Solo (ANTARA) - Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Anton Agus Setyawan menyoroti penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam negeri pada pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen UMS.
"Dalam konteks penguatan UMKM di Indonesia, kemitraan strategis dengan kerangka 'relationship marketing' bisa memberikan dampak positif terhadap peningkatan kinerja bisnis UMKM," katanya di Solo, Rabu.
Ia mengatakan kondisi tersebut terjadi karena UMKM memiliki keterbatasan sumber daya yang bisa diatasi melalui kemitraan dengan perusahaan besar. Menurut dia, kritik yang muncul adalah apakah selamanya kekuasaan yang dominan menjadi milik perusahaan besar, karena jika itu yang terjadi maka akan muncul pola ketergantungan UMKM terhadap mitra bisnis dari perusahaan besar.
"Dalam kerangka penguatan kekuasaan UMKM inilah maka perlu ada intervensi terkait dengan kebijakan UMKM. Perusahaan besar juga bisa mempunyai ketergantungan pada
UMKM karena kebutuhan untuk menjaga kapasitas atau 'output' produksi sehingga mereka juga berkepentingan untuk memperkuat kekuasaan dari UMKM," katanya.
Menurut dia, pihak lain yang diharapkan melakukan intervensi terkait dengan peningkatan kekuasaan UMKM adalah pemerintah dan perguruan tinggi.
"Saat ini pemerintah dan perguruan tinggi melalui kegiatan pengabdian masyarakat banyak melakukan aktivitas pelatihan dan pendampingan UMKM dalam rangka peningkatan
kapasitas dan kemampuan SDM dalam lembaga bisnis tersebut," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, peningkatan kapasitas dan keahlian UMKM ini juga perlu dikombinasikan dengan kebijakan ekonomi yang memberikan dukungan pada jenis usaha ini.
Sementara itu, menurut dia, berbagai penelitian empirik juga menunjukkan bahwa UMKM yang tangguh dan berkualitas bisa menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi di Indonesia.
"Sebagaimana diketahui, salah satu masalah ekonomi yang sampai saat ini masih menghantui perekonomian nasional adalah kesenjangan kesejahteraan. Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM erat kaitannya dengan mengatasi masalah ketimpangan kesejahteraan," katanya.
"Dalam konteks penguatan UMKM di Indonesia, kemitraan strategis dengan kerangka 'relationship marketing' bisa memberikan dampak positif terhadap peningkatan kinerja bisnis UMKM," katanya di Solo, Rabu.
Ia mengatakan kondisi tersebut terjadi karena UMKM memiliki keterbatasan sumber daya yang bisa diatasi melalui kemitraan dengan perusahaan besar. Menurut dia, kritik yang muncul adalah apakah selamanya kekuasaan yang dominan menjadi milik perusahaan besar, karena jika itu yang terjadi maka akan muncul pola ketergantungan UMKM terhadap mitra bisnis dari perusahaan besar.
"Dalam kerangka penguatan kekuasaan UMKM inilah maka perlu ada intervensi terkait dengan kebijakan UMKM. Perusahaan besar juga bisa mempunyai ketergantungan pada
UMKM karena kebutuhan untuk menjaga kapasitas atau 'output' produksi sehingga mereka juga berkepentingan untuk memperkuat kekuasaan dari UMKM," katanya.
Menurut dia, pihak lain yang diharapkan melakukan intervensi terkait dengan peningkatan kekuasaan UMKM adalah pemerintah dan perguruan tinggi.
"Saat ini pemerintah dan perguruan tinggi melalui kegiatan pengabdian masyarakat banyak melakukan aktivitas pelatihan dan pendampingan UMKM dalam rangka peningkatan
kapasitas dan kemampuan SDM dalam lembaga bisnis tersebut," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, peningkatan kapasitas dan keahlian UMKM ini juga perlu dikombinasikan dengan kebijakan ekonomi yang memberikan dukungan pada jenis usaha ini.
Sementara itu, menurut dia, berbagai penelitian empirik juga menunjukkan bahwa UMKM yang tangguh dan berkualitas bisa menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi di Indonesia.
"Sebagaimana diketahui, salah satu masalah ekonomi yang sampai saat ini masih menghantui perekonomian nasional adalah kesenjangan kesejahteraan. Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM erat kaitannya dengan mengatasi masalah ketimpangan kesejahteraan," katanya.