Semarang (ANTARA) - Sanggar Tari Greget mementaskan berbagai tari-tarian bertajuk "Penyajian" di Gedung Rajawali Semarang Cultural Center, Kota Semarang, pada Sabtu (29/6) malam, sebagai upaya melestarikan kebudayaan di masyarakat.
Beberapa suguhan tari yang disajikan dalam pertunjukkan tersebut seperti Tari Lurik, Tari Topeng, Tari Bedaya Sangghita Anjali, dan Tari Mburu Peksi.
Pengasuh Sanggar Tari Greget Semarang Yoyok Bambang Priyambodo mengatakan bahwa seseorang tak bisa lepas begitu saja dari lingkaran kebudayaan dan budaya membentuk karakter seseorang dalam kehidupan yang salah satunya adalah kesenian.
"Kesenian memiliki esensi yang sangat luas sekaligus personal, namun terukur. Saat kita mempelajari kesenian, kita memahami bagaimana sebuah tatanan berlaku dalam masyarakat," katanya.
Menurut sia, tarian-tarian yang dipentaskan tersebut diciptakan berdasar rasa dan karsa yang dilandasi budaya, serta setiap tari hadir sebagai bagian yang utuh secara filosofis dan estetis.
"Karya yang diciptakan diilhami berdasar pemahaman akan budaya, alam sekitar, perilaku, dan keilahian. Contoh lainnya, Tari Semut, Tari Gajah, bentuk sajian yang mengambil esensi dari binatang," ujarnya.
Yoyok berharap pentas penyajian ini menjadi sesuatu yang dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah terkait kebudayaan.
Dengan visi generasi emas 2045 Indonesia, lanjut dia, pemerintah dapat bertindak lebih serius dan detail lagi dalam mengambil kebijakan dan pendidikan kebudayaan.
"Misal, langkah yang realistis untuk dilakukan pemerintah adalah memberikan kesempatan kembali kepada siswa untuk belajar kebudayaan dalam mata pelajaran muatan lokal. Ini sangat penting nantinya jika kita mau menuju generasi emas, anak muda akan cerdas dengan asupan ilmu sains, namun juga tak tercerabut akar budayanya," katanya.
Sementara itu, General Manager Radjawali Semarang Cultural Center Handrijana Hardha mengatakan pihaknya sangat mendukung gelaran pertunjukkan, baik tradisi maupun modern.
Ia menilai Kota Semarang sudah sangat banyak gelaran pertunjukkan yang memiliki bobot baik secara tontonan maupun tuntutan sehingga Gedung Radjawali menjadi ruang baru untuk mendukung setiap kegiatan tersebut.
"Tentunya sangat menarik jika masyarakat di Kota Semarang bisa menikmati pertunjukkan secara nyaman," ujarnya.
Beberapa suguhan tari yang disajikan dalam pertunjukkan tersebut seperti Tari Lurik, Tari Topeng, Tari Bedaya Sangghita Anjali, dan Tari Mburu Peksi.
Pengasuh Sanggar Tari Greget Semarang Yoyok Bambang Priyambodo mengatakan bahwa seseorang tak bisa lepas begitu saja dari lingkaran kebudayaan dan budaya membentuk karakter seseorang dalam kehidupan yang salah satunya adalah kesenian.
"Kesenian memiliki esensi yang sangat luas sekaligus personal, namun terukur. Saat kita mempelajari kesenian, kita memahami bagaimana sebuah tatanan berlaku dalam masyarakat," katanya.
Menurut sia, tarian-tarian yang dipentaskan tersebut diciptakan berdasar rasa dan karsa yang dilandasi budaya, serta setiap tari hadir sebagai bagian yang utuh secara filosofis dan estetis.
"Karya yang diciptakan diilhami berdasar pemahaman akan budaya, alam sekitar, perilaku, dan keilahian. Contoh lainnya, Tari Semut, Tari Gajah, bentuk sajian yang mengambil esensi dari binatang," ujarnya.
Yoyok berharap pentas penyajian ini menjadi sesuatu yang dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah terkait kebudayaan.
Dengan visi generasi emas 2045 Indonesia, lanjut dia, pemerintah dapat bertindak lebih serius dan detail lagi dalam mengambil kebijakan dan pendidikan kebudayaan.
"Misal, langkah yang realistis untuk dilakukan pemerintah adalah memberikan kesempatan kembali kepada siswa untuk belajar kebudayaan dalam mata pelajaran muatan lokal. Ini sangat penting nantinya jika kita mau menuju generasi emas, anak muda akan cerdas dengan asupan ilmu sains, namun juga tak tercerabut akar budayanya," katanya.
Sementara itu, General Manager Radjawali Semarang Cultural Center Handrijana Hardha mengatakan pihaknya sangat mendukung gelaran pertunjukkan, baik tradisi maupun modern.
Ia menilai Kota Semarang sudah sangat banyak gelaran pertunjukkan yang memiliki bobot baik secara tontonan maupun tuntutan sehingga Gedung Radjawali menjadi ruang baru untuk mendukung setiap kegiatan tersebut.
"Tentunya sangat menarik jika masyarakat di Kota Semarang bisa menikmati pertunjukkan secara nyaman," ujarnya.