Magelang (ANTARA) - Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian dinamis menuntut adanya suatu adaptasi di berbagai sisi kehidupan manusia.
Teknologi kian menjadi perkakas yang diminati dengan tingkat utilitas yang terus naik dari hari ke hari. Keberadaan teknologi informasi bahkan juga merambah ke dalam proses tata kelola perkotaan yang kemudian menghadirkan suatu konsep yang dikenal sebagai Kota Cerdas.
Kota Cerdas pada dasarnya merupakan efisiensi pelayanan publik, manajemen aset dan peningkatan kualitas hidup melalui pengintegrasian teknologi dan Internet of Things (IoT) dalam memecahkan kompleksifitas persoalan perkotaan dalam menyikapi laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.
Sebelum konsep Kota Cerdas bergema, sebenarnya pada akhir 2000-an telah muncul fenomena big data (data besar). Big data berpotensi menjadi strategi modern dan efektif dalam menginventarisasi segala jenis informasi dengan jumlah sangat besar dan dalam periode yang tanpa henti.
Tak hanya untuk dunia bisnis, big data juga telah diterapkan untuk mendukung penerapan Kota Cerdas di berbagai negara di dunia.
Doug Laney menyampaikan bahwa konsep big data terdiri atas tiga bagian penting, yaitu volume, kecepatan, dan variasi.
Volume diartikan bahwa big data merupakan kumpulan data dan informasi yang masif dari berbagai bentuk sumber.
Kecepatan menyuratkan mobilitas informasi dalam big data sangat cepat bahkan seketika, di mana arus data dapat memiliki periode yang beragam dan dikelola melalui berbagai perangkat keras maupun perangkat lunak.
Variasi menyatakan data yang terhimpun dalam big data sangatlah bervariasi, baik dari segi format, jenis, mapun strukturnya.
Gambaran tersebut menjelaskan bahwa big data memiliki peran yang sangat penting. Big data dapat menjadi faktor penting dalam memahami bagaimana pola pergerakan masyarakat di suatu kota, bagaimana sampah dikelola, bagaimana energi dikonsumsi, bagaimana tren geliat usaha kecil dan lain-lain.
Baca juga: Kota Magelang masuk 25 besar Kota Cerdas
Ketika pemerintah daerah mampu memiliki dan menganalisis big data dengan wawasan luas dan metode yang tepat, maka pengambil kebijakan akan mampu memiliki pengetahuan mendalam terhadap berbagai hal.
Deskripsi pola kehidupan masyarakat, pola pembelanjaan keuangan, arus pendapatan, tren interaksi penduduk, peluang terjadinya kriminalitas dan berbagai hal unik akan tergambar dengan lebih jelas, dan dampaknya yang berlipat ganda akan lebih terukur.
Big data dapat berkontribusi bagi pemangku kebijakan dalam merancang keputusan yang dikaji dari berbagai perspektif. Kebijakan yang dirumuskan akan menjadi lebih presisi, efisiensi anggaran akan tercapai, rantai birokrasi yang panjang dapat dipangkas, proses bisnis menjadi lebih efektif, dan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup masyarakat akan tercapai dengan lebih optimal.
Contoh sederhana, saat pemda mampu membangun sebuah portal atau aplikasi portabel yang menayangkan informasi agenda wisata dengan cantik, informatif, dilengkapi dengan fitur citra satelit dan fitur komunikasi timbal balik, maka akan diperoleh data preferensi wisatawan, pola konsumsi wisatawan, sebaran wisatawan, dan bahkan memetakan kendala yang mungkin selama ini tidak terpotret.
Pengintegrasian data-data tersebut dengan portal atau sistem informasi lain yang terkait akan melahirkan big data kepariwisataan yang sangat bermanfaat untuk membangun ikon wilayah dalam jangka panjang.
Kumpulan data mentah juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan riset yang dapat menelurkan berbagai bukti empiris dan rekomendasi kebijakan pariwisata yang inovatif secara berkelanjutan.
Tidak melulu
Kota Cerdas tidak melulu harus mendewakan teknologi. Kebijakan sosial inovatif yang menyentuh langsung dan meningkatkan derajat kehidupan masyarakat bawah juga termasuk dalam konsep Kota Cerdas. Dapat dilihat di sini bahwa kata kuncinya adalah inovatif dan integrasi.
