Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mendorong para pelaku usaha pemula berani memperluas pangsa pasar ekspor dengan memanfaatkan memanfaatkan sarana digitalisasi.
"Sudah banyak pebisnis lokal yang melebarkan sayapnya dengan menjual produknya ke negara lain. Demikian pula, sudah banyak kemudahan yang diberikan oleh pemerintah agar bisnis ekspor bisa berjalan lancar," kata Wakil Wali Kota Pekalongan Salahudin di Pekalongan, Senin.
Menurut dia, Kota Pekalongan memiliki banyak ribuan pelaku usaha namun saat ini hanya baru 21 orang yang sudah berani menjadi eksportir.
Pemkot, kata dia, juga mengapresiasi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kementerian Perdagangan Indonesia yang ikut memberikan kegiatan pelatihan pelaku usaha dalam rangka membekali para calon eksportir pemula di daerah.
"Oleh karena itu, kami berharap para pelaku usaha yang sudah mendapat pelatihan bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya dan merealisasikan apa yang sudah diperoleh dalam kegiatan itu untuk memajukan usahanya," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang harap ekspor kayu lapis pacu pertumbuhan ekonomi
Salahudin mengatakan pada pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kementerian Perdagangan Indonesia akan bermanfaat bagi generasi milenial karena mereka tentunya melek teknologi dan administrasi untuk memasarkan produk di pasar global.
Pada pelatihan itu, kata dia, para pelaku usaha pemula bisa belajar langsung dari praktisi eksportirnya sehingga kesempatan itu jangan disia-siakan.
"Para pelaku usaha pemula akan mengetahui ilmu tentang memulai melakukan bisnis ekspor, kualitas usaha yang sesuai permintaan pasar global, waktu, dan cara pengiriman ekspor," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi, dan UKM Kota Pekalongan Budiyanto mengatakan sebanyak 30 pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang berpotensi ekspor dari berbagai bidang seperti olahan makanan, minuman, batik, dan kerajinan tangan.
"Akan tetapi, selama ini baru ada 21 eksportir dari berbagai produk usahanya seperti batik, kain batik tulis, sarang burung walet, frozen food, sarung palekat, material fibric yang melakukan ekspor ke sejumlah negara negara di Asia, Eropa, dan Australia," katanya.
Baca juga: Ekspor produk kerajinan Pekalongan capai 7.495.602 dolar AS
Baca juga: Bupati Banyumas: Larangan ekspor gandum India momentum tumbuhkan industri "mocaf"
"Sudah banyak pebisnis lokal yang melebarkan sayapnya dengan menjual produknya ke negara lain. Demikian pula, sudah banyak kemudahan yang diberikan oleh pemerintah agar bisnis ekspor bisa berjalan lancar," kata Wakil Wali Kota Pekalongan Salahudin di Pekalongan, Senin.
Menurut dia, Kota Pekalongan memiliki banyak ribuan pelaku usaha namun saat ini hanya baru 21 orang yang sudah berani menjadi eksportir.
Pemkot, kata dia, juga mengapresiasi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kementerian Perdagangan Indonesia yang ikut memberikan kegiatan pelatihan pelaku usaha dalam rangka membekali para calon eksportir pemula di daerah.
"Oleh karena itu, kami berharap para pelaku usaha yang sudah mendapat pelatihan bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya dan merealisasikan apa yang sudah diperoleh dalam kegiatan itu untuk memajukan usahanya," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang harap ekspor kayu lapis pacu pertumbuhan ekonomi
Salahudin mengatakan pada pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kementerian Perdagangan Indonesia akan bermanfaat bagi generasi milenial karena mereka tentunya melek teknologi dan administrasi untuk memasarkan produk di pasar global.
Pada pelatihan itu, kata dia, para pelaku usaha pemula bisa belajar langsung dari praktisi eksportirnya sehingga kesempatan itu jangan disia-siakan.
"Para pelaku usaha pemula akan mengetahui ilmu tentang memulai melakukan bisnis ekspor, kualitas usaha yang sesuai permintaan pasar global, waktu, dan cara pengiriman ekspor," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi, dan UKM Kota Pekalongan Budiyanto mengatakan sebanyak 30 pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang berpotensi ekspor dari berbagai bidang seperti olahan makanan, minuman, batik, dan kerajinan tangan.
"Akan tetapi, selama ini baru ada 21 eksportir dari berbagai produk usahanya seperti batik, kain batik tulis, sarang burung walet, frozen food, sarung palekat, material fibric yang melakukan ekspor ke sejumlah negara negara di Asia, Eropa, dan Australia," katanya.
Baca juga: Ekspor produk kerajinan Pekalongan capai 7.495.602 dolar AS
Baca juga: Bupati Banyumas: Larangan ekspor gandum India momentum tumbuhkan industri "mocaf"