Magelang (ANTARA) - Riyadi, salah satu tokoh utama seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berpulang pada Senin, sekitar pukul 00.30 WIB, di Rumah Sakit Umum Subbanul Wathon Tegalrejo karena sakit.
"Minggu (30/5) sore bersama beberapa tokoh komunitas (KLG, red.) menengok kawan komunitas di Mertoyudan yang sakit, sewaktu tiba di rumah (Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, red.) dan sedang bercerita dengan kawan-kawan tiba-tiba masuk kamar karena sakit, lalu kami bawa ke RS," kata seorang keponakan almarhum yang juga pegiat KLG, Singgih Aljawi, di Magelang, Senin dini hari.
Berdasarkan keterangan yang diperolehnya dari pihak rumah sakit, katanya, Riyadi yang berusia 46 tahun itu berpulang karena mengalami penyumbatan jantung. Sejak beberapa waktu terakhir, Riyadi mengalami beberapa kali kambuh penyakit asam lambungnya.
Baca juga: Putri PB XII, GKR Retno Dumilah meninggal dunia
Terlihat tangisan duka para warga, baik tua, muda, laki-laki, maupun perempuan yang berkumpul di rumahnya di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang di kawasan Gunung Merbabu, saat jenazah Riyadi tiba dari rumah sakit di rumah duka.
Riyadi yang juga memimpin seniman petani di dusunnya dalam wadah Padepokan Wargo Budoyo Gejayan di kawasan Gunung Merbabu itu, jenazahnya akan dimakamkan Senin siang di pemakaman dusun setempat.
Riyadi pernah menjabat sebagai Kepala Desa Banyusidi selama 2003-2013. Ia berpulang dengan meninggalkan istri, Slamet Rahayu (47), dan dua anak, Febri Prasetya Putra (22) dan Agus Prasetya Putra (20).
Sejak Senin dini hari, perintis berdirinya Komunitas Lima Gunung lebih dari 20 tahun lalu yang juga budayawan Magelang, Sutanto Mendut, Ketua KLG Supadi Haryanto, dan sejumlah tokoh komunitas itu sudah berada di rumah duka.
Ucapan belasungkawa disampaikan rekan-rekan almarhum, baik dari kalangan komunitas maupun luar daerah setempat, melalui grup percakapan WhatsApp dan media sosial lainnya.
Riyadi bergabung dalam Komunitas Lima Gunung sejak 2004, sedangkan selama 2007-2010 menjadi ketua komunitas yang berbasis seniman petani kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh.
Beberapa kali dusunnya menjadi tuan rumah Festival Lima Gunung, agenda seni dan budaya rutin setiap tahun yang diselenggarakan secara mandiri oleh komunitas tersebut.
Pembukaan FLG XX/2021 pada Jumat (21/5) juga berlangsung di dusunnya, di sumber air Tlompak, dengan Riyadi menjadi salah satu tokoh yang menyampaikan pidato kebudayaan dengan peserta terbatas karena pandemi COVID-19.
Budayawan Sutanto mengemukakan bahwa almarhum sosok pemimpin sosial yang supel, ramah, menyenangkan, inspiratif, dan mumpuni, baik untuk desanya maupun dalam Komunitas Lima Gunung.
"Riyadi tidak bisa menari maupun menabuh gamelan, tapi dia memimpin keseniannya, berperan penting dalam komunitas. Ia pemimpin sosial yang berpengaruh dan mumpuni," ujarnya.
Ketua KLG Supadi Haryanto menyatakan kaget ketika Senin dini hari mendapat kabar kepulangan Riyadi karena pada Minggu (30/5) sore satu mobil dengannya dalam perjalanan membesuk seorang kawan anggota komunitas yang sakit.
"Kami berduka, kami kehilangan kawan, sahabat, dan 'sedulur' (saudara). Kemarin sore kami bercerita dan bersendau gurau untuk menghibur seorang kawan yang sakit. Pak Riyadi berperan penting bagi komunitas kami," ujarnya.