Big data merupakan faktor pendukung utama dalam pencapaian Kota Cerdas yang lebih baik. Banyak contoh penerapan ide kreatif yang melibatkan big data dan teknologi dalam mewujudkan Kota Cerdas di berbagai negara.
Baca juga: Pemkab Banjar pelajari inovasi "Kota Cerdas" di Kota Magelang
Sebut saja contoh Museum Natural History di Shanghai. Museum tersebut memiliki bentuk spiral yang terinspirasi dari nautilus. Salah satu fungsi bentuk tersebut memudahkan analisa big data dalam mengontrol pergerakan kerumunan pengunjung.
Contoh lainnya, Transport for London (TfL), sistem transportasi yang dibentuk berdasarkan analisis pola pemanfaatan transportasi publik oleh masyarakat London. Transport for London menyatukan jaringan jalan, kereta, taksi, bus, dan feri yang menghadirkan sistem transportasi publik modern dan nyaman bagi masyarakat.
Sistem pengelolaan sampah di Korea Selatan juga perwujudan konsep Kota Cerdas. Setiap bangunan memiliki pos pengumpulan sampah kolektif, tempat penduduk membuang sampah yang telah terpilah.
Pos tersebut dilengkapi sensor yang akan mengirimkan notifikasi saat sampah telah penuh dan otomatis mengirimkan sampah-sampah melalui pipa bertekanan tinggi langsung ke pusat daur ulang. Sistem itu membuat polusi yang diakibatkan truk-truk pengangkut sampah berkurang secara signifikan.
Ilustrasi - Pemerintah Kota Magelang menggelar forum data secara rutin sebagai komitmen pengembangan kapasitas pengelolaan data skala kota, Selasa (11/2/2020). (ANTARA/HO-Nur Afiyah Maizunati)
Hingga saat ini, beberapa daerah di Indonesia juga telah mulai merintis big data dengan pembangunan portal satu data, "command center", geoportal, dan aplikasi-aplikasi sektoral lainnya.
Namun sayang sekali, eksplorasi big data yang telah terkompilasi masih minim. Banyak data hanya dianggurkan tanpa dianalisa secara komprehensif.
Sumber daya manusia kompeten yang minim dalam hal data ilmu pengetahuan salah satu faktor utama pemicu kondisi tersebut.
Data ilmiah dapat menghasilkan analisis big data yang tajam, mengaitkan pengaruh dan efek berbagai indikator, merumuskan asumsi, memprediksi suatu fenomena berdasar data yang terukur dan mengawal lahirnya keputusan strategis lainnya.
Sebagain besar tenaga analisis di pemda memiliki kapasitas yang masih terbatas dalam mengolah dan menganalisis big data.
Bahkan, masih banyak pemda menggunakan jasa konsultan untuk meracik big data menjadi sajian rekomendasi kebijakan yang belum tentu tepat sasaran, sesuai dengan visi misi pemda.
Eksistensi big data dan data ilmiah menjadi tuntutan mendasar bagi pemda pada masa mendatang jika ingin mewujudkan Kota Cerdas secara nyata.
Baca juga: Kota Magelang masuk Program Gerakan Menuju 100 Smart City
Big data akan selalu bertambah volumenya dengan periode yang tanpa batas. Ketersediaan dan perkakas terkini bagi penampungan data menjadi wajib bagi organisasi, baik entitas bisnis maupun pemerintahan.
Untuk dapat melahirkan keputusan cerdas dan mengembangkan kebijakan inovatif dengan big data, maka perlu dipahami bahwa big data bukan hanya perkara besarnya jumlah data yang mampu ditampung oleh suatu organisasi.
Faktor yang sama pentingnya adalah bagaimana mengolah dan menganalisis big data tersebut. Big data mengorelasikan berbagai jenis data dari sumber yang sangat luas.
Kepemilikan data saja menjadi tak berguna tanpa adanya analisis data.
Ketepatan analisis big data akan melahirkan keputusan-keputusan cerdas dan kreatif yang mampu menyolusi permasalahan perkotaan dengan lebih efisien.
*) Nur Afiyah Maizunati, statistisi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Kota Magelang.
