Magelang (ANTARA) - "Kasih ibu, kepada beta. Tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya, menyinari dunia".
 
Penggalan lirik lagu terkenal "Kasih Ibu" karya S.M. Mochtar tersebut memberikan pengaruh pada ingatan kita. Pengaruh akan nilai-nilai keutamaan, terutama tentang sikap hidup altruisme yang tergambarkan jelas sebagaimana kasih seorang ibu yang lebih mengutamakan anaknya.

Gambaran teladan sikap hidup altruisme tersebut sangat terasa ketika mengenang 40 hari atas meninggalnya Riyadi, tokoh dari Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. 

Riyadi meninggal pada Senin, 30 Mei 2021, karena sakit. Riyadi ini salah satu tokoh utama Komunitas Lima Gunung yang mempunyai peran besar dalam keberlangsungan komunitas yang terkenal dengan Festival Lima Gunung setiap tahunnya itu. 

Sebagai tokoh komunitas, Riyadi mempunyai sikap atau laku hidup yang menjadi panutan bagi orang-orang di sekelilingnya, terutama warga di Dusun Gejayan di kawasan lereng Gunung Merbabu. 

Model kepemimpinannya di komunitas masyarakat yang terletak di lereng gunung seputaran Magelang ini, memberikan nilai penting tentang bagaimana menjaga keberlangsungan dan ketahanan masyarakatnya dengan mengembangkan sikap altruisme. Nilai altruisme tersebut menjadi salah satu modal sosial utama dalam menghadapi tantangan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara lebih luas.

Filosof Eropa Auguste Comte dalam buku "Religion on Humanity" menyebut altruisme senada dengan kata empati. Makna kata altruisme ini berlawanan dengan sikap egoisme atau individualistime. Altruisme adalah sikap hidup lebih mementingkan kebutuhan dan kepentingan orang lain. 

Bagaimana sikap altruisme ini dalam kehidupan tergambar dalam lagu karya S.M. Mochtar, tokoh musik kelahiran Makassar pada 1934. Lagu "Kasih Ibu" karyanya, sangat populer melebihi diri penciptanya sendiri.

Lagu tersebut berdampak terhadap sangat menyentak di hati pendengarnya. Pendengar dewasa maupun anak-anak akan lebih menghargai, menghormati, patuh, dan lebih menyayangi seorang ibu. 

Lagu "Kasih Ibu" dapat dicerna dengan mudah karena liriknya yang jelas, ringan, tidak terlalu padat dan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah diingat dan dihafal oleh semua orang. 

Lagu  yang bertempo lembut ini menggambarkan bahwa kasih sayang seorang ibu terutama, tidak terhitung oleh waktu dan tidak mengharapkan imbalan atau balasan dari anak-anaknya. Seorang ibu memberikan kasih sayang tersebut tanpa pamrih.

Demikian juga perjalanan hidup Riyadi. Tokoh komunitas desa yang mencintai dan dicintai keluarga, sanak kadang dan sahabat-sahabatnya dari berbagai daerah. Kisah kiprahnya di komunitas bagaikan kasih sayang seorang ibu yang tiada pamrih sebagaimana makna utama lagu "Kasih Ibu" tersebut. 

"Riyadi ini merupakan tokoh yang sangat penting perannya di balik terkenalnya festival tahunan yang diselenggarakan oleh Komunitas Lima Gunung. Perannya selalu dibalik layar dan menjadi kunci penyemangat bagi keluarga, sanak kadang di sekelilingnya, serta sahabat-sahabatnya dalam berbagai agenda komunitas," kata Sih Agung Prasetya, seorang dalang yang juga sahabat Riyadi di Komunitas Lima Gunung.

Dia katakan bahwa Riyadi sebagai relatif tak suka narsis di media sosial.

"Anehnya, Riyadi ini tidak pernah narsis mengunggah foto-foto dirinya di media sosial sebagaimana pada umumnya sekarang ini. Beliau adalah seorang guru keseharian bagi orang-orang sekitarnya," tambahnya.

Di samping menjadi tokoh di Komunitas Lima Gunung, Riyadi juga sangat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Kiprahnya menjadi capaian prestasi tersendiri untuk pembangunan masyarakat. 

Ia turut menggalakkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan sosial kemasyarakatan, seni budaya, pernah menjabat kepala desa, juga menggerakkan masyarakat untuk menanam pohon dan melindungi sumber air melalui tradisi Sungkem Telompak setiap tahunnya. 

Bisa jadi, apa yang dilakukan Riyadi selama ini merupakan ejawantah bagaimana sikap empati atau altruisme dalam laku hidup keseharian. Sikap hidup berdasar nilai keutamaan dan keteladanan yang semakin hilang di tengah-tengah derasnya arus informasi di era modern sekarang ini. Sikap kasih sayang tanpa pamrih yang berlangsung sepanjang hayat sebagaimana amanat lagu "Kasih Ibu". 

"Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya, menyinari dunia”.


*) Muhammad Nafi, Koordinator Komunitas Pinggir Kali Kota Magelang

Baca juga: Salah satu tokoh Komunitas Lima Gunung berpulang
Baca juga: Peluncuran Hari Peradaban Desa tandai pembukaan Festival Lima Gunung
Baca juga: Rahasia percintaan komunitas diungkap lewat Festival Lima Gunung

Pewarta : Muhammad Nafi *)
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024