Pati (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mendesak pemerintah membatasi garam impor agar petani tidak dirugikan karena hingga sekarang harga jual komoditas ini masih sangat rendah sehingga merugikan petani.
"Petani garam di Kabupaten Pati sudah bekerja keras memproduksi garam sejak bulan Juni hingga November 2019. Hanya saja, hingga kini garam hasil produksi mereka belum juga terjual karena rendahnya harga jual di pasaran," kata Bupati Pati Haryanto di sela kegiatan lqGerakan Pungut Sampah dan Tanam Mangrove yang dihadiri Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah Peni Rahayu di Pantai Kertomulyo, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jumat.
Ia mengungkapkan petani garam lebih memilih menimbun garamnya karena harga jual di pasaran saat ini jatuh, hanya berkisar Rp300 hingga Rp350 per kilogramnya.
Harga garam dianggap menguntungkan petani bila harganya di atas Rp500/kg.
Baca juga: Bank Jateng gandeng DKP berikan pembinaan petambak garam Pati
Harga jual tersebut, kata dia, tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang dikeluarkan para petani untuk memproduksinya.
Salah satu faktor penyebab anjloknya harga garam lokal, kata dia, karena masuknya garam impor ke Jateng, termasuk ke Pati.
Untuk itu, dia berharap, Pemprov Jateng bisa membantu penanganannya, mengingat Asisten Ekonomi merupakan birokrat Pemerintah Provinsi Jateng yang juga membidangi masalah perekonomian.
"Mudah-mudahan, dengan hadirnya Asisten Ekonomi bisa mengetahui nasib petani garam di sini. Mudah-mudahan ke depan ada regulasi yang membatasi impor garam," ujarnya.
Haryanto juga berharap agar stok garam impor yang ada saat ini segera habis sehingga nantinya tidak ada lagi garam impor masuk ke Pati.
"Hal ini supaya produksi garam yang ada di Pati bisa terserap untuk kebutuhan lokal dan industri," ujarnya.
Baca juga: Bantu petani garam, Menteri Kelautan dan Perikanan resmikan enam gudang garam di Pati
Ia pun menyayangkan apabila garam produksi petani Pati tidak bisa dipasarkan, mengingat kuantitas produksi garam di Pati tergolong sangat besar.
"Tahun lalu, Pati memproduksi 360.000 ton garam dan menduduki peringkat kedua di Indonesia setelah Madura," uajrnya.
Ia berharap seandainya garam produksi petani tradisional di Pati belum memenuhi kualifikasi industri, akan ada bimbingan bagi para petani supaya garam produksi mereka bisa masuk ke industri.
Menanggapi hal itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah Peni Rahayu mengakui bahwa garam Pati memang sangat potensial dikembangkan menjadi lebih baik.
Untuk itulah, kata dia, Pemprov Jateng berencana mendirikan pabrik garam di Pati, yakni di Desa Raci, Kecamatan Batangan.
"Kualitas garam di Pati memang harus ditingkatkan. Salah satunya, bahan baku air lautnya harus lebih bagus agar kadar NaCL lebih tinggi. Nantinya, kami akan mengadakan pendampingan kepada petani garam di Kabupaten Pati," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah diminta lebih peduli terhadap nasib petani garam
"Petani garam di Kabupaten Pati sudah bekerja keras memproduksi garam sejak bulan Juni hingga November 2019. Hanya saja, hingga kini garam hasil produksi mereka belum juga terjual karena rendahnya harga jual di pasaran," kata Bupati Pati Haryanto di sela kegiatan lqGerakan Pungut Sampah dan Tanam Mangrove yang dihadiri Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah Peni Rahayu di Pantai Kertomulyo, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jumat.
Ia mengungkapkan petani garam lebih memilih menimbun garamnya karena harga jual di pasaran saat ini jatuh, hanya berkisar Rp300 hingga Rp350 per kilogramnya.
Harga garam dianggap menguntungkan petani bila harganya di atas Rp500/kg.
Baca juga: Bank Jateng gandeng DKP berikan pembinaan petambak garam Pati
Harga jual tersebut, kata dia, tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang dikeluarkan para petani untuk memproduksinya.
Salah satu faktor penyebab anjloknya harga garam lokal, kata dia, karena masuknya garam impor ke Jateng, termasuk ke Pati.
Untuk itu, dia berharap, Pemprov Jateng bisa membantu penanganannya, mengingat Asisten Ekonomi merupakan birokrat Pemerintah Provinsi Jateng yang juga membidangi masalah perekonomian.
"Mudah-mudahan, dengan hadirnya Asisten Ekonomi bisa mengetahui nasib petani garam di sini. Mudah-mudahan ke depan ada regulasi yang membatasi impor garam," ujarnya.
Haryanto juga berharap agar stok garam impor yang ada saat ini segera habis sehingga nantinya tidak ada lagi garam impor masuk ke Pati.
"Hal ini supaya produksi garam yang ada di Pati bisa terserap untuk kebutuhan lokal dan industri," ujarnya.
Baca juga: Bantu petani garam, Menteri Kelautan dan Perikanan resmikan enam gudang garam di Pati
Ia pun menyayangkan apabila garam produksi petani Pati tidak bisa dipasarkan, mengingat kuantitas produksi garam di Pati tergolong sangat besar.
"Tahun lalu, Pati memproduksi 360.000 ton garam dan menduduki peringkat kedua di Indonesia setelah Madura," uajrnya.
Ia berharap seandainya garam produksi petani tradisional di Pati belum memenuhi kualifikasi industri, akan ada bimbingan bagi para petani supaya garam produksi mereka bisa masuk ke industri.
Menanggapi hal itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah Peni Rahayu mengakui bahwa garam Pati memang sangat potensial dikembangkan menjadi lebih baik.
Untuk itulah, kata dia, Pemprov Jateng berencana mendirikan pabrik garam di Pati, yakni di Desa Raci, Kecamatan Batangan.
"Kualitas garam di Pati memang harus ditingkatkan. Salah satunya, bahan baku air lautnya harus lebih bagus agar kadar NaCL lebih tinggi. Nantinya, kami akan mengadakan pendampingan kepada petani garam di Kabupaten Pati," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah diminta lebih peduli terhadap nasib petani garam