Pati (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meresmikan enam gudang garam nasional di Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sebagai upaya membantu petani garam yang mengalami kesulitan penyimpanan dan harganya jatuh saat musim panen.
"Hari ini, total ada enam gudang garam yang diresmikan secara serempak di enam lokasi berbeda. Salah satunya di Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, Pati, ini," kata Edhy Prabowo ditemui usai meresmikan gudang garam nasional di Desa Sambilawang, Pati, Kamis.
Adapun lima lokasi gudang garam nasional lainnya, yakni di Kabupaten Aceh Utara, Indramayu, Demak, Jepara dan Pamekasan.
Masing-masing gudang garam tersebut memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 2.000 ton, sehingga total kapasitas keenam gudang tersebut sebesar 12.000 ton.
Keberadaan gudang garam tersebut, kata dia, juga sebagai salah satu upaya pemerintah membantu petambak garam di lapangan dengan memberikan akses infrastruktur pergudangan garam.
Ia berharap gudang bisa digunakan untuk menampung garam sehingga kualitas garam petani yang disimpan saat musim panen yang biasanya harga jualnya jatuh, kualitasnya tetap terjaga.
Terkait dengan harga jual garam yang sangat rendah, kata dia, pemerintah tidak akan membiarkan petani garam sengsara.
Baca juga: Menteri Kelautan: Indonesia Sudah Surplus Garam
"Kami akan berupaya menyelesaikannya karena sebelumnya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Perekonomian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan," ujarnya.
Ia menilai jatuhnya harga garam salah satunya karena akses ke tambak garam yang masih susah sehingga membuat ongkos produksi semakin besar.
Terkait hal itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga akan menuntaskannya.
Terkait dengan ada pihak yang menganggap garam produksi petani berbeda dengan garam konsumsi, kata dia, perlu ada penjelasan secara jelas letak perbedaannya.
"Biarlah garam konsumsi memiliki standar yang ada sehingga yang diproduksi oleh petani garam untuk garam konsumsi," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Pati Haryanto membenarkan bahwa harga garam di Pati saat ini hanya Rp250 per kilogramnya.
Padahal, kata dia, produksi garam di Pati sejak tahun 2017 mengalami peningkatan yang mencapai 115.000 ton, kemudian tahun 2018 meningkat menjadi 223.000 ton dan tahun 2019 bisa mencapai 350.000 ton.
"Hanya saja, garam impor juga banyak ditemukan di Pati," ujarnya.
Untuk itulah, dia berharap Kementerian Kelautan dan Perikanan mencarikan solusi yang terbaik, terutama untuk Kabupaten Pati.
"Jika memungkinan ada harga dasar garam sehingga bisa menguntungkan petani garam," ungkapnya.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin menambahkan saat ini petani garam perlu diselamatkan, mengingat Jateng menjadi penyumbang produksi terbesar kedua setelah Jatim.
Salah satu kabupaten penyumbang produksi garam terbesar, kata dia, adalah Kabuapten Pati, selain Kabupaten Rembang, Kabupaten Brebes, Demak dan Jepara.
Beberapa kabupaten lain, seperti Kabupaten Kebumen dan Purworejo juga mulai mengembangkan produksi garam karena dianggap menjanjikan.
Baca juga: Cuaca panas, petani mulai produksi garam
"Hari ini, total ada enam gudang garam yang diresmikan secara serempak di enam lokasi berbeda. Salah satunya di Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, Pati, ini," kata Edhy Prabowo ditemui usai meresmikan gudang garam nasional di Desa Sambilawang, Pati, Kamis.
Adapun lima lokasi gudang garam nasional lainnya, yakni di Kabupaten Aceh Utara, Indramayu, Demak, Jepara dan Pamekasan.
Masing-masing gudang garam tersebut memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 2.000 ton, sehingga total kapasitas keenam gudang tersebut sebesar 12.000 ton.
Keberadaan gudang garam tersebut, kata dia, juga sebagai salah satu upaya pemerintah membantu petambak garam di lapangan dengan memberikan akses infrastruktur pergudangan garam.
Ia berharap gudang bisa digunakan untuk menampung garam sehingga kualitas garam petani yang disimpan saat musim panen yang biasanya harga jualnya jatuh, kualitasnya tetap terjaga.
Terkait dengan harga jual garam yang sangat rendah, kata dia, pemerintah tidak akan membiarkan petani garam sengsara.
Baca juga: Menteri Kelautan: Indonesia Sudah Surplus Garam
"Kami akan berupaya menyelesaikannya karena sebelumnya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Perekonomian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan," ujarnya.
Ia menilai jatuhnya harga garam salah satunya karena akses ke tambak garam yang masih susah sehingga membuat ongkos produksi semakin besar.
Terkait hal itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga akan menuntaskannya.
Terkait dengan ada pihak yang menganggap garam produksi petani berbeda dengan garam konsumsi, kata dia, perlu ada penjelasan secara jelas letak perbedaannya.
"Biarlah garam konsumsi memiliki standar yang ada sehingga yang diproduksi oleh petani garam untuk garam konsumsi," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Pati Haryanto membenarkan bahwa harga garam di Pati saat ini hanya Rp250 per kilogramnya.
Padahal, kata dia, produksi garam di Pati sejak tahun 2017 mengalami peningkatan yang mencapai 115.000 ton, kemudian tahun 2018 meningkat menjadi 223.000 ton dan tahun 2019 bisa mencapai 350.000 ton.
"Hanya saja, garam impor juga banyak ditemukan di Pati," ujarnya.
Untuk itulah, dia berharap Kementerian Kelautan dan Perikanan mencarikan solusi yang terbaik, terutama untuk Kabupaten Pati.
"Jika memungkinan ada harga dasar garam sehingga bisa menguntungkan petani garam," ungkapnya.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin menambahkan saat ini petani garam perlu diselamatkan, mengingat Jateng menjadi penyumbang produksi terbesar kedua setelah Jatim.
Salah satu kabupaten penyumbang produksi garam terbesar, kata dia, adalah Kabuapten Pati, selain Kabupaten Rembang, Kabupaten Brebes, Demak dan Jepara.
Beberapa kabupaten lain, seperti Kabupaten Kebumen dan Purworejo juga mulai mengembangkan produksi garam karena dianggap menjanjikan.
Baca juga: Cuaca panas, petani mulai produksi garam