Purwokerto (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meluncurkan program unggulan pengendalian inflasi berupa Tanam Ramah.

Program Tanam Ramah yang merupakan akronim dari Tanam Komoditas Pangan di Pekarangan Rumah diluncurkan dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNIP) yang digelar di Kompleks Menara Teratai, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala KPw BI Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra mengatakan sinergi antara Bank Indonesia dengan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk menjaga inflasi dari sisi suplai melalui GNPIP sangat diperlukan.

Menurut dia, program tersebut akan mendorong peningkatan produksi, menjamin ketersediaan pasokan dan menjaga stabilitas harga, yang dapat dilakukan di antaranya melalui gerakan menanam cabai di pekarangan sebagaimana telah diinisiasi oleh TPID Kabupaten Banyumas, penguatan Kerjasama Antar-Daerah (KAD), dan operasi pasar/pasar murah.

"Sinkronisasi program pengendalian inflasi di seluruh Jawa Tengah juga perlu terus diperkuat untuk mencapai inflasi Jawa tengah yang terkendali," katanya.

Sementara itu, Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan mengatakan gotong royong diperlukan untuk meredam inflasi dengan menjaga keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan ketersediaan pasokan.

Baca juga: BI perkuat program pengembangan UMKM

Menurut dia, kondisi krisis pangan global sudah mulai terjadi dan menjadi tantangan yang nyata, sehingga perlu diciptakan berbagai inovasi dalam Program GNPIP di Kabupaten Banyumas agar mampu menjadi garda terdepan dalam mencapai inflasi pangan yang terkendali dan mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.

"Selain TPID, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam pengendalian inflasi pangan, antara lain dengan mensukseskan program Tangan Ramah dan menerapkan bijak berbelanja," katanya.

Terkait dengan Program GNPIP khususnya Tangan Ramah, Bupati Banyumas Achmad Husein menyampaikan komitmen dan dukungannya terhadap seluruh upaya sinergi untuk menjaga inflasi dan mendorong ketahanan pangan daerah.

Ia mengharapkan program Tangan Ramah dapat dilakukan dengan komitmen yang tinggi oleh seluruh rumah tangga penerima bibit cabai sehingga memberikan dampak nyata terhadap pengendalian inflasi komoditas cabai di akhir tahun 2022.

"Penguatan data dan informasi juga perlu terus dilakukan agar kebijakan pengendalian inflasi dapat menjadi semakin efektif," katanya.

Baca juga: Transportasi sumbang inflasi terbesar di Purwokerto-Cilacap

Dalam hal ini, program Tangan Ramah diawali dengan pembagian bibit cabai untuk ditanam di pekarangan rumah dengan target 1 juta bibit cabai. Program ini perlu dilakukan mengingat komoditas cabai memiliki volatilitas harga yang tinggi dan andil yang cukup besar terhadap inflasi.

Penyaluran bibit akan dilakukan secara bertahap sampai dengan tahun 2023 dengan memperhitungkan suplai dan permintaan terhadap komoditas cabai di daerah Purwokerto dan sekitarnya.

Pada tahap awal dilakukan penyaluran 50.000 bibit cabai yang dibagikan secara serentak ke-27 kelurahan di wilayah perkotaan Kabupaten Banyumas untuk mendukung urban farming.

Oleh karena penyaluran bibit cabai secara serentak pada hari Senin (17/10) merupakan gerakan yang cukup masif, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) memberikan apresiasi dengan mencatatnya di MURI sebagai rekor ke-10.617.

"Rekor ini menumbangkan rekor sebelumnya yang diciptakan oleh Kabupaten Purbalingga pada bulan April 2017," kata Senior Manajer MURI Sri Widayati.

Baca juga: FEB Unsoed Purwokerto dukung percerpatan transformasi digital
Baca juga: Bupati Banyumas genjot potensi ekspor produk UMKM
Baca juga: Dua komoditas pengaruhi inflasi Purwokerto dan Cilacap

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024