Purwokerto (ANTARA) - Penulis Abidah El Khalieqy dan Hamdy Salad menjadi pengajar pada mata kuliah Penulisan Sastra Kreatif di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 

Dalam kuliah perdananya yang digelar melalui Zoom Meeting, Rabu (14/9), kedua praktisi tersebut mengungkapkan hal-hal penting dalam proses kreatif menulis. 

Sebagai seorang novelis, Abidah menyampaikan pengalamannya dalam proses kreatifnya yang telah dia awali pada tahun 1980-an silam. Pengarang perempuan kelahiran Jombang, 1 Maret 1965. ini menuturkan perjalanan proses kreatifnya dalam dunia kepenulisan. 

Abidah mengisahkan bahwa sebelum menjadi seorang penulis novel, dia telah mengawali dengan menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya dipublikasikan di berbagai media masa lokal maupun nasional, di antaranya The Jakarta Post, Jurnal Ulumul Quran, Majalah Horizon, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Jawa Post, dan sebagainya. 

Jika Abidah mengisahkan perjalanan proses kreatifnya sebagai seorang penulis novel, maka Hamdy Salad menceritakan proses kreatifnya sebagai seorang penyair. Menurut Hamdy, menjadi seorang penulis tidaklah terlalu rumit. 

"Yang penting tekun berlatih dan terus berlatih," ujar Hamdi. Penyair yang menulis buku kumpulan puisi Debu di Tepi Jurang ini menyampaikan ilustrasi bahwa seorang penulis berbeda dengan seorang yang sudah memiliki keterampilan bersepeda dan berenang. 

Jika seseorang sudah mampu bersepeda, kata dia, beberapa lama tidak naik sepeda ia berkemungkinan masih tetap bisa naik sepeda. Demikian juga berenang. 

"Namun tidak demikian halnya dengan menulis. Bagi seorang penulis, misalnya satu tahun saja ia tidak aktif menulis, maka untuk menulis kembali ia musti belajar lagi," katanya.
 
Kegiatan Praktisi Mengajar yang diselenggarakan di Prodi PBSI ini merupakan kegiatan pembelajaran kolaboratif yang difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). 

Dosen pengampu mata kuliah Penulisan Sastra Kreatif, Dra. Eko Sri Israhayu, M. Hum. menjelaskan bahwa terpilihnya Abidah El Khalieqy dan Hamdy Salad sebagai praktisi pada mata kuliah yang diampunya diharapkan dapat membawa pembaharuan pada sistem pembelajaran di kelas. 

Baca juga: Pengarang novel "Perempuan Berkalung Sorban" jadi Praktisi Mengajar di PBSI UMP

"Dengan adanya materi dari praktisi, semoga saja mahasiswa dapat referensi yang lebih konkret berkait dengan proses kreatif dalam penulisan karya sastra," ujarnya.

Dia pun berharap para mahasiswa yang mengikuti kuliah dari praktisi dapat mengambil pelajaran penting yang bermanfaat. Oleh karenanya, praktisi menyampaikan materi sekitar proses kreatif masing-masing agar dapat diketahui mahasiswa bahwa menulis merupakan kompetensi yang diperoleh dengan cara tekun berlatih, bukan dengan cara instan.


Berpikir kreatif

Dalam topik materi pertama yang dibawakan oleh Abidah El Khalieqy dan Hamdy Salad, mereka mengajak mahasiswa untuk berpikir kreatif dalam membuat karya sastra. Mahasiswa harus mampu menembus batas kreativitasnya untuk membuat imajinasi liar terhadap karya sastra yang dibuatnya. 

Abidah El Khalieqy menceritakan proses kreatifnya dalam membuat membuat beberapa novel seperti Perempuan Berkalung Sorban, Kartini, Nirzona, Geni Jora, dan lain-lain. 

Dia juga menceritakan bahwa dalam beberapa karyanya, harus melewati riset yang memakan waktu sangat lama dibanding dalam pembuatan karyanya. Tak tanggung-tanggung, Abidah harus mempelajari dan menelusuri beberapa kota-kota terkenal untuk riset pada karya terba/runya. 

Hal lain juga diajarkan oleh Hamdy Salad dalam proses kreatif pada karya yang pernah ia buat sebelumnya. Beberapa terwujud karena proses kreatifnya membuat imajinasi terhadap cerita pendek dan sajak-sajaknya. 

