Boyolali (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (DPRD) Boyolali terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya bencana menghadapi musim hujan yang pada Oktober hingga Desember mendatang.

"BPBD Boyolali, selain melakukan sosialisasi kepada masyarakat, juga membuka informasi yang bisa dihubungi setiap saat, sehingga apabila terjadi kejadian darurat siap turun ke lapangan membantu masyarakat yang terkena bencana alam," kata Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Widodo Munir di Boyolali, Senin.

Pemkab Boyolali juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui Surat Edaran (SE) Bupati Boyolali 2022 kepada seluruh camat di daerah itu yang isinya, antara lain memerintahkan kepada camat untuk melakukan langkah-langkah antisipasi menghadapi musim hujan.

Widodo Munir mengatakan hujan sering kali terjadi bencana tanah longsor yang sudah dipetakan daerah rawan, seperti di Kecamatan Selo, Cepogo, dan daerah lain yang memiliki tanah kemiringan. Misalnya, di Desa Kendel, Kecamatan Wonosegoro dan Wonosamodro yang mempunyai tebing kabur untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor.

Musim hujan juga sering disertai angin puting beliung, sehingga camat diminta melakukan sosialisasi kepada pemerintah desa agar melakukan hal-hal untuk mengantisipasi terjadinya pohon tumbang dengan cara mengurangi ranting atau dahannya.

Warga juga diimbau mengecek pohon di dekat rumah tinggal yang berpotensi roboh jika ada angin kencang. Jika ada dilakukan pengurangan dengan pemangkasan cabang pohon. Meskipun, soal pohon tumbang ini sudah sering disampaikan kepada warga, masih sering terjadi karena imbauan tidak selalu ditanggapi masyarakat.

Pihaknya juga melakukan sosialisasi melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat, terkait musim hujan, juga ada kejadian pohon tumbang yang menimpa sekolah. Sehingga, pohon dekat sekolah dicek apakah pohon rawan, sehingga perlu ditebang atau dikurangi rantingnya untuk antisipasi pohon tumbang.

"Hal ini untuk meminimalisasi terjadinya bencana pohon tumbang di bangunan sekolah," katanya.

Ia mengatakan untuk puting beliung sulit dipetakan, tetapi beberapa waktu lalu terjadi di Desa Metuk, Boyolali, Desa Repaking, Kecamatan Wonosamodro, Andong, Banyudono, dan Sawit.

Selain itu, pada musim hujan juga sering terjadi bencana banjir di Boyolali akibat meluapnya sungai. Daerah rawan banjir di Dukuh, Kecamatan Banyudono, Bendan Ngemplak. Banjir terjadi akibat limpahan air dari atas, seperti Mojosongo dan Teras jika terjadi hujan deras.

Banjir juga sering terjadi di Kecamatan Sawit, karena endapan sungai sudah mulai menebal, sehingga tidak mampu menampung limpahan air hujan yang tinggi. Banjir bandang sering terjadi di wilayah Boyolali bagian utara, seperti Desa Repaking dan Bandung di Kecamatan Wonosamodro dan Wonosegoro.

Oleh karena itu, BPBD sudah melakukan antisipasi dengan menyiapkan peralatan, seperti gergaji mesin jika terjadi pohon tumbang dan alat berat di daerah rawan tanah longsor.

"Jalan Boyolali ke Selo misalnya, yang rawan bencana tanah longsor juga disiapkan alat berat dari Pemprov Jateng di lokasi sepanjang jalan itu. Jika terjadi longsoran material menutup jalan langsung dapat diatasi, sehingga arus jalan kembali lancar," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat tetap waspada untuk mengantisipasi jika terjadi bencana guna meminimalisasi adanya korban jiwa.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024