Semarang (ANTARA) -
"Saya akan dukung penuh pengembangan GeNose, karena ini karya anak bangsa. Bahkan untuk pengembangannya ke depan, saya siap mengupayakan pendanaan agar produksinya semakin meningkat," katanya di Semarang, Sabtu.
Menurut Ganjar, bantuan pendanaan tersebut sangat dibutuhkan bagi UGM agar produksi GeNose dapat terus berjalan, apalagi jumlah pesanannya terus meningkat.
Ganjar yang juga Ketua Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) itu menegaskan pihaknya siap membantu UGM dalam hal pendanaan dengan cara mengajak seluruh alumni UGM untuk mengumpulkan donasi guna membantu mengembangkan GeNose.
"Alumni UGM itu kan banyak, bisa kami minta gotong royong membantu pengembangan dan produksi alat ini. Ini bukan sesuatu yang sulit, pasti mereka semua mendukung," ujarnya.
Keberadaan GeNose, lanjut Ganjar, sangat dibutuhkan dalam kondisi pandemi saat ini karena selain harganya murah, alat ini bisa dengan cepat mendeteksi COVID-19 hanya dengan embusan nafas dan dalam waktu tidak lebih dari tiga menit.
"Saya membayangkan, jika semua puskesmas di Indonesia memiliki alat ini, maka proses pelacakan akan semakin cepat dan para surveilans yang bekerja di lapangan akan sangat terbantu dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Kalau negara memerintahkan seluruh daerah menggunakan ini, maka surveilans akan jauh lebih baik dan coverage pengecekan di Indonesia untuk mengetahui berapa yang terpapar akan jauh lebih cepat," katanya.
Apalagi, harga dari GeNose sangat murah, yakni Rp62 juta dan satu alat bisa digunakan untuk mengetes 100.000 orang, sehingga kalkulasinya jauh lebih murah dibanding alat tes COVID-19 lainnya. (LHP)
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo siap mencarikan dana bagi Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengembangkan dan memperbanyak alat pendeteksi COVID-19 berbasis embusan napas atau GeNose.
"Saya akan dukung penuh pengembangan GeNose, karena ini karya anak bangsa. Bahkan untuk pengembangannya ke depan, saya siap mengupayakan pendanaan agar produksinya semakin meningkat," katanya di Semarang, Sabtu.
Menurut Ganjar, bantuan pendanaan tersebut sangat dibutuhkan bagi UGM agar produksi GeNose dapat terus berjalan, apalagi jumlah pesanannya terus meningkat.
Ganjar yang juga Ketua Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) itu menegaskan pihaknya siap membantu UGM dalam hal pendanaan dengan cara mengajak seluruh alumni UGM untuk mengumpulkan donasi guna membantu mengembangkan GeNose.
"Alumni UGM itu kan banyak, bisa kami minta gotong royong membantu pengembangan dan produksi alat ini. Ini bukan sesuatu yang sulit, pasti mereka semua mendukung," ujarnya.
Keberadaan GeNose, lanjut Ganjar, sangat dibutuhkan dalam kondisi pandemi saat ini karena selain harganya murah, alat ini bisa dengan cepat mendeteksi COVID-19 hanya dengan embusan nafas dan dalam waktu tidak lebih dari tiga menit.
"Saya membayangkan, jika semua puskesmas di Indonesia memiliki alat ini, maka proses pelacakan akan semakin cepat dan para surveilans yang bekerja di lapangan akan sangat terbantu dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Kalau negara memerintahkan seluruh daerah menggunakan ini, maka surveilans akan jauh lebih baik dan coverage pengecekan di Indonesia untuk mengetahui berapa yang terpapar akan jauh lebih cepat," katanya.
Apalagi, harga dari GeNose sangat murah, yakni Rp62 juta dan satu alat bisa digunakan untuk mengetes 100.000 orang, sehingga kalkulasinya jauh lebih murah dibanding alat tes COVID-19 lainnya. (LHP)