Pekalongan, Jateng (ANTARA) - DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menggelar tradisi sadranan larung sesaji dengan dilakukan secara sederhana karena masih dalam kondisi pandemi COVID-19, Senin.
Ketua DPC HNSI Kota Pekalongan Imam Menu usai gelar larung sesaji di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa tradisi sadranan tersebut digelar setiap tahunnya sebagai ungkapan rasa syukur limpahan hasil laut dari Tuhan Yang Maha Esa.
"Tradisi sadranan ini dilaksanakan dengan melarung sesaji ke tengah laut. Alhamdulillah selama ini kami mendapat tangkapan hasil laut yang melimpah," katanya.
Namun demikian, kata dia, tradisi sadaranan larung sesaji pada tahun ini dilaksanakan secara sederhana tanpa ada gelaran pertunjukan wayang atau kegiatan lainnya yang menimbulkan kerumunan massa karena masih dalam kondisi pandemi.
Baca juga: Kasus COVID-19 meningkat, Pemkab Klaten belum putuskan penyelenggaraan tradisi sadranan
Menurut Imam, saat ini kondisi perairan wilayah pantai Jawa masih aman untuk menangkap ikan di laut meski kondisi sering berawan dan turun hujan.
"Meski berawan dan terkadang turun hujan tetapi masih mendukung untuk aktivitas nelayan mencari ikan di laut. Jika kondisi cuaca tak mendukung memang kami menyarankan para nelayan harus waspada dan berhati-hati," katanya.
Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid mengatakan tradisi sadranan melarung sesaji sudah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun yang terus dilestarikan.
"Akan tetapi, mengingat pada 2020, wilayah Kota Pekalongan masih ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) maka tidak ada kegiatan tradisi itu. Namun, pada tahun ini dapat kembali diselenggarakan meski secara sederhana," katanya.
Baca juga: Masyarakat lereng Merapi jadikan Sadranan sebagai ajang silaturahmi
Baca juga: HNSI Pekalongan siap gelar tradisi Sadranan secara sederhana
Baca juga: Ribuan orang ikuti upacara tradisi "Grebeg Sadranan"
Ketua DPC HNSI Kota Pekalongan Imam Menu usai gelar larung sesaji di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa tradisi sadranan tersebut digelar setiap tahunnya sebagai ungkapan rasa syukur limpahan hasil laut dari Tuhan Yang Maha Esa.
"Tradisi sadranan ini dilaksanakan dengan melarung sesaji ke tengah laut. Alhamdulillah selama ini kami mendapat tangkapan hasil laut yang melimpah," katanya.
Namun demikian, kata dia, tradisi sadaranan larung sesaji pada tahun ini dilaksanakan secara sederhana tanpa ada gelaran pertunjukan wayang atau kegiatan lainnya yang menimbulkan kerumunan massa karena masih dalam kondisi pandemi.
Baca juga: Kasus COVID-19 meningkat, Pemkab Klaten belum putuskan penyelenggaraan tradisi sadranan
Menurut Imam, saat ini kondisi perairan wilayah pantai Jawa masih aman untuk menangkap ikan di laut meski kondisi sering berawan dan turun hujan.
"Meski berawan dan terkadang turun hujan tetapi masih mendukung untuk aktivitas nelayan mencari ikan di laut. Jika kondisi cuaca tak mendukung memang kami menyarankan para nelayan harus waspada dan berhati-hati," katanya.
Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid mengatakan tradisi sadranan melarung sesaji sudah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun yang terus dilestarikan.
"Akan tetapi, mengingat pada 2020, wilayah Kota Pekalongan masih ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) maka tidak ada kegiatan tradisi itu. Namun, pada tahun ini dapat kembali diselenggarakan meski secara sederhana," katanya.
Baca juga: Masyarakat lereng Merapi jadikan Sadranan sebagai ajang silaturahmi
Baca juga: HNSI Pekalongan siap gelar tradisi Sadranan secara sederhana
Baca juga: Ribuan orang ikuti upacara tradisi "Grebeg Sadranan"