Semarang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada Semester I 2020  minus 1,73 persen.

Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono di Semarang, Rabu, mengatakan bahwa kontraksi yang dialami pertumbuhan ekonomi provinsi ini lebih dalam jika dibanding nasional yang mencapai minus 1,26 persen.

Menurut dia, penurunan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang di tahun-tahun sebelumnya selalu di atas 5 persen itu tidak terlepas dari dampak pandrmi COVID-19.

Baca juga: Jateng deflasi pada Juli 2020, harga makanan dan transportasi jadi pemicu

"Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam tersebut menunjukkan dampak COVID-19 lebih terasa di Jawa Tengah dibanding secara nasional," katanya.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah selama Triwulan II 2020, lanjut dia, mencapai minus 5,94 persen secara year on year atau jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Dari kondisi tersebut, kata dia, sektor transportasi dan pergudangan menjadi yang paling terdampak dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Selain transportasi dan pergudangan, menurut dia, penyediaan akomodasi dan makan minum, seperti hotel serta restoran, juga menjadi penyumbang terhadap menurunnya perekonomian.

Selama 3 bulan kedua pada tahun 2020, lanjut dia, terdapat berbagai fenomena yang menjadi penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebut kondisi ribuan UMKM yang terdampak COVID-19.

Baca juga: BPS: Jateng peringkat tiga nasional pertambahan penduduk miskin

Selain itu, pengalihan anggaran pemerintah untuk penanganan COVID, momentum puasa tanpa mudik, hingga ditiadakannya ibadah haji juga memberi pengaruh terhadap perekonomian.

BPS juga mencatat penurunan kepemilikan kendaraan baru di sepanjang Triwulan III, penurunan tingkat hunian hotel, serta wisatawan mancanegara yang juga berdampak terhadap perekononian Jawa Tengah.

Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024