Baca juga: Cegah rambut rontok, lima mahasiswa Farmasi UMP ini manfaatkan limbah cangkang telur

Ia juga mengajak kepada mahasiswa untuk bisa berpikir berbeda dalam pembuatan karya sastra, dibutuhkan kreativitas yang tak biasa agar karya sastra tersebut bisa mencapai proses terbaik dalam pembuatannya.


Respons mahasiswa

Kendati dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting, mahasiswa tampak cukup antusias mengikuti kuliah kedua praktisi tersebut. Hal itu tampak dari on camera yang ditunjukkan sebagian besar mahasiswa selama Zoom Meeting dalam aktivitas perkuliahan daring tersebut. 

Respons positif atas pelaksanaan perkuliahan bersama praktisi disampaikan oleh mahasiswa. Salah satunya Athaya Ridha, seorang mahasiswi kelas 5A yang menyatakan kegembiraannya setelah mendapatkan pembelajaran oleh Abidah El Khalieqy dan Hamdy Salad.

"Tentunya sangat bahagia sekali diajar oleh mereka, apalagi dalam proses mengajarnya kita diberikan contoh berupa karya sastra yang dibuat sebelumnya. Ini membuat kita semakin mudah menangkap penjelasan yang disampaikan dalam pembelajaran ini," tuturnya.

Dia mengharapkan dengan adanya Praktisi Mengajar tersebut membuka cakrawala pemikirannya yang lebih luas terhadap dunia sastra. Khususnya yang telah dia dapatkan pada materi sebelumnya bahwa dibutuhkan pemikiran-pemikiran kreatif dengan imajinasi yang luar biasa dalam proses pembuatan karya sastra.

Mahasiswa lain, Panji Aqsodewo mengemukakan kesannya pula yang positif berkait dengan kegiatan Praktisi Mengajar.

"Saya sangat terkesan sekali," ujar Panji. Ia mengaku mendapat pembelajaran baru terkait apa yang diajarkan oleh kedua praktisi tersebut. 

Baca juga: Mahasiswa Hukum UMP terpilih menjadi Kakang Banyumas 2022

"Khususnya beberapa pandangan dari Ibu Abidah. Hal ini menjadikan saya merasa semakin dekat mengenal beberapa pemahamannya terkait buku-buku yang pernah beliau buat," katanya.

Respons positif atas perkuliahan tersebut ditunjukkan pula dari animo mahasiswa saat sesi tanya jawab bersama praktisi dibuka. Terdapat cukup banyak mahasiswa yang melakukan raise hand untuk mendapat kesempatan bertanya pada praktisi. 

Salah seorang mahasiswa, Salsa Delia mengajukan pertanyaan kepada kedua praktisi perihal kemacetan dalam menulis. "Bagaimana menghadapi kemacetan pada saat menulis? Bagaimana ketika kita mengalami stagnan," katanya.

Praktisi Abidah menyatakan bahwa masalah kemacetan tidak hanya dihadapi oleh seorang penulis pemula. Seorang penulis yang sudah banyak berkarya pun kadang-kadang mengalami kemacetan dalam berkarya.

Hal yang mungkin dapat dilakukan menurut Abidah adalah jeda sejenak, untuk tidak memaksakan menulis. "Penulis mesti 'kulakan' sesuatu yang dapat membangkitkan idenya kembali," jelas Abidah. 

Pengarang novel Kartini itu pun kemudian memberi penjelasan lebih lanjut bahwa yang dia maksud dengan "kulakan" adalah mencari referensi, misalnya dengan membaca, mendengarkan lagu, travelling, dan kegiatan lain yang dapat membuat pikiran segar kembali.

Sementara Hamdy Salad menyatakan bahwa menghadapi kemacetan dalam menulis, mesti diatasi dengan upaya berpikir beda. Mencoba berpikir sesuatu yang lain dari yang tampak. 

Menurut Hamdy, mampu berpikir beda akan membuat seseorang memiliki kreativitas yang baru. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berlatih.**

Baca juga: Akademisi UMP berikan kiat cara mencegah perundungan
Baca juga: Rektor UMP dan Rektor UMY "gowes" bareng kampanyekan gaya hidup sehat




 

Pewarta : KSM
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024