Baca juga: Penulis "Ali Topan Anak Jalanan" Teguh Esha meninggal
"Minggu (30/5) sore bersama beberapa tokoh komunitas (KLG, red.) menengok kawan komunitas di Mertoyudan yang sakit, sewaktu tiba di rumah (Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, red.) dan sedang bercerita dengan kawan-kawan tiba-tiba masuk kamar karena sakit, lalu kami bawa ke RS," kata seorang keponakan almarhum yang juga pegiat KLG, Singgih Aljawi, di Magelang, Senin dini hari.
Berdasarkan keterangan yang diperolehnya dari pihak rumah sakit, katanya, Riyadi yang berusia 46 tahun itu berpulang karena mengalami penyumbatan jantung. Sejak beberapa waktu terakhir, Riyadi mengalami beberapa kali kambuh penyakit asam lambungnya.
Baca juga: Putri PB XII, GKR Retno Dumilah meninggal dunia
Terlihat tangisan duka para warga, baik tua, muda, laki-laki, maupun perempuan yang berkumpul di rumahnya di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang di kawasan Gunung Merbabu, saat jenazah Riyadi tiba dari rumah sakit di rumah duka.
Riyadi yang juga memimpin seniman petani di dusunnya dalam wadah Padepokan Wargo Budoyo Gejayan di kawasan Gunung Merbabu itu, jenazahnya akan dimakamkan Senin siang di pemakaman dusun setempat.
Riyadi pernah menjabat sebagai Kepala Desa Banyusidi selama 2003-2013. Ia berpulang dengan meninggalkan istri, Slamet Rahayu (47), dan dua anak, Febri Prasetya Putra (22) dan Agus Prasetya Putra (20).
Sejak Senin dini hari, perintis berdirinya Komunitas Lima Gunung lebih dari 20 tahun lalu yang juga budayawan Magelang, Sutanto Mendut, Ketua KLG Supadi Haryanto, dan sejumlah tokoh komunitas itu sudah berada di rumah duka.
Ucapan belasungkawa disampaikan rekan-rekan almarhum, baik dari kalangan komunitas maupun luar daerah setempat, melalui grup percakapan WhatsApp dan media sosial lainnya.
Riyadi bergabung dalam Komunitas Lima Gunung sejak 2004, sedangkan selama 2007-2010 menjadi ketua komunitas yang berbasis seniman petani kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh.
Beberapa kali dusunnya menjadi tuan rumah Festival Lima Gunung, agenda seni dan budaya rutin setiap tahun yang diselenggarakan secara mandiri oleh komunitas tersebut.
Pembukaan FLG XX/2021 pada Jumat (21/5) juga berlangsung di dusunnya, di sumber air Tlompak, dengan Riyadi menjadi salah satu tokoh yang menyampaikan pidato kebudayaan dengan peserta terbatas karena pandemi COVID-19.
Budayawan Sutanto mengemukakan bahwa almarhum sosok pemimpin sosial yang supel, ramah, menyenangkan, inspiratif, dan mumpuni, baik untuk desanya maupun dalam Komunitas Lima Gunung.
"Riyadi tidak bisa menari maupun menabuh gamelan, tapi dia memimpin keseniannya, berperan penting dalam komunitas. Ia pemimpin sosial yang berpengaruh dan mumpuni," ujarnya.
Ketua KLG Supadi Haryanto menyatakan kaget ketika Senin dini hari mendapat kabar kepulangan Riyadi karena pada Minggu (30/5) sore satu mobil dengannya dalam perjalanan membesuk seorang kawan anggota komunitas yang sakit.
"Kami berduka, kami kehilangan kawan, sahabat, dan 'sedulur' (saudara). Kemarin sore kami bercerita dan bersendau gurau untuk menghibur seorang kawan yang sakit. Pak Riyadi berperan penting bagi komunitas kami," ujarnya.
Baca juga: Penulis "Ali Topan Anak Jalanan" Teguh Esha meninggal