Solo (ANTARA) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Surakarta, Jawa Tengah, akan menggandeng distributor untuk menekan harga cabai yang akhir-akhir ini terus mengalami kenaikan.
"Untuk menjaga ketersediaan pasokan, distributor kami ajak," kata Wakil Ketua TPID Kota Surakarta Bandoe Widiarto usai Rapat TPID di Solo, Selasa.
Berdasarkan catatan BI, dikatakannya, saat ini harga cabai merah keriting mencapai Rp53.000/kg, sedangkan cabai rawit merah mencapai Rp65.000/kg.
"Kalau sudah seperti ini jangka panjang harus disiapkan. Selain melibatkan keberadaan distributor, kerja sama antardaerah harus dilakukan," katanya.
Baca juga: Di kota ini hargai cabai meloncat hingga Rp100.000/kg
Selain itu, pihaknya juga akan menerapkan mekanisme pasar murah dengan mengajak daerah yang sedang surplus cabai termasuk distributor dari daerah tersebut untuk melakukan penyaluran.
Ia mengatakan untuk di Soloraya yang menjadi sentra cabai yaitu Wonogiri, sedangkan di provinsi lain salah satunya Jawa Timur di antaranya di Jombang dan Jember.
"Karena tidak bisa kita berpikir, nanti kan harga turun sendiri. Selain pasar murah, Kios TPID atau Kios Mirunggan harus difungsikan. Prosesnya memang tidak gampang," katanya.
Ia memastikan keterlibatan distributor ini cukup efektif dalam mengatasi lonjakan harga, seperti yang terjadi pada kasus lonjakan harga telur ayam beberapa waktu lalu.
Sementara itu, meskipun sejauh ini komoditas cabai tidak memberikan kontribusi yang terlalu besar terhadap inflasi, pihaknya tetap berupaya mengendalikan harga agar tidak terus meningkat.
"Memang yang paling besar beras, kalau cabai kontribusinya hanya 0,049 persen. Meski demikian, bagaimanapun juga kenaikan harga pada komoditas ini harus dikendalikan," katanya.
Baca juga: Harga cabai dan bawang merah picu inflasi Jateng
"Untuk menjaga ketersediaan pasokan, distributor kami ajak," kata Wakil Ketua TPID Kota Surakarta Bandoe Widiarto usai Rapat TPID di Solo, Selasa.
Berdasarkan catatan BI, dikatakannya, saat ini harga cabai merah keriting mencapai Rp53.000/kg, sedangkan cabai rawit merah mencapai Rp65.000/kg.
"Kalau sudah seperti ini jangka panjang harus disiapkan. Selain melibatkan keberadaan distributor, kerja sama antardaerah harus dilakukan," katanya.
Baca juga: Di kota ini hargai cabai meloncat hingga Rp100.000/kg
Selain itu, pihaknya juga akan menerapkan mekanisme pasar murah dengan mengajak daerah yang sedang surplus cabai termasuk distributor dari daerah tersebut untuk melakukan penyaluran.
Ia mengatakan untuk di Soloraya yang menjadi sentra cabai yaitu Wonogiri, sedangkan di provinsi lain salah satunya Jawa Timur di antaranya di Jombang dan Jember.
"Karena tidak bisa kita berpikir, nanti kan harga turun sendiri. Selain pasar murah, Kios TPID atau Kios Mirunggan harus difungsikan. Prosesnya memang tidak gampang," katanya.
Ia memastikan keterlibatan distributor ini cukup efektif dalam mengatasi lonjakan harga, seperti yang terjadi pada kasus lonjakan harga telur ayam beberapa waktu lalu.
Sementara itu, meskipun sejauh ini komoditas cabai tidak memberikan kontribusi yang terlalu besar terhadap inflasi, pihaknya tetap berupaya mengendalikan harga agar tidak terus meningkat.
"Memang yang paling besar beras, kalau cabai kontribusinya hanya 0,049 persen. Meski demikian, bagaimanapun juga kenaikan harga pada komoditas ini harus dikendalikan," katanya.
Baca juga: Harga cabai dan bawang merah picu inflasi Jateng