Solo (ANTARA) - Usaha kecil dan menengah "Touche Coffee" ingin meramaikan industri kreatif di Kota Solo dengan membuka kedai di kawasan Manahan, Kecamatan Banjarsari.
"Kami ingin terlibat dalam membangun industri kreatif di Kota Solo melalui 'Touche Coffee' ini," kata Pemilik "Touche Coffee" Krisna Putra Wibowo di Solo, Minggu.
Ia mengatakan ada empat menu yang diusung oleh kedai tersebut, yaitu kopi pandan, kopi karamel, kopi aren, dan kopi coklat. Untuk menyesuaikan segmentasi pasar yang dituju, ia memastikan menjual produk dengan harga terjangkau, yaitu mulai dari Rp14.000-21.000.
"Untuk minuman yang kami jual ini kami racik sendiri, inilah yang akhirnya bisa menekan ongkos produksi," katanya.
Baca juga: Peluang pengembangan industri pengolahan kopi masih besar
Untuk memastikan konsumen menyukai produk tersebut, sebelum dijual pihaknya juga melakukan tes pasar terlebih dahulu.
"Sekitar 3-4 bulan sebelum membuka kedai ini kami tes pasar. Jadi kami tidak hanya ingin menyasar pecinta kopi tetapi juga yang tidak terlalu menggemari kopi. Ternyata respon mereka sangat baik," katanya.
Bahkan, dikatakannya, bagi mereka yang bukan pecinta kopi pun ingin kembali memesan produk-produk yang dijualnya.
Sementara itu, dari sisi pemasaran pihaknya juga lebih fleksibel.
"Sebetulnya kedai ini kami desain dengan konsep 'grab and go'. Meski demikian, kami juga menyajikan tempat nongkrong yang nyaman," katanya.
Baca juga: Petani Temanggung diminta hanya petik kopi merah
"Kami ingin terlibat dalam membangun industri kreatif di Kota Solo melalui 'Touche Coffee' ini," kata Pemilik "Touche Coffee" Krisna Putra Wibowo di Solo, Minggu.
Ia mengatakan ada empat menu yang diusung oleh kedai tersebut, yaitu kopi pandan, kopi karamel, kopi aren, dan kopi coklat. Untuk menyesuaikan segmentasi pasar yang dituju, ia memastikan menjual produk dengan harga terjangkau, yaitu mulai dari Rp14.000-21.000.
"Untuk minuman yang kami jual ini kami racik sendiri, inilah yang akhirnya bisa menekan ongkos produksi," katanya.
Baca juga: Peluang pengembangan industri pengolahan kopi masih besar
Untuk memastikan konsumen menyukai produk tersebut, sebelum dijual pihaknya juga melakukan tes pasar terlebih dahulu.
"Sekitar 3-4 bulan sebelum membuka kedai ini kami tes pasar. Jadi kami tidak hanya ingin menyasar pecinta kopi tetapi juga yang tidak terlalu menggemari kopi. Ternyata respon mereka sangat baik," katanya.
Bahkan, dikatakannya, bagi mereka yang bukan pecinta kopi pun ingin kembali memesan produk-produk yang dijualnya.
Sementara itu, dari sisi pemasaran pihaknya juga lebih fleksibel.
"Sebetulnya kedai ini kami desain dengan konsep 'grab and go'. Meski demikian, kami juga menyajikan tempat nongkrong yang nyaman," katanya.
Baca juga: Petani Temanggung diminta hanya petik kopi merah