Baca juga: Bappeda Magelang akui Pengelolaan kota makin berat seiring tuntutan warga
Baca juga: Kota Magelang nomine Rating Kota Cerdas Indonesia 2019
Teknologi kian menjadi perkakas yang diminati dengan tingkat utilitas yang terus naik dari hari ke hari. Keberadaan teknologi informasi bahkan juga merambah ke dalam proses tata kelola perkotaan yang kemudian menghadirkan suatu konsep yang dikenal sebagai Kota Cerdas.
Kota Cerdas pada dasarnya merupakan efisiensi pelayanan publik, manajemen aset dan peningkatan kualitas hidup melalui pengintegrasian teknologi dan Internet of Things (IoT) dalam memecahkan kompleksifitas persoalan perkotaan dalam menyikapi laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.
Sebelum konsep Kota Cerdas bergema, sebenarnya pada akhir 2000-an telah muncul fenomena big data (data besar). Big data berpotensi menjadi strategi modern dan efektif dalam menginventarisasi segala jenis informasi dengan jumlah sangat besar dan dalam periode yang tanpa henti.
Tak hanya untuk dunia bisnis, big data juga telah diterapkan untuk mendukung penerapan Kota Cerdas di berbagai negara di dunia.
Doug Laney menyampaikan bahwa konsep big data terdiri atas tiga bagian penting, yaitu volume, kecepatan, dan variasi.
Volume diartikan bahwa big data merupakan kumpulan data dan informasi yang masif dari berbagai bentuk sumber.
Kecepatan menyuratkan mobilitas informasi dalam big data sangat cepat bahkan seketika, di mana arus data dapat memiliki periode yang beragam dan dikelola melalui berbagai perangkat keras maupun perangkat lunak.
Variasi menyatakan data yang terhimpun dalam big data sangatlah bervariasi, baik dari segi format, jenis, mapun strukturnya.
Gambaran tersebut menjelaskan bahwa big data memiliki peran yang sangat penting. Big data dapat menjadi faktor penting dalam memahami bagaimana pola pergerakan masyarakat di suatu kota, bagaimana sampah dikelola, bagaimana energi dikonsumsi, bagaimana tren geliat usaha kecil dan lain-lain.
Baca juga: Kota Magelang masuk 25 besar Kota Cerdas
Ketika pemerintah daerah mampu memiliki dan menganalisis big data dengan wawasan luas dan metode yang tepat, maka pengambil kebijakan akan mampu memiliki pengetahuan mendalam terhadap berbagai hal.
Deskripsi pola kehidupan masyarakat, pola pembelanjaan keuangan, arus pendapatan, tren interaksi penduduk, peluang terjadinya kriminalitas dan berbagai hal unik akan tergambar dengan lebih jelas, dan dampaknya yang berlipat ganda akan lebih terukur.
Big data dapat berkontribusi bagi pemangku kebijakan dalam merancang keputusan yang dikaji dari berbagai perspektif. Kebijakan yang dirumuskan akan menjadi lebih presisi, efisiensi anggaran akan tercapai, rantai birokrasi yang panjang dapat dipangkas, proses bisnis menjadi lebih efektif, dan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup masyarakat akan tercapai dengan lebih optimal.
Contoh sederhana, saat pemda mampu membangun sebuah portal atau aplikasi portabel yang menayangkan informasi agenda wisata dengan cantik, informatif, dilengkapi dengan fitur citra satelit dan fitur komunikasi timbal balik, maka akan diperoleh data preferensi wisatawan, pola konsumsi wisatawan, sebaran wisatawan, dan bahkan memetakan kendala yang mungkin selama ini tidak terpotret.
Pengintegrasian data-data tersebut dengan portal atau sistem informasi lain yang terkait akan melahirkan big data kepariwisataan yang sangat bermanfaat untuk membangun ikon wilayah dalam jangka panjang.
Kumpulan data mentah juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan riset yang dapat menelurkan berbagai bukti empiris dan rekomendasi kebijakan pariwisata yang inovatif secara berkelanjutan.
Tidak melulu
Kota Cerdas tidak melulu harus mendewakan teknologi. Kebijakan sosial inovatif yang menyentuh langsung dan meningkatkan derajat kehidupan masyarakat bawah juga termasuk dalam konsep Kota Cerdas. Dapat dilihat di sini bahwa kata kuncinya adalah inovatif dan integrasi.
