Temanggung (ANTARA) - Rompi "Penganthi" hasil karya tim inovasi pendamping Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra "Penganthi" Temanggung dapat membantu mobilitas para penyandang disabilitas sensorik netra.
Kepala Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra "Penganthi" Temanggung Purwadi di Temanggung, Rabu, mengatakan rompi ini dilengkapi alat sensor sehingga ketika dipakai untuk berjalan dan ada rintangan maka sensor akan berbunyi.
"Rompi ini kami padu dengan tongkat putih yang juga dilengkapi sensor air, sehingga kalau tongkat ini menyentuh genangan air sensor akan berbunyi maka penyandang disabilitas netra bisa menghindarinya," katanya.
Menurut dia rompi penganthi juga mempunyai akronim rompi "penuntun dengan teknologi" sesuai dengan nama pantinya, yaitu Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra "Penganthi".
Ia menyampaikan inovasi rompi penganthi ini berawal dari adanya keresahan yang dialami oleh penerima manfaat beserta pembimbingnya karena saat itu penerima manfaat sering mengalami benturan atau terpeleset sehingga mengakibatkan cedera.
"Dengan kasus-kasus tersebut kemudian ada pemikiran dari para pembimbing harus ada alat bantu, kita ingat ada sensor yang ada di mobil saat akan parkir bisa menentukan jarak dan juga ingat sensor air yang bisa mendeteksi keberadaan air," katanya.
Kemudian oleh tim inovasi Penganthi alat sensor tersebut dimodifikasi sehingga bisa ditaruh di dalam rompi yang bisa membantu sebagai alat bantu untuk mengantisipasi benda-benda yang ada di depannya dan juga bisa mengetahui tempat itu becek atau berair.
"Hasil inovasi tersebut kami uji coba pada penerima manfaat dan manfaatnya besar. Akhirnya kami desain dengan prototipe rompi sederhana dan menjadikan rompi identitas para penyandang disabilitas sensorik netra yang nantinya sebagai alat bantu, di samping tongkat putih untuk digunakan alat mobilitas dari penerima manfaat," katanya.
"Biaya untuk pembuatan rompi dan tongkat sensorik tersebut sekitar Rp400 ribu, sehingga masih bisa terjangkau untuk
dibeli para penyandang disabilitas sensorik netra," katanya.
Penyandang disabilitas netra asal Cilacap yang menjadi penerima manfaat di Penganthi Temanggung, Sumarno (32) menyampaikan sejak adanya rompi dan tongkat bersensor tersebut maka mobilitasnya bisa lebih lancar, karena sejak lahir memang sudah tidak bisa melihat maka dirinya sering terjatuh, terpeleset atau menabrak sesuatu ketika berjalan.
"Saya lebih semangat, lebih percaya diri setelah memakai tongkat dan rompi ini. Sangat membantu karena bisa mengurangi tingkat cedera dan ini bisa membawa kita untuk lebih mandiri. Sebelum memakai rompi kesusahan untuk mobilitas di jalan umum, di trotoar banyak sekali rintangan karena belum ramah disabilitas," katanya.
Baca juga: Penyandang tunanetra ikuti simulasi pemadaman kebakaran
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan alat mobilitas tunanetra "SO-LI Sense"
Kepala Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra "Penganthi" Temanggung Purwadi di Temanggung, Rabu, mengatakan rompi ini dilengkapi alat sensor sehingga ketika dipakai untuk berjalan dan ada rintangan maka sensor akan berbunyi.
"Rompi ini kami padu dengan tongkat putih yang juga dilengkapi sensor air, sehingga kalau tongkat ini menyentuh genangan air sensor akan berbunyi maka penyandang disabilitas netra bisa menghindarinya," katanya.
Menurut dia rompi penganthi juga mempunyai akronim rompi "penuntun dengan teknologi" sesuai dengan nama pantinya, yaitu Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra "Penganthi".
Ia menyampaikan inovasi rompi penganthi ini berawal dari adanya keresahan yang dialami oleh penerima manfaat beserta pembimbingnya karena saat itu penerima manfaat sering mengalami benturan atau terpeleset sehingga mengakibatkan cedera.
"Dengan kasus-kasus tersebut kemudian ada pemikiran dari para pembimbing harus ada alat bantu, kita ingat ada sensor yang ada di mobil saat akan parkir bisa menentukan jarak dan juga ingat sensor air yang bisa mendeteksi keberadaan air," katanya.
Kemudian oleh tim inovasi Penganthi alat sensor tersebut dimodifikasi sehingga bisa ditaruh di dalam rompi yang bisa membantu sebagai alat bantu untuk mengantisipasi benda-benda yang ada di depannya dan juga bisa mengetahui tempat itu becek atau berair.
"Hasil inovasi tersebut kami uji coba pada penerima manfaat dan manfaatnya besar. Akhirnya kami desain dengan prototipe rompi sederhana dan menjadikan rompi identitas para penyandang disabilitas sensorik netra yang nantinya sebagai alat bantu, di samping tongkat putih untuk digunakan alat mobilitas dari penerima manfaat," katanya.
"Biaya untuk pembuatan rompi dan tongkat sensorik tersebut sekitar Rp400 ribu, sehingga masih bisa terjangkau untuk
dibeli para penyandang disabilitas sensorik netra," katanya.
Penyandang disabilitas netra asal Cilacap yang menjadi penerima manfaat di Penganthi Temanggung, Sumarno (32) menyampaikan sejak adanya rompi dan tongkat bersensor tersebut maka mobilitasnya bisa lebih lancar, karena sejak lahir memang sudah tidak bisa melihat maka dirinya sering terjatuh, terpeleset atau menabrak sesuatu ketika berjalan.
"Saya lebih semangat, lebih percaya diri setelah memakai tongkat dan rompi ini. Sangat membantu karena bisa mengurangi tingkat cedera dan ini bisa membawa kita untuk lebih mandiri. Sebelum memakai rompi kesusahan untuk mobilitas di jalan umum, di trotoar banyak sekali rintangan karena belum ramah disabilitas," katanya.
Baca juga: Penyandang tunanetra ikuti simulasi pemadaman kebakaran
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan alat mobilitas tunanetra "SO-LI Sense"