Semarang (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengapresiasi peningkatan ekspor komoditas pertanian berasal dari Provinsi Jawa Tengah.
"Saya mengapresiasi petani di Jawa Tengah karena produknya berkualitas dan laris di pasar ekspor, bahkan sampai hari ini ekspor pertanian Jateng mencapai Rp2,51 triliun," kata dia saat melepas ekspor beberapa hasil pertanian di Balai Karantina Kelas I Semarang, Minggu.
Pada akhir triwulan ke-3 tahun 2019, nilai barang ekspor produk pertanian yang dihasilkan petani dari Jawa Tengah mencapai Rp2,51 triliun atau meningkat 19,02 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 yang mencapai Rp2,3 triliun.
Menurut Amran, tingginya nilai ekspor komoditas pertanian tersebut karena keterlibatan para petani-petani muda di Jateng yang tidak lagi berorientasi swasembada pangan, tapi mengekspor.
Terlebih saat ini, lanjut dia, sudah ada layanan e-sertifikat yang mempermudah proses ekspor.
"Ada e-sertifikat diterapkan di empat negara. Kami minta seluruh dunia karena kita bisa mengekspor dan di sana sudah mendapat persetujuan sebelum berangkat. Sementara dulu, jangankan sudah berangkat, barang ekspor sudah sampai negara tujuan saja bisa ditolak," ujarnya.
Baca juga: Mentan: Ekspor Produk Pertanian ke Turki Mencapai 476,4 juta Dollar AS
Hasil pertanian Jawa Tengah yang masuk pasar dunia sangat beragam, dari kedelai, edamame, kapulogo, kacang-kacangan, beras hitam sampai daun kelor, dan daun pakis, bahkan yang terbaru juga mengekspor kacang hijau serta dan sarang burung walet.
Di antara sekian produk pertanian, yang paling menjanjikan hasil pertanian Jateng adalah kopi karena setidaknya memiliki sembilan negara tujuan, yakni Mesir, Italia, Georgia, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Spanyol, Korea Selatan, dan Taiwan.
Selain itu, ada pula beras hitam yang diekspor ke Australia, sedangkan nilai ekspor sarang burung walet mencapai Rp4,2 miliar, kemudian ada pula daun cincau yang dikirim ke Malaysia, gula merah ke Srilanka sebanyak 3,4 ton, serta margarin ke Bangladesh sebanyak 1,2 ton.
"Sistem yang ada di Jawa Tengah ini mesti diduplikasi daerah lain agar meningkatkan ekspor," katanya.
Menanggapi peningkatan ekspor hasil pertanian, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa hal tersebut bisa tercapai karena jalinan antara pemerintah dari pusat sampai kabupaten dengan petani berjalan dengan baik.
"Hulunya bekerja luar biasa dan mendapat fasilitas yang mudah dari kementerian. Nah pemuda-pemuda itu sekarang berorientasi ekspor yang tidak kita pikirkan misalnya daun pakis dan melati," ujarnya.
Ganjar berharap tingginya nilai ekspor produk pertanian tersebut mampu mendongkrak neraca dagang Jawa Tengah seperti yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Ekspor Jateng Juli 2019 melonjak dua kali lipat
Baca juga: Jateng ekspor perdana 300 ton biskuit ke Bangladesh
"Saya mengapresiasi petani di Jawa Tengah karena produknya berkualitas dan laris di pasar ekspor, bahkan sampai hari ini ekspor pertanian Jateng mencapai Rp2,51 triliun," kata dia saat melepas ekspor beberapa hasil pertanian di Balai Karantina Kelas I Semarang, Minggu.
Pada akhir triwulan ke-3 tahun 2019, nilai barang ekspor produk pertanian yang dihasilkan petani dari Jawa Tengah mencapai Rp2,51 triliun atau meningkat 19,02 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 yang mencapai Rp2,3 triliun.
Menurut Amran, tingginya nilai ekspor komoditas pertanian tersebut karena keterlibatan para petani-petani muda di Jateng yang tidak lagi berorientasi swasembada pangan, tapi mengekspor.
Terlebih saat ini, lanjut dia, sudah ada layanan e-sertifikat yang mempermudah proses ekspor.
"Ada e-sertifikat diterapkan di empat negara. Kami minta seluruh dunia karena kita bisa mengekspor dan di sana sudah mendapat persetujuan sebelum berangkat. Sementara dulu, jangankan sudah berangkat, barang ekspor sudah sampai negara tujuan saja bisa ditolak," ujarnya.
Baca juga: Mentan: Ekspor Produk Pertanian ke Turki Mencapai 476,4 juta Dollar AS
Hasil pertanian Jawa Tengah yang masuk pasar dunia sangat beragam, dari kedelai, edamame, kapulogo, kacang-kacangan, beras hitam sampai daun kelor, dan daun pakis, bahkan yang terbaru juga mengekspor kacang hijau serta dan sarang burung walet.
Di antara sekian produk pertanian, yang paling menjanjikan hasil pertanian Jateng adalah kopi karena setidaknya memiliki sembilan negara tujuan, yakni Mesir, Italia, Georgia, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Spanyol, Korea Selatan, dan Taiwan.
Selain itu, ada pula beras hitam yang diekspor ke Australia, sedangkan nilai ekspor sarang burung walet mencapai Rp4,2 miliar, kemudian ada pula daun cincau yang dikirim ke Malaysia, gula merah ke Srilanka sebanyak 3,4 ton, serta margarin ke Bangladesh sebanyak 1,2 ton.
"Sistem yang ada di Jawa Tengah ini mesti diduplikasi daerah lain agar meningkatkan ekspor," katanya.
Menanggapi peningkatan ekspor hasil pertanian, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa hal tersebut bisa tercapai karena jalinan antara pemerintah dari pusat sampai kabupaten dengan petani berjalan dengan baik.
"Hulunya bekerja luar biasa dan mendapat fasilitas yang mudah dari kementerian. Nah pemuda-pemuda itu sekarang berorientasi ekspor yang tidak kita pikirkan misalnya daun pakis dan melati," ujarnya.
Ganjar berharap tingginya nilai ekspor produk pertanian tersebut mampu mendongkrak neraca dagang Jawa Tengah seperti yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Ekspor Jateng Juli 2019 melonjak dua kali lipat
Baca juga: Jateng ekspor perdana 300 ton biskuit ke Bangladesh