Big data merupakan faktor pendukung utama dalam pencapaian Kota Cerdas yang lebih baik. Banyak contoh penerapan ide kreatif yang melibatkan big data dan teknologi dalam mewujudkan Kota Cerdas di berbagai negara.
Baca juga: Pemkab Banjar pelajari inovasi "Kota Cerdas" di Kota Magelang
Sebut saja contoh Museum Natural History di Shanghai. Museum tersebut memiliki bentuk spiral yang terinspirasi dari nautilus. Salah satu fungsi bentuk tersebut memudahkan analisa big data dalam mengontrol pergerakan kerumunan pengunjung.
Contoh lainnya, Transport for London (TfL), sistem transportasi yang dibentuk berdasarkan analisis pola pemanfaatan transportasi publik oleh masyarakat London. Transport for London menyatukan jaringan jalan, kereta, taksi, bus, dan feri yang menghadirkan sistem transportasi publik modern dan nyaman bagi masyarakat.
Sistem pengelolaan sampah di Korea Selatan juga perwujudan konsep Kota Cerdas. Setiap bangunan memiliki pos pengumpulan sampah kolektif, tempat penduduk membuang sampah yang telah terpilah.
Pos tersebut dilengkapi sensor yang akan mengirimkan notifikasi saat sampah telah penuh dan otomatis mengirimkan sampah-sampah melalui pipa bertekanan tinggi langsung ke pusat daur ulang. Sistem itu membuat polusi yang diakibatkan truk-truk pengangkut sampah berkurang secara signifikan.
Hingga saat ini, beberapa daerah di Indonesia juga telah mulai merintis big data dengan pembangunan portal satu data, "command center", geoportal, dan aplikasi-aplikasi sektoral lainnya.
Namun sayang sekali, eksplorasi big data yang telah terkompilasi masih minim. Banyak data hanya dianggurkan tanpa dianalisa secara komprehensif.
Sumber daya manusia kompeten yang minim dalam hal data ilmu pengetahuan salah satu faktor utama pemicu kondisi tersebut.
Data ilmiah dapat menghasilkan analisis big data yang tajam, mengaitkan pengaruh dan efek berbagai indikator, merumuskan asumsi, memprediksi suatu fenomena berdasar data yang terukur dan mengawal lahirnya keputusan strategis lainnya.
Sebagain besar tenaga analisis di pemda memiliki kapasitas yang masih terbatas dalam mengolah dan menganalisis big data.
Bahkan, masih banyak pemda menggunakan jasa konsultan untuk meracik big data menjadi sajian rekomendasi kebijakan yang belum tentu tepat sasaran, sesuai dengan visi misi pemda.
Eksistensi big data dan data ilmiah menjadi tuntutan mendasar bagi pemda pada masa mendatang jika ingin mewujudkan Kota Cerdas secara nyata.
Baca juga: Kota Magelang masuk Program Gerakan Menuju 100 Smart City
Big data akan selalu bertambah volumenya dengan periode yang tanpa batas. Ketersediaan dan perkakas terkini bagi penampungan data menjadi wajib bagi organisasi, baik entitas bisnis maupun pemerintahan.
Untuk dapat melahirkan keputusan cerdas dan mengembangkan kebijakan inovatif dengan big data, maka perlu dipahami bahwa big data bukan hanya perkara besarnya jumlah data yang mampu ditampung oleh suatu organisasi.
Faktor yang sama pentingnya adalah bagaimana mengolah dan menganalisis big data tersebut. Big data mengorelasikan berbagai jenis data dari sumber yang sangat luas.
Kepemilikan data saja menjadi tak berguna tanpa adanya analisis data.
Ketepatan analisis big data akan melahirkan keputusan-keputusan cerdas dan kreatif yang mampu menyolusi permasalahan perkotaan dengan lebih efisien.
*) Nur Afiyah Maizunati, statistisi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Kota Magelang.
Baca juga: Bappeda Magelang akui Pengelolaan kota makin berat seiring tuntutan warga
Baca juga: Kota Magelang nomine Rating Kota Cerdas Indonesia 2019