Semarang (ANTARA) - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) berkolaborasi dengan periset Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) melakukan penelitian di bidang biofilm.

Hal tersebut dilakukan karena infeksi terkait biofilm belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya, sementara itu menurut data National Institutes of Health. Biofilm merupakan mediator utama terjadinya infeksi kronis dan resistensi antibiotik, serta berperan secara signifikan dalam kejadian infeksi terkait layanan kesehatan di rumah sakit (HAIs).

Penegakan diagnosis penyakit infeksi dan uji sensitivitas obat saat ini masih berfokus pada identifikasi patogen dalam kondisi planktonik (yang hidup bebas). Demikian juga pendekatan penanganan infeksi lebih banyak diarahkan pada eradikasi mikroorganisme dalam keadaan planktonik. 

Hal tersebut berpotensi menyebabkan kegagalan terapi antibiotik yang juga dapat memicu resistensi, sehingga perlu dilakukan pendekatan diagnosis dan terapi penyakit infeksi dengan mempertimbangkan keberadaan koloni biofilm.

Peningkatan penggunaan biomaterial dalam pengobatan modern telah meningkatkan kualitas hidup banyak pasien, namun sebagai kekurangannya, kejadian infeksi terkait biofilm semakin meningkat dan kini menjadi ancaman kesehatan yang serius bagi pasien, sekaligus menjadi beban finansial bagi masyarakat. 

Biofilm juga dapat bertindak sebagai reservoir sumber infeksi terutama pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah.

Sampai saat ini belum ada senyawa antibiofilm yang disetujui oleh FDA. Belum adanya database tentang penyakit infeksi yang terkait dengan biofilm, dan senyawa yang berpotensi sebagai antibiofilm dari biodiversitas Indonesia menjadi permasalahan sendiri yang harus dipecahkan. 

Kolaborasi tersebut memiliki rekam jejak terkait penelitian di bidang biofilm dan penelitian biofilm yang sudah dilakukan bersifat multidisiplin dan lintas disiplin, baik di level nasional dan internasional.

Pusat Kolaborasi Riset Biofilm tesebut mendapatkan pendanaan RISNOV dari BRIN, juga sejalan dengan visi misi UGM menjadi Universitas Riset Kelas Dunia dan visi misi BRIN dalam meningkatkan kapabilitas IPTEK, budaya Riset, dan penciptaan inovasi melalui peningkatan kualitas SDM IPTEK. 

Melalui PKR Biofilm, keberagaman biodiversitas Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lokal dan global saat ini seperti isu resistensi antibiotik dan kejadian infeksi terkait layanan kesehatan Health care associated infections (HAIs).

PKR Biofilm atau Indonesian Biofilm Research Collaboration Center (IBRCC) bertujuan menjadi Pusat Kolaborasi Riset Biofilm yang unggul, langgeng, sustainable, yang berimplikasi pada bidang kesehatan, mengembangkan riset biofilm di Indonesia, dan mencetak SDM IPTEK yang memiliki kemampuan riset di bidang biofilm dan pengembangannya, dalam rangka peningkatan kapasitas riset Indonesia. 

Dalam PKR Biofilm yang diketuai oleh Prof. dr. Titik Nuryastuti, M.Si., Ph.D., Sp.MK(K) dengan susunan periset sebagai berikut:

1. UGM: Prof Mustofa, Prof Triana Hertriani, dr. Rahadyan Magetsari, dr. Yudha Mathan Sakti, dr. Rizka Humardewayanti Asdie, Dr. Sylvia Utami Tunjung Pratiwi, Dr. Eti Nurwening Sholikhah, Dr. Soni Siswanto, Dr. Retantyo Wardoyo, Dr. Tutik Dwi Wahyuningsih

2. BRIN: Dr. Puspita Lisdiyanti, Dr. Masteria Yunovilsa Putra, Gusnaniar PhD, Ira Handayani PhD, Linda Sukmarini PhD, Anggia Prasetyoputri PhD, Shanti Ratnakomala PhD, Akhirta Atikana PhD Alfi Taufik Fathurahman PhD, Ruby Setiawan PhD, Dr. Ema Damayanti

3. Unsoed: Dr. Setiawati, Dr. Dwi Utami Anjarwati, Dr. Nurul Hidayat

4. UMKT: Dr. Hasyrul Hamzah, Chaerul Fadly Mochtar Luthfi, MSc

Webinar series 1 PKR Biofilm bertujuan untuk mengajak para peneliti untuk berkolaborasi dalam penelitian yang difasilitasi oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta pre-launching Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Biofilm. 

Webinar diisi para narasumber yang berasal dari UGM, BRIN, Unsoed dan UMKT, juga Prof Bastiaan Krom yang berasal dari Universitas Amsterdam, Belanda. Peserta yang menghadiri webinar ini berasal dari berbagai institusi yang tersebar di Indonesia.

Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024