sistem pendidikan harus secara demokratis, berkeadilan, serta tidak diskriminatif. 

SMP 23 Semarang telah menerapkan kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pemerataan pendidikan tanpa membedakan kondisi anak dan telah menyelenggarakan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Beberapa ABK atau anak berkebutuhan khusus telah lulus dari SMP Negeri 23 Semarang.

Semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tanpa hambatan yang berarti dan dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi anak-anak tersebut tetap nyaman dan bersemangat mengikuti pembelajaran.

Baca juga: Keluar zona nyaman wujudkan perubahan

Mereka juga dapat menikmati dunia bermainnya dengan anak-anak yang sebaya, walaupun terkadang tampak perbedaan yang menunjukkan keinklusiannya. Mereka sering mengundang perasaan haru teman-temannya dan juga guru-gurunya, bahkan sangat menginspirasi.

Mereka justru memberi pelajaran kepada temannya dan gurunya, tentang pelajaran yang tidak ditemukan dalam buku pelajaran yang menjadi pegangan selama ini. Pelajaran tentang bagaimana menghadapi hidup dan menggapai kebahagiaan dalam hidup.

Pelajaran lain yakni rasa bahagia ketika bersama mereka, karena kebahagiaan yang terbesar yakni ketika kita dapat membahagiakan atau membantu orang lain.

Selain nilai/pelajaran tentang kebahagiaan, ada satu hal yang lebih berarti yakni indahnya bersyukur akan semua karunia dari Allah SWT yang telah diberikan kepada kita karena ada banyak kelebihan dibalik kekurangan fisik termasuk Oky.

Baca juga: Robingah tertambat pada pembelajaran berdiferensiasi
Baca juga: Solusi itu bernama Guru Penggerak

*Penulis: Mubarok
Guru IPA SMP 23 Semarang
Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation

Pewarta : Mubarok*/Nur Istibsaroh
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024